Monday, May 2, 2016

Setelah Mau Meninggal Dia Kembali Beragama Kristen




 Nama Informan : I Made Gubeg, alias Pan Made Suarda  
Tempat Wawancara : Banjar Balangan, Dewa Kuwum, Badung
Tanggal: 5 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Kalau kakeknya yang di sini apa pernah diajak ikut masuk Kristen?
Ya pernah.

Nah bagiamana ceritanya, kalau cerita yang didengar langsung sudah selesai dan sekarang cerita yang pernah didengar dari orang lain. Bagaimana Kakek Loting-nya memanggil yang kakeknya yang di sini?
Made. Kakeknya yang di sini kan tidak mau karena dia tidak cocok, artinya kan tidak cocok beragama Kristen, karena diajak tidak mau itu yang menyebabkan kakeknya dimusuhi.



Bagaimana katanya saat mengajak itu?
Kalau dia itu mengajaknya kan hanya secara ngeres-ngeres (guyon-guyon saja), itu kan biasa ada udang dibalik batu itu kan biasa.

Bagimana katanya kakeknya yang di sini?
Kan sudah kelihatan katanya kaknya yang di sini, kan ada sesuhunan (dewa yang dijunjung), nah kalau kakek mau belajar itu, maka berkati juga anak-anaknya, kalau saya sebagai anak saya tidak akan ikut-ikutan, kalau seandainya dilepaskan butakala (makhluk-makhluk jahat) oleh Sang Hyang Widhi, rohnya yang sudah bersih kan susah nanti memikirkan bersama semua. Makanya kakeknya yang di sini itu tidak mau ikut beragama Kristen. Tapi kalau saudara Kristen dia itu banyak punya. “Nah tiang anggon Made rerama nah lantas maan bapa pelajahan.” (Ya, saya yang kamu jadikan orang tua, sekarang dapat ayah ilmu).
Nah kalau dibilang sama kakeknya kalau dia itu percaya juga tidak, dan kalau tidak percaya juga tidak, tapi kan hanya agar bisa bersaudaranya tetap bagus. Nah kalau dibalik misalnya sekarang, sejelek-jeleknya ada juga bagusnya dan sebagu-bagusnya juga ada yang jelek. Kalau jadi manusia itu kan tidak ada yang sempurna. Kemomoan (loba, rakus) itu tidak punya batas. Walaupun bagaimana juga kaya rayanya, itu tidak akan ada batasnya. Pokoknya kita itu tidak merasa dengan diri. Misalnya kalau Made misalnya merasa dengan diri pintar, kan tetap merasa diri kurang. Nah ada juga orang tua itu angkab-angkab barong somi (baru tahu sedikit banyak yang diomongkan) itu juga banyak. Ada juga yang membawa ilmu padi (semakin berisi dia itu semakin merunduk). Nah kalau saya ini bodoh, bagimana pun saya itu bisa merasakan kebodohan itu.

Berarti kan sudah tua dia waktu itu?
Ya tahun 1968 kan sudah punya anak tiga.

Sakit apa katanya?
Tifus, ibu saya juga dapat menengok ke sana, kalau saya kan masih kecil.

Berarti kan tidak dapat melihat saat ada pengabenan?
Kan tidak diabenkan, kan kakeknya itu pintar saat dia masih jaya, dia ikut Kristen dan setelah dia dapat nama, dia itu ikut lagi agama Hindu dan menjadi balian konteng (dukun yang dalam suatu upacara menggunakan doa dalam bahasa Bali umum), lalu setelah mau meninggal dia lagi beragama Kristen agar dia tidak banyak menghabiskan biaya. Nah setelah dia masuk Kristen, kan orang Kristen yang mengkremasi mayatnya, kalau saudara Hindu-nya kan tidak, jadinya dia itu kan tidak di-abenkan.

Berarti kan dua dia memeluk agama?
Ya itu kan kakeknya yang membikinkan dirinya, kalau agama Hindu dia itu bisa karena dia itu tahu mantra, misalnya mantra orang ngotonin (perayaan hari kelahiran setiap 210 hari sekali), upacara perkawinan dan apa saja dia tahu.

Kalau meluasang (menanyakan suatu persoalan melalui perantaraan roh) juga tahu gitu?
Kalau itu kan.., pokoknya dia itu istilahnya jadi Balian Konteng dia itu bisa.

Nah kalau bapak sendiri apa pernah diobati oleh dia?
Kalau itu mungkin saja pernah tapi kalau itu saya kan tidak tahu pasti. Tapi kalau ibunya pernah diobati.

Ke sini dia?
Tidak tapi kan ke Buduk. Kan kita ke sana main-main, karena kakeknya dibilang sakti. Saya itu kan senang dengan yang sakti-sakti agar mau diobati. Kalau tidak dihiraukan mungkin sudah bagaimana jadinya. Kan dia yang bikin sakit dan dia sendiri yang membikin sembuh istilahnya kan sudah gampang baginya untuk menghidupkan dan mematikan. “de gendahang to” (jangan diganggu orang itu), maka muridnya tidak akan ada yang berani.

Kalau di sini apa tidak ada muridnya?
Kalau di sini tidak ada. Kalau muridnya bagian di Buduk saja, sekarang kan ada buku Wrespathitattwa, bukunya itu sama percis dengan gambaran yang ada di Buku itu.

Gambar kakek Lotingnya ada di situ?
Ya, pelajarannya ada dalam buku itu.

Kok bapak tahu kalau pelajaran kaknya ada di situ?
Ya kan karena ada kemiripan dengan buku yang diminta dulu.

Nah sekarang masih buku Wrespatitattwanya?
Ya masih.

Pernah bapak dikasi pelajaran begini?
(tidak terjawab).

Lalu bagaimana caranya bapak membandingkan?
Gambar-gambarnya itu yang percis dengan gambar-gambar yang ada dibukunya kakek Loting.

Pernah menggambar begini gitu?
Ya.
Dimana bapak pernah melihat dia menggambar begini?
Itu kan bukunya yang pernah dulu dikasi.

Buku apa?
Buku tulisan tangan saja.

Dimana dia sering menggambar?
Ya di rumahnya.

Dirumah sini?
Tidak dirumahnya selatan. Ini muridnya mungkin.

Berarti kan pernah melihat dia menggambar begini?
Ya lihat gambarnya.

Berarti ditunjukan gambarnya?
Ya

Berarti ini gambarnya dia langsung?
Ya.

Berarti dia itu kan bisa menggambar?
Ya memang dia itu pintar, dia itu kan bisa ngurug kajang (kain putih yang berlukiskan wujud manusia yang dibuat dari uang kepeng yang dijahit serta berisikan tulisan suku kata sakti [Ongkara dsbnya], digunakan sebagai penutup terluar dari mayat pada waktu upacara ngaben)

Bagaimana maksudnya ngurug kajang orang mati itu bagaimana?
Itu kan ada orang metatah (upacara potong gigi)  dan ini juga kaknya yang menggambar (Made Jeruk memperlihatkan kain kajang yang dibuat sendiri oleh Pan Loting.

Ini juga dia yang menggambar?
Ya sampai mampu mengukir segini (Made Gubeg memperlihatkan salah satu ukiran rumahnya yang didesain oleh Pan Loting)

Siapa yang mengukir?
Gambarnya dri dia.

Kalau dokumennya ini bapak yang dikasi langsung atau kaknya yang di sini?
Saya yang dikasi, karena saya yang meminta.

Bagaimana bapak memintanya?
“Baang ngidih nah kak, nyen kalin mati apa nyen”  (berikan saya memintanya kakek, kalau kakek meninggal, apa yang nanti bisa saya lakukan.
“nah gaenanga nyen.” (ya baik aku buatkan nanti)
Itu dan banyak yang dibuat model begini tapi akhirnya banyak juga yang dikasi minta sama orang lain. Ini lihat gambarnya banyak  (Made Gubeg memperlihatkan gambar-gambar hasil karya Pan Loting).

Muridnya ini mungkin ini?
Kalau itu saya tidak tahu.

Katanya Kakek Loting pernah memarekan (menjadi abd)idi Puri (istana raja), apa itu benar?
Kalau itu saya tidak dengar.

Katanya dia pernah memarekan dan ini Paul Sujana yang bilang ini?
Mungkin Paul Sujana yang dapat bukunya. Kan kakeknya yang lebih dulu masuk Kristen dan kemudian anak-anaknya mengikuti. Paul Sujana itu kan dipakai kemenakan.

Dia bilang kalau dia itu bosan beragama Kristen, lalu lagi mengobati ala Bali gitu, sebelumnya aja dia itu masuk Kristen lalu ditinggal lagi ke Hindu? Apa dia mau lagi berbakti ke pura?
Ya mau, dimana saja ada odalan (perayaan hari jadi tempat suci) dia itu pasti sembahyang. Lalu dia itu ikut mekekawin (melagukan puisi dalam bahasa Kawi dengan bentuk  dan jumlah kata-kata dalam setiap baris serta guru lagu yang sudah tertentu) di Pura.

Berarti dia itu mekidung (sajak dalam bahasa Bali atau Jawa Tengahan yang dinyanyikan tidak terkait dengan pada lingsa, tapi diikat oleh tembang pendek dan tembang panjang secara berselang-seling antara dua bait pendek dengan dua bait panjang) juga pintar?

Ya dan dikasi surudan 9sesajen yang sudah dipersembahkan kepada dewa) dia juga mau, pokoknya dikasi apa saja dia mau.

Kalau metajen (judi sabungan ayam) juga dia mau ikut begitu?
Ikut juga dia itu sering bawa taji (pisau pipih kecil yang digunakan mempersenjatai ayam saat bertarung).

Kalau metajen ke sini mau dia ikut?
Tidak, hanya di selatan (Badung selatan) saja dia.

Kalau ke sini apa saja yang biasanya dicari?
Kalau ke sini misalnya kalau ada undangannya dia ikut ke sini.

Siapa yang mengundang ke sana?
Ya saya dah yang nyari ke sana.

Berjalan?
Ya, pokoknya bagaimana pun juga kalau ada kerjaan di sini Kakek Loting harus dicari ke sana. Dia kan kita minta untuk mengawasi acaranya di sini, kan kita itu banyak punya musuh. Kalau ada kakek Loting itu kan aman. Nah kalau dulu orang Tabanan itu kan tidak ada yang berani ngaben, lalu kak yang di sini (Badung Utara) dan kakek Loting  yang diselatan itu ….ngaben pakai wadah tumpang pitu (tujuh) dan memakai lembu, dan sampai sekarang masih begitu, tapi kalau dulu itu tidak ada yang berani ngaben.

Berarti kan tidak ada yang mewarisi ilmunya?
Ya siapapun tidak ada yang mewarisi.

Tapi katanya dia sudah pernah berpesan sama pak…….’de be melajah keto.” (jangan mempelajari ilmu kesaktian?
Ya. “yen luung pak suba amonto (sudah bagus seperti itu), jadi kan anak jaman perobahan” sebelumnnya Hindu lalu ke Kristen dia.

Berarti dia bilang begitu. “sekarang jaman perobahan”?
Ya sekarang kan jaman perobahan, maka kita itu tak akan berhenti untuk belajar.

Kalau fotonya  Kakek Loting apa bapak  punya?
Tidak, waktu itu pemikiran saya itu kan tidak sampai ke sana. Gambar-gambarnya baru ada tapi itu kan sudah dikasi sama orang. Dan ini juga ada saput (selimut) yang bisa digunakan saat metatah (upacara potong gigi)

Ini juga Kak Loting yang punya gitu?
Ya ini dia yang punya dan ini dia juga yang menggambar.

Bagaimana dia bilang saat mengasi bapak?
“pokokne yen iraga jani sing nyidang ngaben mekajang, ne suba sapute anggon di mesangihe.”  (kalau kamu tidak mampu memakai kain kajang, saat upacara ngaben, cukup gunakan kain selimut ini pada saat upacara potong gigi).

Kalau orang metatah itu memang harus pakai begini?
Kalau itu kan tidak ada yang mengharuskan, kalau memang mau pakai yang bisa tapi kalau tidak ya tidak apa-apa.

Berarti yang dikas kan kakek yang di sini?
Ya dan ini semua memang hasil karya kak Loting.

Berarti ini kan saat dia sudah menjadi Kristen?
Ya, kira-kira kalau tidak salah ini sekitar tahun 1950.

Bapak kan belum lahir jadinya saat itu?
Sudah, saat itu sudah saya lihat orang ditatah (melaksanakan upacara potong gigi). Tapi saya juga tidak begitu ingat itu sekitar tahun 1950 atau 1948.

Kalau bapa tahun berapa lahir?
Kalau tidak salah sekitar tahun 1942.

Berarti kan sudah ingat saat dia menggambar ini kan gitu jadinya?
Ingat, saat menggambar saputnya juga ingat. Kalau saput yang pertama ini sudah tua-tua sekarang dan bahkan sudah banyak yang meninggal. Jadi kalau saat metatah itu kumpul dah di sini artinya, nyama-nyama pasek (saudara-saudara dari klen Pasek) yang di sini itu  berkumpul.

Nah kalau di daerah sini, sekitar berapa orang yang ikut Pasek Badak?
Kalau di sini kan sekitar 9 KK. Artinya di rumah selatan, rumah barat, rumah utara .

Di tempat Nyoman Marna juga?
Ya. Kalau saput ini ibunya pernah memakai ini. Pokoknya semua pernah pakai.

Modelnya itu dipakai bagaimana, saling bergantian memakainya begitu?
Nah saat kita tidur sebelum ditatah (diasah giginya) itu, kan kita itu memakai dulu saput-nya ini dan setelah itu baru kita pakai songket. Saput itu kita pakai di atas (artinya pakai selimut) dan itu kita taruh di dada kita. Brahmana (pendeta yang memimpin dan melaksanakan upacara metatah) nya kan sudah melihat dan buktinya mereka tidak ada yang berani.

Tahu beliau yang bikin ini Kak Loting?
Ya, walaupun diketahui tapi kalau soal kepintaran Kakek Loting kan sudah berani bertanding, istilahanya kan semua sudah berisi.
Kalau saat itu Kakek Loting-nya ada? Atau hanya diberi saja dan beliau tidak ikut di sini?
Kakeknya kan sudah percaya, saat diberikan kepada kita itu kan sudah di pasupati (disucikan, diberikan kekuatan Dewa Siwa). Memang ini semuanya sudah di pasupati tapi sekarang kan sudah pernah dicuci.

Kenapa dicuci?
Karena sudah begitu lamanya, kan sudah jamuran, karena kena air dan segala macam. Pokoknya ini sudah banyak yang minjam. Kalau sekarang ini tidak ada yang melanjutkan.

Ya kan biarkan saja dan dipakai sebagai warisan?
Ya. Kalau tidak salah kainnya ini, kain cap nyonyah. Ini dibikinnya tahun 1950.

Berarti kan hanya ini saja yang masih warisannya sekarang?
Ya hanya ini saja. dan sering juga kita lihat-lihat pelajarannya itu.

Katanya sudah tidak diberikan untuk belajar itu?
Ya kan hanya dipakai untuk menjaga diri saja belajar itu. Kalau yang benar-benar belajar kan tidak, dan kalau belajar serius kan perlu lagi datang ke griya (rumah pendeta brahmana) untuk dites. Kalau belajar ini kan harus dites supaya lulus. Kalau tidak lulus kan percuma jadinya. Itu kan cuma dipakai itu saja.

Katanya alasannya dia pindah Kristen itu karena dia kalah bertanding?
Kalau itu kan hanya mencemooh saja itu. Dia itu ikut Kristen dan memang dia itu kalah bertanding.

Bukan, katanya saat dia pindah ke Kristen itu katanya dia itu kalah bertanding dengan guru Kristennya?
Kalau itu saya kurang tahu.

belummmmm
Berarti kalau menurut penuturannya dia dengan yang di sini itu kan karena dia biar lebih gampang mendapat bantuan?
Ya, karena kalau orang Kristen itu mencari anggota itu kan disertai dengan bantuan atau jaminan. ini kan dengan saudara sepupunya ikut jadi pemain Arja waktu itu. Setelah dia menjadi Kristen dan semua anggota sanggah gede (kuil keluarga utama)-nya juga ikut.

Berarti dia dulu punya grup Arja bersama saudara-saudaranya?
Ya semuanya jadi anggota Arja.

Kalau kak Loting jadi apanya?
Kalau dia kan sekaa topeng (perkumpulan penari toprng) dia yang mengambil jalan sirig topeng Sidakaryanya.

Kalau sekarang ini seperti bondres ya pak?
Itu kan ada yang namanya topeng topeng tua yang tariannya agak lamban-lamban rengas (galak) itu.

Itu namanya jalan sirig?
Kalau jalan sirig itu kan nama gamelannya. kalau saya dia saat mulang Sidarkarya itu saya pernah menonton, itu kan sudah selesai menarikan topeng pajegannya lalu kan ada topeng tua yang menari menutup hidung itu, lalu dia kan terakhirnnya menyebarkan uang kepeng, lalu oleh kakek yang di sini saya disuruh memungut itu. “duduk pipise ento, to anak pekak pedidi ing je kudiange.” (ambil uang itu, kamu anak kakek sendiir, tidak akan diapa-apakan, disakiti)

Kalau Dalang dia bisa?
Kalau dalang tidak.

Saat menarikan topeng Sidakarya itu pakai menyebarkan uang gitu?
Ya kan biasa topeng Sidakarya yang istilahnya muput (memimpin dan menyempurnakan) karya (upacara) itu menyebarkan uang, dan itu setelah selesai topeng Pajegan (topeng yang dimainkan seorang diri, namun melakonkan berbagai tokoh atau karakter)-nya menari.

Kalau menarikan topeng pajegan itu kan sendiri jadinya?
Ya dan memang Kakek Loting itu bisa menarikan topeng pajegan itu.

Kalau Kak Loting ke sini (Banjar Balangan) itu naik apa?
Ya berjalan dan dari Desa Kapal sampai di sini baru menumpang. Saat itu saya kan punya upacara, dan dia kan ikut di balai banjar semua orang di sana itu bengong melihat Kakek Loting, karena dia itu sangat tampan, angker dan berwibawa dan juga pintar.

Berarti kan sebelumnya tidak ada yang tahu kalau itu Kakek Loting?
Tidak.

Berarti kan ada yang bertanya jadinya?
Memang ada yang bertanya dan saya bilang saja kalau itu yang namanya Pan Loting, memang semua orang sudah mengenal dan tahu dengan kesaktiannya, hanya saja banyak yang belum kenal wajahnya. Yang tahu kan hanya saudara-saudara saja. Kakek Loting itu kan memang orang yang tidak kalah mental karena dia itu gurunya Kristen dan memang dia itu senang sekali mengobrol. Selain itu juga Kakek loting memang sangat pintar dan dia juga pintar mengucapkan mantra.

Saat sudah jadi Kristen berarti masih dipakai mantranya?
Ya, mantranya akan digunakan saat ada orang yag menikah dan saat ngotonin, jadi dia itu semua tahu mantranya.

“Dia baca mantra dan nanti dibawah diterjemahkan Dewa Ayu”
kalau ini dikasi saat sudah selesai?
Ya. Lalu sudah itu baru dikirim ke sini. Dulu Kakek Loting kan pernah bilang begini, “baang ja kak buku dadua, nyen gaenanga gegemet, baannga nyen mase gambar-gambar apang ada anggon kayang tua.” (berikan kakek dua buah buku tulis, nanti kakek buatkan jimat, kakek akan kasi pula gambar-gambar supaya ada yang kamu pakai saat sudah tua). Nah setelah itu makanya berapapun saktinya orang itu saya tidak takut, karena saya sudah dikasi ilmu sama Kakek Loting.

Berarti ilmunya hanya satu yang tadi saja?
Ya. “yan jlemane sakti ento, endih ento anak tekane uli Pek, sing nyen dadi bena jejeh. Yen ada keto lalungin dogen ibane, sing ba ya bani.” (kalau orang sakti itu beruwud nyala api, itu datangnya dari vagina, kalau demikian kamu telanjang saja, dia tidak akan berani mengganggu kamu). Hanya satu yang saya tidak dikasi memapas  (berhadap-hadapan langsung), jika ada api dua sebelah timur dan barat, dan kalau hanya satu saja, saya disuruh melawan.

Kenapa tidak dikasi?
Itu katanya Naga Wisesa dan kalau itu dilewati bisa bahaya. Makanya saya itu dulu tidak mengenal pagi dan malam, kadang-kadang saya tengah malam saya masih di Selem Bawak, kalau sudah begitu saya hanya tidak memanggil saudara saya yang empat itu. Kalau seandainya saya melihat itu (makhluk jadi-jadian) saya hanya jongkok saja dulu dan begitu perasaan saya sudah tenang dan agak berani maka saya akan jalan lagi.

Apa mungkin waktu kecil bapak sudah dikasi gegemet (jimat)?
Bukannya dikasi gegemet, saya hanya disuruh memanggil itu saja.

Berarti itu kan saat sudah remaja dikasi itu?
Ya. Saya saat itu sedang senang-senang bermain. Saya kan waktu itu juga sering malam harinya ngembahang yeh, (mengalirkan air di sawah pada malam hari), lalu orang-orang yang tua-tua itu kan banyak yang cerita dengan hal-hal yang menakutkan, kalau misalnya saya itu bodoh dan tidak pernah dikasi tahu begitu sama Kakek Loting saya kan pulang jadinya karena takut dan akhirnya yang tua-tua kan dengan mudah jadinya mengambil air saya. Kakek Loting juga pernah bilang, “da ba gugune anak tusing ja amaha teken leak.” (jangan percaya seperti itu, leak tidak sampai memakan kamu).

Atau mungkin karena bapak itu soroh Pasek Badak itu?
Ya dan disamping itu juga saya kan memang ada dasarnya agak berani dan kemudian juga mendapat petuah begitu dari Kakek Loting,  maka saya kan tambah berani jadinya.

Sekarang kita ulang dulu sedikit, Kakerk Loting mengasi ilmu itu di sini atau di Buduk?
Itu kan datang sewaktu-waktu dan saat datangnya itu dah saya itu dikasi tahu begitu. Begitu saya tahu sedikit maka akan langsung saya praktekan.

Kalau pelajarannya itu berlainan?
Itu, kan memang satu, itu saya kan memang mencari, intinya agar saya tidak diganggu saja. jadi saya hanya mempelajari itu saja, kalau untuk menyakiti saya itu memang tidak. Kalau sepertinya baju hanya saya gunakan untuk menghangatkan badan saja. biar tidak jika kita dilempar dengan tahi (tinja) itu lalu membalas dengan tahi. Jika orang melempar kita dengan tahi, maka kita itu harus bisa melempar dengan bunga (bersambung)




No comments:

Post a Comment