Nama Informan :
I Made Gubeg, alias Pan Made Suarda
Tempat
Wawancara : Banjar Balangan, Dewa Kuwum, Badung
Tanggal: 5
Januari 2002
Pewawancara :
Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Dewa
Ayu Satriawati, Staf Admin TSP
Korektor : Nyoman
Wijaya, Ketua TSP
Kalau
kakeknya yang di sini apa pernah diajak ikut masuk Kristen?
Ya
pernah.
Nah
bagiamana ceritanya, kalau cerita yang didengar langsung sudah selesai dan
sekarang cerita yang pernah didengar dari orang lain. Bagaimana Kakek Loting-nya
memanggil yang kakeknya yang di sini?
Made.
Kakeknya yang di sini kan tidak mau karena dia tidak cocok, artinya kan tidak
cocok beragama Kristen, karena diajak tidak mau itu yang menyebabkan kakeknya
dimusuhi.
Bagaimana
katanya saat mengajak itu?
Kalau
dia itu mengajaknya kan hanya secara ngeres-ngeres
(guyon-guyon saja), itu kan biasa ada udang dibalik batu itu kan biasa.
Bagimana
katanya kakeknya yang di sini?
Kan
sudah kelihatan katanya kaknya yang di sini, kan ada sesuhunan (dewa yang dijunjung), nah kalau kakek mau belajar itu,
maka berkati juga anak-anaknya, kalau saya sebagai anak saya tidak akan
ikut-ikutan, kalau seandainya dilepaskan butakala
(makhluk-makhluk jahat) oleh Sang Hyang Widhi, rohnya yang sudah bersih kan
susah nanti memikirkan bersama semua. Makanya kakeknya yang di sini itu tidak
mau ikut beragama Kristen. Tapi kalau saudara Kristen dia itu banyak punya. “Nah
tiang anggon Made rerama nah lantas maan bapa pelajahan.” (Ya, saya yang kamu
jadikan orang tua, sekarang dapat ayah ilmu).
Nah kalau dibilang sama kakeknya kalau dia
itu percaya juga tidak, dan kalau tidak percaya juga tidak, tapi kan hanya agar
bisa bersaudaranya tetap bagus. Nah kalau dibalik misalnya sekarang,
sejelek-jeleknya ada juga bagusnya dan sebagu-bagusnya juga ada yang jelek.
Kalau jadi manusia itu kan tidak ada yang sempurna. Kemomoan (loba, rakus) itu
tidak punya batas. Walaupun bagaimana juga kaya rayanya, itu tidak akan ada
batasnya. Pokoknya kita itu tidak merasa dengan diri. Misalnya kalau Made
misalnya merasa dengan diri pintar, kan tetap merasa diri kurang. Nah ada juga
orang tua itu angkab-angkab barong
somi (baru tahu sedikit banyak yang diomongkan) itu juga banyak. Ada juga yang
membawa ilmu padi (semakin berisi dia itu semakin merunduk). Nah kalau saya ini
bodoh, bagimana pun saya itu bisa merasakan kebodohan itu.
Berarti
kan sudah tua dia waktu itu?
Ya
tahun 1968 kan sudah punya anak tiga.
Sakit
apa katanya?
Tifus,
ibu saya juga dapat menengok ke sana, kalau saya kan masih kecil.
Berarti
kan tidak dapat melihat saat ada pengabenan?
Kan
tidak diabenkan, kan kakeknya itu pintar saat dia masih jaya, dia ikut Kristen
dan setelah dia dapat nama, dia itu ikut lagi agama Hindu dan menjadi balian
konteng (dukun yang dalam suatu upacara menggunakan doa dalam bahasa
Bali umum), lalu setelah mau
meninggal dia lagi beragama Kristen agar dia tidak banyak menghabiskan biaya.
Nah setelah dia masuk Kristen, kan orang Kristen yang mengkremasi mayatnya,
kalau saudara Hindu-nya kan tidak, jadinya dia itu kan tidak di-abenkan.
Berarti
kan dua dia memeluk agama?
Ya
itu kan kakeknya yang membikinkan dirinya, kalau agama Hindu dia itu bisa
karena dia itu tahu mantra, misalnya mantra orang ngotonin (perayaan hari kelahiran setiap 210 hari sekali), upacara
perkawinan dan apa saja dia tahu.
Kalau
meluasang (menanyakan suatu persoalan
melalui perantaraan roh) juga tahu gitu?
Kalau
itu kan.., pokoknya dia itu istilahnya jadi Balian Konteng dia itu bisa.
Nah
kalau bapak sendiri apa pernah diobati oleh dia?
Kalau
itu mungkin saja pernah tapi kalau itu saya kan tidak tahu pasti. Tapi kalau
ibunya pernah diobati.
Ke
sini dia?
Tidak
tapi kan ke Buduk. Kan kita ke sana main-main, karena kakeknya dibilang sakti.
Saya itu kan senang dengan yang sakti-sakti agar mau diobati. Kalau tidak
dihiraukan mungkin sudah bagaimana jadinya. Kan dia yang bikin sakit dan dia
sendiri yang membikin sembuh istilahnya kan sudah gampang baginya untuk
menghidupkan dan mematikan. “de gendahang to” (jangan diganggu orang itu), maka
muridnya tidak akan ada yang berani.
Kalau
di sini apa tidak ada muridnya?
Kalau
di sini tidak ada. Kalau muridnya bagian di Buduk saja, sekarang kan ada buku Wrespathitattwa, bukunya itu sama percis
dengan gambaran yang ada di Buku itu.
Gambar
kakek Lotingnya ada di situ?
Ya,
pelajarannya ada dalam buku itu.
Kok
bapak tahu kalau pelajaran kaknya ada di situ?
Ya
kan karena ada kemiripan dengan buku yang diminta dulu.
Nah
sekarang masih buku Wrespatitattwanya?
Ya
masih.
Pernah
bapak dikasi pelajaran begini?
(tidak
terjawab).
Lalu
bagaimana caranya bapak membandingkan?
Gambar-gambarnya
itu yang percis dengan gambar-gambar yang ada dibukunya kakek Loting.
Pernah
menggambar begini gitu?
Ya.
Dimana
bapak pernah melihat dia menggambar begini?
Itu
kan bukunya yang pernah dulu dikasi.
Buku
apa?
Buku
tulisan tangan saja.
Dimana
dia sering menggambar?
Ya
di rumahnya.
Dirumah
sini?
Tidak
dirumahnya selatan. Ini muridnya mungkin.
Berarti
kan pernah melihat dia menggambar begini?
Ya
lihat gambarnya.
Berarti
ditunjukan gambarnya?
Ya
Berarti
ini gambarnya dia langsung?
Ya.
Berarti
dia itu kan bisa menggambar?
Ya
memang dia itu pintar, dia itu kan bisa ngurug
kajang (kain putih yang berlukiskan wujud manusia yang dibuat dari uang
kepeng yang dijahit serta berisikan tulisan suku kata sakti [Ongkara dsbnya], digunakan sebagai
penutup terluar dari mayat pada waktu upacara ngaben)
Bagaimana
maksudnya ngurug kajang orang mati
itu bagaimana?
Itu
kan ada orang metatah (upacara potong
gigi) dan ini juga kaknya yang
menggambar (Made Jeruk memperlihatkan kain kajang yang dibuat sendiri oleh Pan
Loting.
Ini
juga dia yang menggambar?
Ya
sampai mampu mengukir segini (Made Gubeg memperlihatkan salah satu ukiran
rumahnya yang didesain oleh Pan Loting)
Siapa
yang mengukir?
Gambarnya
dri dia.
Kalau
dokumennya ini bapak yang dikasi langsung atau kaknya yang di sini?
Saya
yang dikasi, karena saya yang meminta.
Bagaimana
bapak memintanya?
“Baang
ngidih nah kak, nyen kalin mati apa nyen” (berikan saya memintanya kakek, kalau kakek
meninggal, apa yang nanti bisa saya lakukan.
“nah
gaenanga nyen.” (ya baik aku buatkan nanti)
Itu
dan banyak yang dibuat model begini tapi akhirnya banyak juga yang dikasi minta
sama orang lain. Ini lihat gambarnya banyak
(Made Gubeg memperlihatkan gambar-gambar hasil karya Pan Loting).
Muridnya
ini mungkin ini?
Kalau
itu saya tidak tahu.
Katanya
Kakek Loting pernah memarekan (menjadi
abd)idi Puri (istana raja), apa itu benar?
Kalau
itu saya tidak dengar.
Katanya
dia pernah memarekan dan ini Paul
Sujana yang bilang ini?
Mungkin
Paul Sujana yang dapat bukunya. Kan kakeknya yang lebih dulu masuk Kristen dan
kemudian anak-anaknya mengikuti. Paul Sujana itu kan dipakai kemenakan.
Dia
bilang kalau dia itu bosan beragama Kristen, lalu lagi mengobati ala Bali gitu,
sebelumnya aja dia itu masuk Kristen lalu ditinggal lagi ke Hindu? Apa dia mau
lagi berbakti ke pura?
Ya
mau, dimana saja ada odalan (perayaan
hari jadi tempat suci) dia itu pasti sembahyang. Lalu dia itu ikut mekekawin (melagukan puisi dalam bahasa
Kawi dengan bentuk dan jumlah kata-kata
dalam setiap baris serta guru lagu yang sudah tertentu) di Pura.
Berarti
dia itu mekidung (sajak dalam bahasa
Bali atau Jawa Tengahan yang dinyanyikan tidak terkait dengan pada lingsa, tapi diikat oleh tembang
pendek dan tembang panjang secara berselang-seling antara dua bait pendek
dengan dua bait panjang) juga pintar?
Ya
dan dikasi surudan 9sesajen yang
sudah dipersembahkan kepada dewa) dia juga mau, pokoknya dikasi apa saja dia
mau.
Kalau
metajen (judi sabungan ayam) juga dia
mau ikut begitu?
Ikut
juga dia itu sering bawa taji (pisau
pipih kecil yang digunakan mempersenjatai ayam saat bertarung).
Kalau
metajen ke sini mau dia ikut?
Tidak,
hanya di selatan (Badung selatan) saja dia.
Kalau
ke sini apa saja yang biasanya dicari?
Kalau
ke sini misalnya kalau ada undangannya dia ikut ke sini.
Siapa
yang mengundang ke sana?
Ya
saya dah yang nyari ke sana.
Berjalan?
Ya,
pokoknya bagaimana pun juga kalau ada kerjaan di sini Kakek Loting harus dicari
ke sana. Dia kan kita minta untuk mengawasi acaranya di sini, kan kita itu
banyak punya musuh. Kalau ada kakek Loting itu kan aman. Nah kalau dulu orang
Tabanan itu kan tidak ada yang berani ngaben,
lalu kak yang di sini (Badung Utara) dan kakek Loting yang diselatan itu ….ngaben pakai wadah tumpang pitu (tujuh) dan memakai lembu, dan
sampai sekarang masih begitu, tapi kalau dulu itu tidak ada yang berani ngaben.
Berarti
kan tidak ada yang mewarisi ilmunya?
Ya
siapapun tidak ada yang mewarisi.
Tapi
katanya dia sudah pernah berpesan sama pak…….’de be melajah keto.” (jangan
mempelajari ilmu kesaktian?
Ya.
“yen luung pak suba amonto (sudah bagus seperti itu), jadi kan anak jaman
perobahan” sebelumnnya Hindu lalu ke Kristen dia.
Berarti
dia bilang begitu. “sekarang jaman perobahan”?
Ya
sekarang kan jaman perobahan, maka kita itu tak akan berhenti untuk belajar.
Kalau fotonya Kakek Loting apa bapak punya?
Tidak, waktu itu pemikiran saya itu kan
tidak sampai ke sana. Gambar-gambarnya baru ada tapi itu kan sudah dikasi sama
orang. Dan ini juga ada saput (selimut)
yang bisa digunakan saat metatah
(upacara potong gigi)
Ini juga Kak Loting yang punya gitu?
Ya ini dia yang punya dan ini dia juga yang
menggambar.
Bagaimana dia bilang saat mengasi bapak?
“pokokne yen iraga jani sing nyidang ngaben
mekajang, ne suba sapute anggon di mesangihe.” (kalau kamu tidak mampu memakai kain kajang, saat upacara ngaben, cukup
gunakan kain selimut ini pada saat upacara potong gigi).
Kalau orang metatah itu memang harus pakai begini?
Kalau itu kan tidak ada yang mengharuskan,
kalau memang mau pakai yang bisa tapi kalau tidak ya tidak apa-apa.
Berarti yang dikas kan kakek yang di sini?
Ya dan ini semua memang hasil karya kak
Loting.
Berarti ini kan saat dia sudah menjadi
Kristen?
Ya, kira-kira kalau tidak salah ini sekitar
tahun 1950.
Bapak kan belum lahir jadinya saat itu?
Sudah, saat itu sudah saya lihat orang
ditatah (melaksanakan upacara potong gigi). Tapi saya juga tidak begitu ingat
itu sekitar tahun 1950 atau 1948.
Kalau bapa tahun berapa lahir?
Kalau tidak salah sekitar tahun 1942.
Berarti kan sudah ingat saat dia menggambar
ini kan gitu jadinya?
Ingat, saat menggambar saputnya juga ingat.
Kalau saput yang pertama ini sudah
tua-tua sekarang dan bahkan sudah banyak yang meninggal. Jadi kalau saat metatah itu kumpul dah di sini artinya, nyama-nyama pasek (saudara-saudara dari
klen Pasek) yang di sini itu berkumpul.
Nah kalau di daerah sini, sekitar berapa
orang yang ikut Pasek Badak?
Kalau di sini kan sekitar 9 KK. Artinya di
rumah selatan, rumah barat, rumah utara .
Di tempat Nyoman Marna juga?
Ya. Kalau saput ini ibunya pernah memakai
ini. Pokoknya semua pernah pakai.
Modelnya itu dipakai bagaimana, saling
bergantian memakainya begitu?
Nah saat kita tidur sebelum ditatah (diasah
giginya) itu, kan kita itu memakai dulu saput-nya
ini dan setelah itu baru kita pakai songket. Saput itu kita pakai di atas
(artinya pakai selimut) dan itu kita taruh di dada kita. Brahmana (pendeta yang
memimpin dan melaksanakan upacara metatah)
nya kan sudah melihat dan buktinya mereka tidak ada yang berani.
Tahu beliau yang bikin ini Kak Loting?
Ya, walaupun diketahui tapi kalau soal
kepintaran Kakek Loting kan sudah berani bertanding, istilahanya kan semua
sudah berisi.
Kalau saat itu Kakek Loting-nya ada? Atau
hanya diberi saja dan beliau tidak ikut di sini?
Kakeknya kan sudah percaya, saat diberikan
kepada kita itu kan sudah di pasupati
(disucikan, diberikan kekuatan Dewa Siwa). Memang ini semuanya sudah di pasupati tapi sekarang kan sudah pernah
dicuci.
Kenapa dicuci?
Karena sudah begitu lamanya, kan sudah
jamuran, karena kena air dan segala macam. Pokoknya ini sudah banyak yang
minjam. Kalau sekarang ini tidak ada yang melanjutkan.
Ya kan biarkan saja dan dipakai sebagai
warisan?
Ya. Kalau tidak salah kainnya ini, kain cap
nyonyah. Ini dibikinnya tahun 1950.
Berarti kan hanya ini saja yang masih
warisannya sekarang?
Ya hanya ini saja. dan sering juga kita
lihat-lihat pelajarannya itu.
Katanya sudah tidak diberikan untuk belajar
itu?
Ya kan hanya dipakai untuk menjaga diri
saja belajar itu. Kalau yang benar-benar belajar kan tidak, dan kalau belajar serius
kan perlu lagi datang ke griya (rumah
pendeta brahmana) untuk dites. Kalau belajar ini kan harus dites supaya lulus.
Kalau tidak lulus kan percuma jadinya. Itu kan cuma dipakai itu saja.
Katanya alasannya dia pindah Kristen itu
karena dia kalah bertanding?
Kalau itu kan hanya mencemooh saja itu. Dia
itu ikut Kristen dan memang dia itu kalah bertanding.
Bukan, katanya saat dia pindah ke Kristen
itu katanya dia itu kalah bertanding dengan guru Kristennya?
Kalau itu saya kurang tahu.
belummmmm
Berarti kalau menurut penuturannya dia
dengan yang di sini itu kan karena dia biar lebih gampang mendapat bantuan?
Ya, karena kalau orang Kristen itu mencari
anggota itu kan disertai dengan bantuan atau jaminan. ini kan dengan saudara
sepupunya ikut jadi pemain Arja waktu itu. Setelah dia menjadi Kristen dan
semua anggota sanggah gede (kuil
keluarga utama)-nya juga ikut.
Berarti dia dulu punya grup Arja bersama
saudara-saudaranya?
Ya semuanya jadi anggota Arja.
Kalau kak Loting jadi apanya?
Kalau dia kan sekaa topeng (perkumpulan
penari toprng) dia yang mengambil jalan sirig topeng Sidakaryanya.
Kalau sekarang ini seperti bondres ya pak?
Itu kan ada yang namanya topeng topeng tua
yang tariannya agak lamban-lamban rengas
(galak) itu.
Itu namanya jalan sirig?
Kalau jalan sirig itu kan nama gamelannya. kalau
saya dia saat mulang Sidarkarya itu saya pernah menonton, itu kan sudah selesai
menarikan topeng pajegannya lalu kan ada topeng tua yang menari menutup hidung
itu, lalu dia kan terakhirnnya menyebarkan uang kepeng, lalu oleh kakek yang di
sini saya disuruh memungut itu. “duduk pipise ento, to anak pekak pedidi ing je
kudiange.” (ambil uang itu, kamu anak kakek sendiir, tidak akan diapa-apakan,
disakiti)
Kalau Dalang dia bisa?
Kalau dalang tidak.
Saat menarikan topeng Sidakarya itu pakai
menyebarkan uang gitu?
Ya kan biasa topeng Sidakarya yang istilahnya
muput (memimpin dan menyempurnakan) karya (upacara) itu menyebarkan uang,
dan itu setelah selesai topeng Pajegan (topeng yang dimainkan seorang diri,
namun melakonkan berbagai tokoh atau karakter)-nya menari.
Kalau menarikan topeng pajegan itu kan
sendiri jadinya?
Ya dan memang Kakek Loting itu bisa
menarikan topeng pajegan itu.
Kalau Kak Loting ke sini (Banjar Balangan) itu
naik apa?
Ya berjalan dan dari Desa Kapal sampai di
sini baru menumpang. Saat itu saya kan punya upacara, dan dia kan ikut di balai
banjar semua orang di sana itu bengong melihat Kakek Loting, karena dia itu
sangat tampan, angker dan berwibawa dan juga pintar.
Berarti kan sebelumnya tidak ada yang tahu
kalau itu Kakek Loting?
Tidak.
Berarti kan ada yang bertanya jadinya?
Memang ada yang bertanya dan saya bilang
saja kalau itu yang namanya Pan Loting, memang semua orang sudah mengenal dan
tahu dengan kesaktiannya, hanya saja banyak yang belum kenal wajahnya. Yang
tahu kan hanya saudara-saudara saja. Kakek Loting itu kan memang orang yang
tidak kalah mental karena dia itu gurunya Kristen dan memang dia itu senang
sekali mengobrol. Selain itu juga Kakek loting memang sangat pintar dan dia
juga pintar mengucapkan mantra.
Saat sudah jadi Kristen berarti masih
dipakai mantranya?
Ya, mantranya akan digunakan saat ada orang
yag menikah dan saat ngotonin, jadi dia itu semua tahu mantranya.
“Dia
baca mantra dan nanti dibawah diterjemahkan Dewa Ayu”
kalau ini dikasi saat sudah selesai?
Ya. Lalu sudah itu baru dikirim ke sini.
Dulu Kakek Loting kan pernah bilang begini, “baang ja kak buku dadua, nyen
gaenanga gegemet, baannga nyen mase gambar-gambar apang ada anggon kayang tua.”
(berikan kakek dua buah buku tulis, nanti kakek buatkan jimat, kakek akan kasi
pula gambar-gambar supaya ada yang kamu pakai saat sudah tua). Nah setelah itu
makanya berapapun saktinya orang itu saya tidak takut, karena saya sudah dikasi
ilmu sama Kakek Loting.
Berarti ilmunya hanya satu yang tadi saja?
Ya. “yan jlemane sakti ento, endih ento
anak tekane uli Pek, sing nyen dadi bena jejeh. Yen ada keto lalungin dogen ibane,
sing ba ya bani.” (kalau orang sakti itu beruwud nyala api, itu datangnya dari
vagina, kalau demikian kamu telanjang saja, dia tidak akan berani mengganggu
kamu). Hanya satu yang saya tidak dikasi memapas
(berhadap-hadapan langsung), jika ada
api dua sebelah timur dan barat, dan kalau hanya satu saja, saya disuruh
melawan.
Kenapa tidak dikasi?
Itu katanya Naga Wisesa dan kalau itu
dilewati bisa bahaya. Makanya saya itu dulu tidak mengenal pagi dan malam,
kadang-kadang saya tengah malam saya masih di Selem Bawak, kalau sudah begitu
saya hanya tidak memanggil saudara saya yang empat itu. Kalau seandainya saya
melihat itu (makhluk jadi-jadian) saya hanya jongkok saja dulu dan begitu
perasaan saya sudah tenang dan agak berani maka saya akan jalan lagi.
Apa mungkin waktu kecil bapak sudah dikasi gegemet (jimat)?
Bukannya dikasi gegemet, saya hanya disuruh memanggil itu saja.
Berarti itu kan saat sudah remaja dikasi
itu?
Ya. Saya saat itu sedang senang-senang
bermain. Saya kan waktu itu juga sering malam harinya ngembahang yeh, (mengalirkan air di sawah pada malam hari), lalu
orang-orang yang tua-tua itu kan banyak yang cerita dengan hal-hal yang
menakutkan, kalau misalnya saya itu bodoh dan tidak pernah dikasi tahu begitu
sama Kakek Loting saya kan pulang jadinya karena takut dan akhirnya yang
tua-tua kan dengan mudah jadinya mengambil air saya. Kakek Loting juga pernah
bilang, “da ba gugune anak tusing ja amaha teken leak.” (jangan percaya seperti
itu, leak tidak sampai memakan kamu).
Atau mungkin karena bapak itu soroh Pasek Badak
itu?
Ya dan disamping itu juga saya kan memang
ada dasarnya agak berani dan kemudian juga mendapat petuah begitu dari Kakek
Loting, maka saya kan tambah berani
jadinya.
Sekarang kita ulang dulu sedikit, Kakerk
Loting mengasi ilmu itu di sini atau di Buduk?
Itu kan datang sewaktu-waktu dan saat
datangnya itu dah saya itu dikasi tahu begitu. Begitu saya tahu sedikit maka
akan langsung saya praktekan.
Kalau pelajarannya itu berlainan?
Itu, kan memang satu, itu saya kan memang
mencari, intinya agar saya tidak diganggu saja. jadi saya hanya mempelajari itu
saja, kalau untuk menyakiti saya itu memang tidak. Kalau sepertinya baju hanya
saya gunakan untuk menghangatkan badan saja. biar tidak jika kita dilempar
dengan tahi (tinja) itu lalu membalas
dengan tahi. Jika orang melempar kita
dengan tahi, maka kita itu harus bisa melempar dengan bunga (bersambung)
No comments:
Post a Comment