Monday, May 9, 2016

Dari Sinilah Berkembangnya Agama Kristen Itu Melalui Saudara



 Nama Informan: Made Paul Sujana
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara : Desa Buduk, Minggu 22-Juli-2001
Transkriptor : Putu Yuliani, Staf TSP
Korektor : Nyoman Wijaya

File ini berbicara tentang identitas Pan Loting, seorang tokoh yang mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Kristen di tahun 1930-an di Bali Selatan. Supaya jalan cerita file ini bisa dimengerti, silakan baca juga “Karena Saya Sama Sekali Tidak Pernah Melihat Tuhan Secara Nyata,” “Setelah Menjelang Meninggal Dia KembaliMasuk Kristen,” “Tidak, yang Ada DariHindu Masuk Ke Kristen,” “Setelah Masuk Kristen Dia Kan Lantas DapatSumbangan,” “Setelah Mau Meninggal Dia Kembali Beragama Kristen,” “Biarkan AkuSaja Yang Masuk Kristen, Kamu Jangan Ikut.


 


Apakah bapak bisa ceritakan siapakah generasi yang pertama, yang saya tahu dan baca di sini bapak lahir 1932 dari generasi ketiga, siapakah generasi pertama?
Generasi pertama adalah Pan Loting yang nama sesungguhnya I Made Gepek, dia adalah asli Buduk.

Berapakah saudara dari Pan Loting?
Yang saya ingat kakek saya yang paling tua yang namanya I Ketut Legi dan yang kedua, cerita ini diceritakan oleh I Bukit adik bapak saya terkecil. I Ketut Legi mempunyai 7 orang anak yaitu (1) Ni Luh Bungkalan, (2) I Made Rimbagan, (3) Nyoman Clebing, (4) Ketut Tumbah, (5) Made Sampik yaitu bapak saya sendiri (6) Luh Bukit, (7) Nyoman Lalis.


Kembali ke Bapak Paul, berapa saudara ?
Saya saudara enam orang yaitu (1) Gede Arya, (2) Ester, (3) Yohana,(4), Komang Srayawati, (5) Ketut Kurniadi (6) Gede Mudita. Ibu saya namanya Ni Nyoman Surati.

Berapa anaknya Pan Loting?
Yang laki adalah I Made Bacol, yang perempuan I Luh Lotek  kakaknya Loting. Ni Luh Loting adalah nomor satu dan Made Bacol adalah nomor tiga. Ni Luh Loting kawin di sini (Buduk) tetapi kemudian transmigrasi ke sana (Sulawesi) dan meninggal di sana. Kalau Made Bacol meninggal tahun 1965. Kalau Ni Luh Lotek masih ada dan dia kawin ke Babakan dan suaminya sudah meninggal dan dia masih tetapi sudah tua sekali. Kalau Made Bacol punya anak delapan  yang paling tua di Sulawesi jadi guru dan nomor dua di Malang, yang nomor tiga di Kwanji, nomor empat di sini dirumah tua.


 Pan Loting kan bersaudara 7 orang termasuk Pan Loting, di antara ketujuh orang ini apakah semuanya masuk Kristen?
Yang nomor satu itu tidak, dia masih Hindu dan dia tinggal di Abiansemal, yang lainnya semua masuk Kristen.

Apakah bapak ingat siapa nama nenek?
Ketut Legi kawin dengan...(tidak ada namanya) dari Abiansemal.

Apa pekerjaan ayah bapak (Bapak Paul)?
Ayah saya petani, dapat masuk SD hanya sebentar karena tidak berani sekolah. Kakek saya meninggal tahun 1954.

Apakah Bapak pernah diceritakan oleh kakek sebelumnya tentang masuk Kristen ini atau dikasi tahu sama Pan Loting?

 Begini pak, saya memang menulis sejarah, saya dari jurusan sejarah Salatiga, setelah saya pulang dari Salatiga sebelum itu tiang memang banyak diberi cerita juga, tetapi kemudian setelah saya tamat dan kemudian menjadi guru SMP di Dyanapura. Sejak saya berkecimpung di Bali ini, saya meneliti. Sekarang saya ceritakan sedikit tentang kakek (Pan Loting), kakek dulu itu kan memarekkan (mengabdi) di Puri Blaluan. Dari kecil hubungan kami dengan Puri Blaluan, dari kecil beliau itu memajukan Puri Blaluan dan setelah besar dia belajar banyak ilmu di sana, menari dan segala sesuatu yang dapat di sana, dan kemudian dia memperdalam Ilmunya lagi dan juga ke Buleleng Desa Banjar namanya, kecamatan Banjar dan sesudah itu setelah selesai mendapat pelajaran di desa banjar itu, yang namanya Pan Suweta terus pulang dan dapat sebuah buku injil lalu beliau pelajari itu tidak mengerti. Beliau juga belajar lontar-lontar Bali terutama tentang lagu Bungkling, beliau tulis itu.
Beliau menyimpulkan bahwa terlalu sulit sekali membenahi upacara-upacara beliau menemukan lontar yang saya tidak tahu itu, yang mengajarkan bahwa sederhana sekali, bahwa tidak menggunakan seperti sekarang ini (tradisi yang pada umumnya berlaku di Bali) dan beliau terapkan di sini oleh karena beliau mempunyai dasar begitu, akhirnya diajarkan pada saudara-saudaranya dari isi lontar itu dan kemudian mempelajari Injil Lukas itu akhirnya beliau bingung dan kemudian ketemulah dengan Tsang To Hang yang berasal dari Cina yang mengajarkan tentang terutama tentang Yesus itu. Lalu dijelaskan dalam Injil Lukas itu yang menceritakan bahwa ada juru selamat yang bisa mengampuni dosa manusia.
Lalu mereka bertemu dan berdebat tentang injil dan agama di Bali itu, kalau disini saya melihat kekurangan saya akhirnya dia undang Tsang TO Hang ini ke Buduk. Kakek ini kan mempunyai murid dari Untal-untal, Abianbase dan sekitarnya dan dia punya murid banyak sekali sampai ke Denpasar. Setelah perdebatan, kalau di Bali kalau kalah dalam perdebatan itu kan harus tunduk pada guru yang baru dan akhirnya di undang Tsang To Hang di rumah Buduk disana itu dan ikut ajaran baru itu kemudian dari sekian banyak orang yang hadir hanya 7 dari tempat ini lalu dibaptis sungai Yeh Poh. Dari untal-untal ada yaitu ayahnya Timotius, Pak Gredeg, Pan Rayu. Dari sini (Buduk) kakek saya, Kakek Loting dan istrinya dan juga Pan Rayu dari sini, Ketut Legi, Gusti Putu Sanur, Pan Putra.
Sesudah itulah kekristenan di Buduk dan sekitarnya sebenarnya menurut saya apa yang saya tanyakan dulu yang saya wawancarai dulu. Yang saya wawancari dulu adalah kakek saya Pan Loting dan juga melalui teman Pak Jonatan yang meninggal di Canada. Dia yang saya tugaskan dengan kakek  karena waktu itu saya di Denpasar, kemudian Gusti Ketut Sanur saya sendiri yang mewawancarai dan istrinya yang ikut sama-sama belajar di Desa Banjar itu dan beberapa wawancara di sini termasuk yang di untal-untal  saya wawancarai juga, kesimpulannya muridnya kakek Pan Loting itu dia mempunyai murid banyak sehingga dari sinilah berkembangnya agama Kristen itu melalui saudara. Dan kemudian dari sini, Untal-untal, Tuka, Abianbase dan kemudian pembaptisan yang kedua di Denpasar Wangaya, dan yang ketiga di Abianbase. Melalui keluarga dari Anggungan, Canang Sari Sading, Padang Tawang itu setelah beberapa tahun kemudian pindah ke Blimbing Sari.

Siapa yang memperkenalkan Pekak Loting dengan Tsang To Hang?
Gusti Nyoman Renda yang tinggal di Banjar Belong (Denpasar) asalnya dari Buduk. Dia adalah teman seorang Cina yang tinggal di Denpasar, mempunyai keluarga di Buduk. Dia penterjemah Tsang To hang. Penterjemah ini mempunyai istri dari Bali. Made Risin itu kan murid Kakek Loting, jadi komunikasinya melalui Made Risin dan saya sempat bertemu dengan beliau sebelum meninggal.  Gusti Nyoman Renda itu sudah tidak memakai banten dalam upacara bukan dari Made Risin, dan cerita yang banyak saya dengar dari Pan Rayu dari Untal-untal karena beliau sendiri yang banyak tahu termasuk Pak Made Risin sendiri yang saya ajak bicara.  
Jadi kalau saya mempertahankan itu saya mempunyai data yang lebih kuat. Perkenalan Gusti Nyoman Renda dengan Made Risin mungkin sesudah ketemu dengan kakek di rumahnya kakek ini, karena murid-muridnya di undang. Sekitar  bulan Juli murid-muridnya di undang untuk bertemu dan sekitar empat puluhan yang hadir. Pertemuannya sebenarnya di sini (Buduk) tetapi pembaptisan dilakukan di Untal-untal karena disana ada sungainya. Sebenarnya tokoh yang sudah termasuk intelek ini adalah I Made Glendung itu yang dari untal-untal. Beliau itu adalah orang yang termasuk pelajar kemudian dia jadi pemimpin dari pada semua pemimpin generasi muda itu.
Penelitian saya sudah  saya serahkan pada tim penyusun dan saya mempunyai tugas bagian ini. Kalau Pak Legi itu samaan dengan Pak Loting, mereka selalu diskusi antara adik dan kakaknya. Kalau orang dulu itu mereka disegani, I Made Geden ini dulu dianggap sebagai Jaksa seperti sekarang di desa, karena didesa banyak yang minta pertimbangan keadilan.

Apakah ada kaitannya dengan Pasek Badak itu pak ?
Ya memang ada kaitannya, kitalah yang Pasek Badak di sini (Buduk), keluarga Pasek Badak yang punya hubungan dengan Tangugn Titi.

Pasek Badak dalam cerita kan sakti sekali pak?
Memang Pan Loting sakti,  dalam arti putih (dalam ilmu kebajikan) juga sakti, sebagai dukun, tari topeng, dalang juga. Beliau belajar dari puri Blaluan dan juga beliau ngasi pice-pice (hadiah-hadiah) dulu.

Dari dibaptis menjadi Kristen beliau menjadi Kristen sampai meninggal katanya beliau pernah mendua, bagaimana itu pak?

 Nah inilah yang saya tidak mengerti ada beberapa, beliau ini kan orang yang disegani dan dihormati, dari pimpinan gereja Jawa Timur waktu itu kurang memperhatikan, mungkin sebab itu, saya pun kurang jelas tidak detail begitu. Yang dikatakan mendua itu, mungkin orang-orang memerlukan atau toleransinya waktu itu. Misalnya ada orang minta tolong diobati atau minta bantuan apa itu dilayani. Misalnya minta tolong mengobati yang sakit. Beliau mengobati di rumah. Kalau yang saya lihat karena waktu itu saya jarang di rumah ada orang yang berobat bawa sesajen, apakah ini toleransi atau bagaimana saya tidak tahu.
Masalah dulu yang katanya dia masuk kristen coba-coba, maksudnya beliau berpikir apakah kalau masuk kristen kita bisa melihat Tuhan, masalah ini belum begitu saya tahu. Mendua itu membenarkan analisis kita karena beliau itu menjadi Kristen hanya coba-coba. Karena di Hindu dia tidak menemukan wujud Tuhan dan kalau beliau masuk kristen katanya beliau akan bisa mengetahui wujud Tuhan tetapi juga tidak sehingga dia kembali ke Hindu. Tetapi waktu menjelang meninggal dia kembali ke Kristen. Sebelum beliau meninggal beliau minta bimbingan dari seorang Pastur, dan beliau mengatakan bahwa dikubur secara Kristen. Setelah menjadi kristen kalau CMA itu kan tidak cepat percaya, buktikan. Kalau sanggah (kuil keluarga) saya masih tetap, karena saudara-saudara saya kan masih banyak Hindu. Nenek moyang kita dulu kan punya pura yaitu pura keluarga itu masih ada.
Jadi mrajan (kuil keluarga) itu tidak dihancurkan masih utuh sampai sekarang. Sanggah (kuil keluarga) itu kan bukan kakek kita sendiri tetapi kan leluhur kita yang buat dari dulu. Kita kan tidak boleh sembarangan begitu dan mereka masih menyungsung (menjunjung). Saudara-saudara dari Kekek Loting masih banyak ada di Banjar Balangan, Banjar Sengguan, Banjar Pasekan juga masih banyak saudara mindon (saudara pupu pupu) atau misan (saudara sepupu).

Siapa saja yang menghuni rumah tuanya itu sekarang?
Rumah itu dihuni oleh anak cucunya Kakek Loting. Saya pulang dari Salatiga itu kan sering saya jenguk.

Apa saja yang pernah bapak bicarakan dengan beliau?
Saya memang bercerita banyak tentang pengalamannya waktu belajar di Buleleng, kemudian pulang menulis buku-buku gending dia tulis dan saya lihat itu sendiri. Itu disenangi oleh teman-temannya. Seingat saya dia menulis “Suluh di Raga” (bercermin pada diri sendiri) tentang bagaimana harus kita belajar dari diri sendiri bahwa diri itu adalah sebenarnya mulia sekali. Di sana disebutkan juga musuh diraga (diri sendiri) bahwa musuh yang utama itu adalah musuh diri sendiri. Suluh di Raga itu bukunya kecil dalam tulis Bali dan sudah dicetak karena anaknya sudah bekerja di percetakan. Dan kemudian disebarkan pada murid-muridnya. Beliau membaca Injil Lukas itu kan dalam bahasa Bali, dan dia belajar tulis Bali kan di Puri. Ada hal-hal apa itu beliau belajar pada pedanda (pendeta brahmana Siwa). Ini kakek yang cerita, saya sering diajak oleh nenek ke Griya Daji Dalang di Buduk. Ayahnya Ida Bagus Ngurah (ayahnya dalang wayang kulit terkenal tahun 1960) yang sudah almarhum sering atau akrablah sedangkan ayah saya   pernah jadi tututan (pengiring) Dalang Ida Bagus Aji (ayah dari Ida Bagus Ngurah) sebelum beragama kristen, masih kecil dia sudah belajar. Griyanya namanya Griya Batan Poh.

Tahun berapa ayah bapak masuk kristen?
Begitu dia menikah dengan ibu saya, setelah itu dia jadi Kristen. Perkiraan saya beliau menikah tahu 1930-an. Keturunan Griya Beten Poh semua keturunan dalang sampai sekarang. Waktu beliau belajar di griya itu dan karena tidak tahan karena takut dimarahi. Jadi boleh dikatakan ayah dan kakek bapak hampir samaan masuk Kristen. Kalau dilihat dari kelahiran adalah generasi ketiga sedangkan dari generasi adalah generasi kedua karena proses kristenisasi. Saat menikah kakek belum Kristen tetapi sudah belajar dan belum di baptis.

Apakah bapak pernah diceritakan oleh ayah bapak, dan beliau sudah dewasa dan sudah menikah kemudian beralih menjkadi kristen, apakah pernah nggak beliau cerita?
Intinya bahwa beliau telah menemukan keselamatan yang bisa diberikan oleh Tuhan melalui putranya yaitu Yesus Kristus itu. Dari sana, kakek kan dulunya mencari Allah, kan tidak ketemu, dia belajar satu perguruan yaitu mula-mula melalui lontar dan terakhir melalui Pan Suweta di banjar dan dirumah dia mengajarkan. Yang saya ketemukan dalam penelitian itu ada ajaran dari Jawa bernama Kusuma itu yang mengajarkan membikin dadu dan beliau diusir dari Bali.  Pelajaran ini rupanya merasuk dia, dan kemudian ada yang mengatakan bahwa Tsang To Hang yang membawa ajaran baru ini yang mengajarkan tentang Allah dan keselamatan dari manusia itu, ia berpikir oh ini yang dia cari dari dulu. Sejak itu sepakatlah kakek bapak untuk ikut ini. Yang ikut ke Singaraja dari sini adalah Gusti Putu Sanur dan Kakek Loting.

Apakah tujuannya mereka ke Singaraja, pernah nggak bapak tanya itu ?
Mereka membawa bekel lebeng matah (makanan siap saji dan bahan mentah) seperti beras dan sebagainya, dan kesana itu untuk berburu di sana. Yang saya dengar dari Gusti Putu Sanur dan kakek sudah meninggal waktu itu. Dia itu guru terkenal sehingga yang dari Desa Banjar. Setelah tamat dari situ, dan saya lihat beliau itu sekarang mengobati orang. Saya kira dia ke sana itu belajar ilmu putihnya yang lebih banyak karena saya lihat banyak orang gila yang datang kesana untuk berobat. Kalau Gusti Putu Sanur lebih banyak ilmu putihnya yang saya lihat dari Pekak Loting.

Kapan Pekak Loting itu lahir?
Ayah saya lahir 1900 sedangkan Pekak Loting kira-kira 1910-1913. Dia meninggal kira-kira 1980.

Selain beliau siapa lagi yang bapak wawancarai atau yang pernah bapak ajak ngobrol atau bicara?
Tokoh-tokoh pendeta yang tua-tua dan yang sudah almarhum semuanya saya wawancarai. Dari Buduk adalah Pan Sembah yang baru saja meninggal.

Kapan terakhir bapak bicara dengan Pan Sembah?
Beberapa kali saya bicara dengan beliau bagaimana beliau menjadi Kristen. Karena anak dari pada adiknya beberapa kali punya anak meninggal dan sekarang juga keponakannya dia sakit dan dia takut akan meninggal lagi, semua orang tua-tua mendoakan anaknya termasuk ayah saya supaya sembuh, sehingga anaknya benar sembuh dan berjanji mau menyerahkan dan benar dia menyerahkan sehingga semua keluarga menjadi Kristen. Baru ini saya mengunjungi adiknya yang namanya Pan Bakti.    

Di Buduk pernah katanya ada masalah, apakah bapak tahu itu?
Kisahnya begini, masing-masing umat membawa kebenarannya sendiri, misalnya kuburan uumat Hindu ada pura, kalau meninggal kan leteh (cemar, aib), sedangkan umat Kristen sama kuburannya dulu terus kita punya pandangan berbeda, nah pandangan berbeda ini perlu perpisahan kuburan. Perbedaan pandangan yang dimaksud disini adalah, kalau umat kristen meninggal dipanggil oleh Tuhan itu tidak leteh. Sedangkan pandangan umat Hindu kan berbeda, perbedaan pandangan ini bisa kita selesaikan, kemudian kita diberikan tempat yang lain. Waktu itu dilarang menanam atau menguburkan, sampai bupati turun tangan. Waktu itu saya diundang, kita diberikan tempat tersendiri dan itulah yang kita pakai dan jam 11 malam, kita sama-sama umat katolik menguburkan dan semenjak itu tidak lagi ada masalah. Kuburan Kristen Protestan dan Katolik menjadi satu.

Masalah suka duka apakah ada kerjasama antara Hindu dan Kristen di Buduk?
Ya tentu ada. Saya masih berbanjar dines (menjadi anggota banjar dinas) juga. Kalau di Kristen suka dukanya namanya Suka Duka kristen. Kalau dengan masyarakat Kristen, kalau suka dukanya ada yang masuk dan ada yang tidak. Kalau dia masuk kewajibanya sama saja. Misalnya kalau ada orang Hindu meninggal orang Kristen tetap saja ikut cuma dalam pembuatan banten (sesaji) saja tidak bisa dan dalam mengusung bade pun umat kristen ikut. Banjar yang ada di Buduk adalah banjar Tengah, Umacandi, Uma tegal, Sengguan, kaja, Brenasi, Uma Kepuh, Uma Kepuh Gunung, dan Pasekan.

Diantara kesembilan barjar itu sudah banyak yang masuk Kristen?
            Belum semuanya, dan yang paling banyak adalah Banjar Uma Candi dan tokohnya adalah mungkin Pan Sembah. Kalau di banjar Tengah lebih sedikit. Ini semua lebihh banyak melalui keluarga dan keluarga saya juga masih banyak yang Hindu. Kalau di Uma Candi itu memang ada muridnya Pan Loting. Gustii Putu sanur juga punya murid di sana dan juga keluarganya banyak disana. Tetapi Gusti Putu sanur dari banjar Pasekan. Pekak Lotig walaupun dia banyak mempunyai murid tetapi misan dan mindon-nya tidak ada yang terpengaruh untuk masuk Kristen. Karena juga ini bukan suatu pemaksaan bagi mereka untuk memilihh agama.  Kakek saya sebenarnya punya prinsif berbeda dengan Pekak Loting yaitu berbeda keyakinan. Maksudnya kalau kakek saya kalau pegang prinsip dia itu tetap kalau Pekak Loting masih goyah. Bisa jadi karena kegoyahan Pekak Loting itu mungkin misan dan mindon-nya sukar tertarik. Kalau dengan Pan Sembah itu kita lihat realitasnya []



No comments:

Post a Comment