Monday, April 11, 2016

Alasan Anak Agung Panji Tisna Pindah ke Agama Kristen



Nama Informan : Jro Mekele Sroja (2)
Tempat wawancara : Puri Liligundi, Singaraja, tanggal 4 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, ketua TSP
Tramskriptor : Dewa Ayu Satriawati, admin TSP


Sekarang lanjutkan sedikit, tentang Anak Agung Panji, apa yang menyebabkan beliau itu pindah agama?
Itu kan karena Jepangnya.

Jepangnya yang menangkap?
Itu kan karena saya juga yang salah, karena menjemur bendera Belandanya, saat itu kan saya cuci, maunya saya pakai serbet, karena sudah robek sekali. Setelah itu saya kan menjemurnya di pagar, saat itu kan ada pagar. 


Saat itu tinggalnya dimana?
Ya dipinggir jalannya di Sraya.

Ditempat kita tadi?
Tidak, ditempat saya menanam jeruk, saat itu saya kan tidak tahu, lalu lagi sebentarnya datang Jepangnya. Lalu kan ditangkap Anak Agung Panji, saat itu saya kan menanam jeruk dan saat itu sudah berbuah satu kali. Setelah itu saya kan lantas pergi ke Kota, saat itu kan susah sekali karena Belandanya tidak mau juga menyerah, setelah itu kan datang kemerdekaannya, dan saat itu banyak sekali waktu itu dan penuh, semuanya punggawa-punggawa itu penuh di sini, sampai di bawah-bawah lumbungnya ada yang bersembunyi, sampai di Griya Barat ini ada yang bersembunyi, karena kan yang dari Bubunan, Banjar semuanya datang ke sini, semua punggawanya takut berada di rumahnya masing-masing.

Sekarang balik dulu sedikit, saat Jepangnya melihat bendera yang sudah di jemur, siapa lalu yang ditangkap?
Ya, beliau Anak Agung Panji Tisna.

Di Sraya?
Ya, di Sraya, lalu kan dibawa ke Sel di Kota.

Lalu kan ditanya, apa yang menyebabkan ada bendera Belanda?
Itu kan bendera Belandanya itu saya jemur dan akan saya gunakan untuk serbet, kan benderanya sudah rusak, mau dipakai apa lagi kan tidak bisa. Itu dah kesalahannya saya, karena saya itu menjemur bendera Belandanya, makanya Dwagungnya sampai ditangkap.
Dipenjara?
Ya ditahan (disel).

Kalau Jro Mekel tidak dipanggil?
Ya dapat juga saya ke sana, saya ini kan wanita kalau ditahan kan tidak mungkin. Saya kan kembali lagi ke puri dan mengajak anak-anaknya saya. Saat itu saya kan masih sedang hamil, hamil Anak Agung Ngurah Terdika, saat itu belum lahir anak saya itu. setelah lahir anak saya, lalu Dwagung (ayahnya Anak Agung Panji Tisna), beliau wafat tahun 1944. setelah itu kan Anak Agung Panji Tisna yang menggantikan ayahnya.

Jadi Raja?
Ya diangkat di sini, oleh rakyatnya. Saat itu Anak Agung Panji Tisna kan masih ditahan oleh Jepangnya. Oleh sebab itu makanya, lagi satu tahunnya beliau menjadi Kristen. jadinya tahun 1945 beliau masuk Kristen.

Apa yang menyebabkan pindah agama itu, karena takut sama Jepangnya?
Ya, karena sudah mau dibunuh. Lalu beliau kan berdoa, lalu mungkin tidak diapa-apakan, kan berkaul jadinya (mesesangi), berkaul mau jadi Kristen.

Berarti berkaul beliau?
Ya, kan begitu mungkin, beliau kan sendiri waktu itu. makanya tahun 1945 anak saya lahir, lalu beliau dibaptis. Dibaptis bersama pendeta Ambesah.

Orang bule?
Tidak, orang timur.

Jro mekel dikasi tahu sama Anak Agung Panji Tisnanya, kalau beliau akan pindah agama?
Ya, kan sama-sama di sana.

Tidak, saat pindah agama, apa katanya beliau sama Jro Mekel?
Tidak, itu kan hanya sering-sering berdoa, lalu saya juga ikut.

Sebelum pindah agama?
Ya, lalu saya kan ikut saja. Saya itu istilahnya Ngiring, dan memang saya itu lebih dulu tinggal di Belanda, makanya saya itu tahu dengan Tuhan Yesus. Itu kan saya tinggal di sini, Tuan Bang di sana dan sebelah Baratnya itu Katholik.

Berarti lebih dulu mendengar Tuhan Yesus dari Anak Agung Panji Tisna?
Ya, memang dari dulunya saya sudah mengenal Tuhan Yesus. Lalu karena Anak Agung Panji Tisna menjadi Kristen saya kan bertambah tahu jadinya. Sebenarnya saya dulu masuk di Kemah Injil, setelah di Kemah Injil, ibu saya lalu yang di Baptis.

Sebelum menikah?
Ya, ibu saya itu kan ikut di sini. Ibu saya, kakak-kakak saya, bertiga jadinya. Itu kan saya yang menyuruh, tapi saya itu kan belakangan, karena saya belakangan, saya itu kan masih kena bagian membuat sajen, jadinya saya itu kan susah, makanya saya itu belakangan dan waktu itu oleh Pak Mastra, saat gerejanya di sini dan sudah banyak saya menyuruh agara orang itu menjadi Kristen. makanya I Karya, I Muncin, kemekan-kemenakan saya, saya sekolahkan dia sekolah pendeta, di Makasar. Dan sekarang anak-anaknya I Muncin sudah sekarang menjadi pendeta dan dua jadinya, dan Muncin sendiri tidak jadi pendeta, itu kan wanita, jadinya batal jadi pendeta.

Saat belum pindah agama, apa pernah cerita-cerita beliau sebelum sama Jro mekel?
Ya, memang sering-sering, bercerita.

Apa saja yang beliau katakan?
Kalau sendiri kan tidak dikasi tahu, karena saya sudah ikut membaca nyanyian (gita), Alkitab.

Darimana dapat Alkitab?
Itu dah dapat dari Pendeta Ambesah.

Sebelum pindah agama sudah punya Alkitab?
Sudah.

Saat ditangkap sama Jepangnya sudah punya Alkitab?
Sudah. Saat itu kan banyak pendeta-pendetanya yang datang ke sini, saya itu kan didatangi dan saya dikasi buku.

Saat itu masih Hindu ya?
Ya. karena saya ikut jadinya, kan karena buku ini yang menyebabkan.
Saat itu Panji Tisna, juga sudah punya kitab-kitab suci?

Sudah.

Dimana beliau mendapatkannya?
Ya dari pendeta-pendetanya, dan banyak memang kitab sucinya.

Kalau sekarang masih ada kitab sucinya beliau ?
Ini kitab sucinya banyak.

Kalau yang dikasi sama Belandanya itu masih?
Kalau itu kan Anak Agung Mister yang mengasi. Kalau Anak Agung Mister sebenarnya begini, kata beliau begini sama saya, “saya akan menjadi Kristen, saat meninggalnya saya, saya akan ke Jawa, saya akan dibaptis di Jawa, baru saya akan masuk Kristen dengan sah (sungguh-sungguh). Sebenarnya sekolahnya saya itu juga bukunya ini, buku ini yang menyababkan saya, bukunya ini yang saya pelajari.”
Yang sekolah di Belanda, kan gitu?
Ya.

Kakaknya beliau itu ya?
Tidak, adiknya. Sekarang beliau kan sudah tidak ada lagi, beliau meninggal tahun 1970, di Jakarta.

Jadi Anak Agung Mister yang lebih dulu bawa Alkitab?
Ya, lalu kan diberikan sama Anak Agung Panji Tisna untuk dibaca dan kadang-kadang sama-sama juga membacanya, karena mereka kan bersaudara. Setelah itu kan dimengerti isinya, jadinya kelihatannya saja beliau itu di luar Hindu, padahal di dalam sudah mengikuti ajaran Kristen. kemudian datang pendeta Ambesah, tahun 1944.

Beliau berkaul jadinya?
Ya, beliau berkaul, jika tidak dibunuh maka akan masuk Kristen. beliau kan berdoa dan berjanji sama Tuhan.

Saat itu Jro mekel tahu?
Tahu.

Sudah ngomong sama Jro mekel?
Itu kan bersama dan, jadi satu, anak-anaknya. Dan kemudian terus jadi Kristen. kemudian saya kan menyekolahkan I Karya, I Karya itu memang gila sampai sekarang karena jadi angkatan laut.

Karya itu siapa?
Itu dah yang saya sekolahkan jadi pendeta.

Dari Suwug?
Dari Sinabun, ibunya saya kan dari Sinabun.

I Karya yang menikah dengan orang Ambon?
Bukannya Ambon, tapi orang Bandung. Dia itu kan maunya jadi angkatan laut, sebab istrinya kan sedikit gajinya. Begini katanya sama saya, “mekele, saya disuruh jadi angkatan laut sama istri saya, karena istri saya itu gajinya kecil.” “lalu kamu sendiri bagaimana, setuju apa tidak, kok malah saya yang ditanya begitu, kan sudah saya suruh jadi Kristen, memang sudah tidak bisa lepas jadi Kristen, sebenarnya, Kristen itu adalah taruhan hati, memang sudah terbukti sekali bagus, dan bagusnya kita itu di Sorga nanti.” Kan begitu nasehatnya saya. “lalu saya harus bagaimana, istrinya saya itu sudah tidak bisa ditangguhkan agar saya bisa jadi angkatan.’ “ya kalau sudah begitu, jalankan saja, saya kan tidak bisa mengasi tahu.” itu yang menyebabkan saudara-saudaranya semua menjadi Kristen. bapaknya kan menjadi pengunying, lalu kan saya doakan, karena saya kasihan dengan sepupunya saya itu gila. Lalu saya kan kasi tahu sama sepupunya saya itu, lalu saya kasi kitab suci, biar dia juga mengerti, saya juga kan orang yang bodoh, kecuali Tuhan Yesus yang mengatur saya, biar bisa manusia ini berubah sifatnya. Setelah itu memang benar berubah sifatnya, malah dia baca kitab suci. Lalu datang ke sini, “mekele, sekarang kitab suci ini akan saya buang saja, yang menyebabkan saya gila, kalau kitab suci ini baru bagus.” “ya kalau begitu kan bagus.” Saya itu kasi tahu dengan pelan-pelan, makanya sampai banyak yang di situ masuk Kristen.

Dimana?
Di Abasan. Sekarang sepupu saya itu sudah meninggal.

Siapa namanya?
Pan Karya. Itu dah yang menyebabkan orang di Abasan yang jadi Kristen.

Karya itu pernah menjadi parekan di sini?
Memang saya yang mengajak dari masih kecil sekali.

Di sini?
Ya. anaknya itu. kalau bapaknya, sepupu saya memang sering-sering di sini, bisa sampai tiga bulan, lalu saya nasehati, sampai akhirnya dia mengerti dan sadar, mungkin itu memang Tuhan yang memberkati.

Saat itu kan Anak Agung Panji Tisna itu sudah jadi raja, lalu pindah ke Kristen, kan gempar rakyatnya?
Kalau itu tidak terlalu. Saat meninggal dikatakan papa.

Siapa yang mebilang papa?

Ya masyarakatnya di sini. Memang banyak yang menasehati, agar saya berhenti jadi Kristen, jadinya saya kan tidak bisa, sebab semua anak-anak itu turut dengan saya.

Baptisnya bersamaan dengan Anak Agung Panji Tisna, Jro Mekelnya?
Tidak saya kan di sini.

Mana yang lebih dulu?
Ya lebih dulu beliau, beliau kan sekitar tahun 1945.

Jro Mekel tahun berapa?
Kalau saya kan baru-baru ini, oleh Pak Mastra. Saya itu memang baru-baru tapi saya sudah dari dulu menjalankannya.

Anak Agung Panji Tisna meninggal tahun berapa?
Sekitar tahun 1978. tapi tidak di sini, mau ke sini katanya tidak dikasi, tapi di Lovina. Makanya Anak Agung Dokter membikin Puri di Lovina. Yang menyebabkan beliau membikin puri, karena ayahnya meninggal di sana. 

Saat pindah agamanya, bagaimana masyarkatnya yang di sini?
Kalau itu kan tidak ada yang setuju, semuanya menolak karena kan beliau yang paling tua, menolak tapi dengan diam.

Tidak diganti beliau?
Tidak, saat itu kan sudah Presiden Soekarno yang sudah mengesahkan.

Presiden Soekarno datang ke sini?
Ya. beliau kan memang dari Bali, ini dari sebelah utara ini ibunya.

Ibunya Sudra?
Ya Sudra. Saat itu memang di Puri saja ibunya Soekarno. Memang Soekarno itu asalnya dari Bali.

Satu kampung Bung Karno dengan Anak Agung Panji Tisna?
Ya, Soekarno yang lebih kecil.

Saat Panji Tisna pindah agama itu, ibunya masih?
Saat itu semua sudah meninggal.

Kan beliau jadinya yang menjadi tetua di sana?
Ya memang beliau yang jadi penua di sana.

Saat itu mrajan (kuil keluarga)-nya diapakan saat itu, dibongkar?
Tidak. Hanya pindah biasa saja.

Saudaranya tetap ngodalin (upacara adat yang berlangsung setiap 210 hari sekali)?
Ya saudaranya dan dikasi uang untuk biaya upacara.

Siapa yang dikasi duit?
Ya saudaranya. Kena pesuan-pesuan, makanya saya itu belakangan masuk Kristen, kan karena saya itu kena bagian membuat banten. Yang saya suruh, orang-orang semuanya sudah jadi Kristen, malah yang belum. Sesudah itu ibu saya, sehingga saya pindah ke gereja Bali, ibu saya kan meninggal, setelah meninggal ibu saya di sini, setelah itu kan diangkut sama kakak saya dan dibawa ke Suwuk, dan di itu dikubur, karena dia sudah jadi Kristen. lalu kan tidak dikasi sama masyarakatnya mengubur di sana. Kalau memang punya kebun, boleh dikubur dikebunnya sendiri. Memang punya kebun, kebun kelapa saya punya di Suwug. Di sina katanya boleh dikubur, dan di sini katanya tidak boleh bercampur di kuburan orang Hindu. Lalu kakaknya saya itu jadi marah, sampai lantas kakaknya saya itu ditahan, saya mau dibunuhnya. “mekele yang membuat ibu jadi Kristen.” lalu kakak saya itu ditahan sampai 11 hari. Marah sekali memang kakaknya saya, makanya kakak saya sampai ditahan sama polisi dan yang mencarikan polisi itu kemenakannya saya. Memang saat saya jadi Kisten itu, saya payah sekali, jika ada apa-apa, maka saya yang akan menghadapi.
Kalau anak-anaknya Jro Mekel, semuanya sudah pindah agama?
Yang di Amerika sudah,

Sekarang Anak Agung Udayana, sekarang di sana ada banten itu bagaimana?
Kalau itu kan bohong-bohong, itu tidak sungguh-sungguh, kalau beliau sering saya ajak berdoa, jika makan maka dia datang dan saya ajak berdoa. Kalau beliau kan tidak sungguh-sungguh, beliau itu kan dipaksa masuk Hindu.

Sekarang kan sudah berganti Hindu beliau?
Itu kan formalnya saja tapi kalau hatinya kan tetap Kristen. bagaimana caranya meninggalkan Tuhan Yesus, itu kan tidak bisa dan saya sendiri memang merasakan, dalam hati memang saya tidak bisa pindah dan Tuhan Yesus tetap di badan saya. Mskipun dibilang ini itu, saya dibilang paling berkuasa di puri, sepatutnya memang saya katanya paling berkuasa di puri, tapi sekarang malah jadi Kristen, sekarang yang lain-lainnya jadi kurang. lalu saya kan bilang karena saya sudah terlanjur jadi Kristen, kan tidak bisa saya balik lagi. maka saya akan tetap jadi Kristen, sebab yang mengatur saya itu Ida Sang Hyang Widhi, sampai saya bisa sekolah, anak-anaknya saya juga bisa sekolah dan itu yang menyebabkan saya itu bertambah percaya sekali kepada Tuhan Yesus. Beliau yang benar-benar menolong hidup saya, pernah saya mau mati tapi sekarang tetap juga masih hidup. Makanya saya sama sekali tidak bisa lepas dari Tuhan Yesus.

Siapa yang memaksa anaknya Jro Mekel masuk Hindu?
Ya saudaranya yang di sini juga, nanti beliau juga meninggalnya akan jadi Kristen juga.
Kalau sekarang Anak Agung Udayana, kan pergi kepura juga beliau?
Ke pura dan ke pura juga jarang.

Dimana saja sekarang beliau?
Ya hanya di puri saja.

Tadi saya lihat di purinya ada banten?
Itu kan parekan (pelayan)-nya yang mebanten (menghaturkan persembahan).

Kalau Anak Agung Udayana, gerejanya biasanya dimana?
Ini kan saya, biar jelas ngomong, di mana gereja saya, makanya disana Anak Agung Dokter akan saya ajak sepatutnya, sekarang ke gereja Bali akan berpindah, maka akan saya ajak ke gereja Bali. Sebelumnya katanya sudah di gereja Kemah Injil katanya, ..................., kalau saya memang tidak akan pindah kecuali saya itu ada apa-apa.

Maksud saya, kalau Anak Agung Udayana, jika ke gereja, perginya ke gereja mana?
Kalau beliau itu memang belum ke gereja, biar tidak kelihatan jelas dari luar.

Sekarang beliau muspa (sembahyang secara Hindu?
Ya muspa sendiri kepada Tuhan Yesus, misalnya saat makan, kan beliau yang memberikan saya makan, kalau manusia itu ngomong bisa tapi menolong kan tidak bisa. Tidak mungkin manusia itu ada yang bisa menolong, mungkin yang menolong itu hanya menolong dengan mulut saja. Kalau yang sebenarnya menolong itu kan Tuhan Yesus.
Kalau dari luar, Anak Agung  Dokter itu kan sudah murtad ya?
Ya, sudah murtad. Yang di Denpasar.

Siapa yang di Denpasar?
Di Denpasar itu meninggalnya kan di Griya Tampak Gangsul. Saat ada orang sakit, Anak Agung Dokter, kan menolong ke sana, orang yang meninggal dibawa ke Jakarta, lalu Anak Agung Dokter yang menolong, sampai akhirnya bisa bangun, sampai 4 bulan bisa bertahan, lalu sakitnya kambuh lagi, saat ditinggal ke Jerman, sampai akhirnya meninggal.

Sudah ada selama 5 tahun beliau murtad?
Sudah, saat menolong itu sudah.

Di Griya itu dibikinkan banten itu?
Ya.

Tidak bilang sama Jro Mekel, saat beliau mau dibikinkan banten itu?
Tidak. Saya hanya di sini saja.

Setelah selesai upacara, tidak bilang juga sama Jro Mekel?
Ada ceritanya, kalau sudah diganti agamanya di Denpasar, karena sama-sama dari Bali, kalau masih Kristen, katanya tidak mau diajak sama teman-temannya yang dari Bali. Makanya dia lantas katanya dilukat kembali di Griya Tampak Gangsul. Saya itu kan hanya mendengar saja tapi saya tidak ikut, karena sakit-sakitan, kan saya tidak bisa datang ke sana kemari. Saya itu sakit muntah darah dulu dan tidak sembuh-sembuh, baru lantas setelah datang Anak Agung Dokter dari Jerman, baru lantas saya bisa sembuh, sampai akhirnya saya bisa jalan ke pasar, kalau tidak begitu, mungkin saya itu sudah meninggal dari dulu, saat itu saya memang sudah parah sekali, “Tuhan Yesus, sekarang saya akan dibaptis.” Dan memang setelah saya dibaptis, saya tidak dicari lagi sama leaknya.

Dulu di puri pernah ada  leak?
Kalau dulu, memang banyak sekali leaknya di sini, sampai saya itu sakit tidak sembuh-sembuh. Lalu saya mempercepat untuk mebaptis. Lalu Pak Mastra seketika itu juga datang.

Nah kembali dulu sedikit, tahun 1945 Panji Tisna dibaptis dan masuk Kristen, saat itu Jro Mekel masih Hindu, masih datang ke pura, masih mengerjakan pekerjaan untuk Hindu?
Ya masih, saya kan belum dibaptis. Juga saya itu kan masih kena bagian banten, kan tidak bisa jadinya saya itu melukat. Itu juga karena saya sakit-sakitan dan jengkel sekali perasaan saya. Jika tidak begitu mungkin juga saya tidak dibaptis. Saya saat itu selalu dicari setan, bahkan tidak sepi-sepi setannya datang ke sini. Saat itu tidak ada yang menggambar, tidak ada yang ngapa-ngapain, saya itu mendadak mau dibaptis.
Kan 15 tahun, jadinya jaraknya Jro Mekel dibaptis dari Anak Agung Panji Tisna?
Ya.

Kan lebih ya?  kira-kira 16 tahun? Saat itu gangguan setannya banyak sekali ya? tidak bilang sama Anak Agung Panji Tisna?
Tidak, saya tidak bilang sama siapa-siapa, saya itu kan berani dan juga saya itu tidak diapa-apakan.

Datang ke sini Leaknya?
Ya seperti burung hantu itu.

Berwujud leaknya?
Tidak. Hanya suara saja yang terdengar.
Bagaimana bunyinya saat itu?

Kukugan (burung elang) melompat dari atas. Tapi saya tidak takut, malah saya ambilkan lampu senter, sakit-sakit saya lihat keluar, tapi saya tidak melihat apa-apa.

Saat sudah di Puri tempat tidur Jro Mekelnya di sini?
Ya di sini.

Bagiannya di sini gitu?
Ya.

Lalu Anak Agung Panji Tisna, datang beliau ke sini gitu?
Ya.

Tidurnya di sini beliau?
Tidak, kan lebih sering mencari wanita simpanannya (WIL atau selir) banyak sekali.

Dibawa wanita simpannya ke Puri?
Ada juga parekan (abdi)-nya yang datang ke sini itu ada saja, dan saya yang mengajaknya, kan saya juga senang mengajak itu, biar ada yang membantu saya dan memang banyak punya seliran.

Ameng-ameng itu selir ya?
Ya memang sering datang menghadap ke sini, di sini sampai dua hari.
Kan banyak jadinya punya anak di luar?

Tidak. Kalau ameng-amengnya itu kan sudah tua-tua kan, tidak punya dia selir yang masih muda, kecuali Agetis.

Ibunya Agetis?
Ibunya agetis kan saya pungut, dia itu memang sebelumnya miskin sekali, bawa bakul robek, baju robek, kain robek, diserahkan kemari dan saya yang mengajak di sini, misalnya saya suruh menyapu.

Kalau Panji Tisna itu, senang sama musik dan menulis ya?
Ya.

Kan seniman jadinya ya?
Ya.

Memang sudah sejak kecil kelihatan kepintarannya?
Kalau saat masih kecil saya kan tidak tahu.

Kalau saat remajanya tahu?
Saya kan tahu saat dis sudah tuanya.

Saat menikahi Jro Mekel, berapa sudah umurnya?
Saat itu baru 25 tahun. ................., apa-apa kan saya masih punya, kemenakan, sepupu, saat masih kecilnya ke Panti asuhan masuk dulu.

Kalau sakitnya, sakit apa Anak Agung Panji Tisna?
Ya itu kan sakit karena sudah tua. Saat beliau meninggal itu saya kan tidak melihat, saya juga sama-sama sakit di sini.

Kalau istri pertamanya?
Kalau itu sudah menikah, sudah lain, dia kan menikah ke Bangkang.

Cerai gitu?
Ya, setelah cerai dengan yang di sini, menikah lantas dengan saudaranya, yang menyukainya saat dia gadis dan di sana punya anak.

Kalau cerainya bukan karena punya madu?
Bukan karena itu, karena memang sejak gadis tidak senang dengan yang Anak Agung Panji. Anak Agung Panji itu lebih kecil dari Agung Manik.

Jadinya bukan karena Jro Mekel datang ke sini?
Tidak. Dan saya memang diminta biar datang ke sini.

Lalu Madunya yang lagi satu?
Itu Jro Satpada, dia itu dari Banjar Jawa.

Kalau nama aslinya?
I Luh Sayang. 
Pindah agama juga Jro Satpada?
Ya ikut.

Saat diambil untuk dinikahi di sini juga Jro Satpada?
Ya, sama-sama di sini.

Jro mekel di sini dan Jro Satpada di sana gitu?
Ya, dan memang sama-sama. Saya itu memadu itu tidak jahat, malah saya yang lebih ngalah, meskipun saya itu lebih besar, saya itu memang tidak pernah memperhatikan pria saya, dan saya juga tidak bisa didekati priya karena saya itu kena penyakit muntah darah, itu dokternya yang mengatakan, Dokter Adiwijoyo, saya itu tidak dikasi untuk berhubungan badan lagi. kalau itu memang sudah lama, begitu lahir Anak Agung Ngurah Terdika, tidak lagi saya melakukan hubungan badan karena sakit saya sudah parah.

Dari kapan itu?
Kalau sakit muntah darahnya itu saya sudah lama sekali, dari sekitar tahun 1940, saya sudah muntah darah. Mungkin ini karena pertolongan Tuhan Yesus mungkin sampai sekaran itu saya masih hidup.

Sebelum ada gereja di Puri, dimana Anak Agung Panji Tisna sembahyang?
Ya di sana, di gereja Bali.

Dimana tempatnya dulu?
Di Alun-alun.

Kalau Jro Satpada kapan dinikahi?
Sekitar tahun 1939.

Memang kenal Jro dengan dia?
Tidak, orang dia itu kan saat sudah jadi guru baru diambil. Kalau saya kan memang baru tamat SD sudah diambil.

Kalau dengan ibunya Agetis baru Jro tahu ya?
Ya.

Bagaimana ceritanya saat dibangunnya gereja pertamakali di sini?
Itu kan Anak Agung Panji yang menginginkan.

Memang Anak Agung Panji yang memberikan?
Ya.

Dikasi minta atau bagaimana?
Ya kan dikasi menyewa. Ngontrak.

Gerejanya yang mengontrak gitu?
Ya. Itu kan Mr. Jelantik yang punya bagiannya.

Mr. Jelantik yang punya itu?
Ya beliau yang punya.

Nyonya Mester yang punya bagiannya itu gitu?
Ya.

Tidak dijual itu?
Tidak, hanya dikontrakan saja. Dikontrakan lalu dipakai tempat membangun gereja.

Saat sudah masuk Kristen, panjaknya tidak ada yang datang ke Puri?
Ya, menghadap, memang menghadap. Beliau juga susah mengumumkan sama rakyatnya, saat dibaptisnya pun secara sembunyi-sembunyi. Yang tahu hanya saya saja sendiri. Pokoknya beliau itu tidak mengumumkannya.

Saat dibaptis siapa saja yang menyaksikannya?
Hanya saya saja yang berada di sana.

Apa yang menyebabkan dibaptisnya secara sembunyi-sembunyi?
Ya, kan beliau itu sebagai raja, memang beliau yang sepatutnya menduduki jabatan itu, tapi kemudian beliau sendiri yang melepas.

Dilepas jabatannya sebagai raja?
Memang masih menjadi raja tapi tidak diketahui sama rakyatnya, itu secara sembunyi-sembunyi.

Sesudah rakyatnya tahu, kan marah rakyatnya?
Ya. lama-lama kalau tidak meninggal, mungkin tidak diketahui sama rakyatnya. Beliau itu meninggalnya tidak di sini, dan tanah yang dipakai kuburan itu beliau yang punya.

Kalau pergi ke gereja secara sembunyi-sembunyi juga beliau?
Ya. beliau itu kan berangkat dari barat, bukan dari sini. Kalau malam, baru berangkatnya dari sini.

Tidak, kalau cerita yang ingin saya minta, kan cerita saat tahun 1945 saat Jro Mekel belum dibaptis, dimana beliau mencari gereja?
Memeng beliau itu sering-sering datang ke Gereja Bali.

Saat gereja sudah berada di puri beliau juga masih secara sembunyi-sembunyi?
Kalau di sini tidak, kalau di sini itu sering-sering datang ke gereja. Sesudah gereja di puri itu kan tambah gampang. Saat itu beliau kan sembunyi dari rakyatnya.

Kalau pikirannya beliau memang sudah Yesus Kristus ya?
Ya. kalau saya sendiri, memang sejak kecil, baru tigabelas tahun sudah mendengar tentang Tuhan Yesus.

Kalau salibnya beliau masih di sini?
Ada dibelakang, tidak diijinkan memasang itu.

Siapa yang tidak mengasi memasang?
Ya, saudaranya yang di sini.

Kalau salibnya Anak Agung Panji Tisna sekarang dimana?
Ya masih di Sraya.

Kalau anak-anaknya Jro Mekel, semua mengambil dan diambil orang Kristen?
Ya.
Kalau yang paling bungsu?

Kalau yang bungsu memang Kristen dari sejak kecil.
Kalau isrtrinya?
Memang orang Kristen dari Amerika.

Anak Agung Terdika itu?
Ya dan sekarang sudah punya anak dan baru 18 tahun.

Berarti kan Anak Agung Udayana saja, berarti yang sudah kembali ke Hindu?
Ya. ini, kan yang terpenting itu rakyatnya.

Sekarang siapa di sini yang jadi tetua di sini?
Kalau sekarang di sini itu tidak ada Penglingsir. Kalau yang paling tua itu memang saya di sini, tidak ada lagi, memang ada di sini yang lebih kecil-kecil.

Saat pindah ke Sraya, kapan beliau?
Kalau itu sekitar tahun 1978. mayatnya hanya tiga hari saja disampingnya saya.

Kalau seandainya masih Hindu kan ngaben besar-besaran jadinya ya?
Ya. makanya dibilang papa sama rakyatnya.

Ada yang mengiringi saat beliua meninggal?
Saat itu banyak yang datang ke sini, misalnya dari sekolah-sekolah.

Kalau sekarang siapa yang mewarisi buku-bukunya?
Ya Anak Agung Dokter, kan sudah tidak ada siapa-siapa sekali.

Dimana ditempatkan?
Di sini, itu di Barat bukunya. Kan beliau baru saja datang Anak Agung Dokter, kan tidak ngapa-ngapain. Anak Agung Dokter kan baru saja datang. Itu mungkin juga tidak dimarahi sama ratu-ratunya di sini, biar kembali. Itu kan istrinya yang pertama itu tidak mau kembali ke sini.

Seandainya Panji Tisna membuat buku, dimana beliau membikinnya?
Beliau kan hanya membikin satu saja, lalu diedarkan kan tempat lain. Seperti misalnya buku ini “SUKRENI”. Itu kan biar diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan lain sebagainya.

Lalu siapa yang jadi tukang ketiknya?
Tidak ada.

Lalu beliau menulis?
Ya seperti Anak Agung Dokter dan di sini.

Tulis tangan gitu?
Ya.

Dimana biasanya beliau membuat?
Ya di sini di puri. Jika sudah akan membikin buku baru diedarkan.

Kalau bacaannya banyak?
Banyak.

Ada satu almari?
Ada. Semunya di barat, sentah berapa didapatkan saya kurang tahu. saat beliau itu sakit, yang melayani itu kan tidak kenal dengan tulisan, saat saya ditinggal itu kan sedang sakit-sakitan.

Kalau gereja yang di sini dibikinnya tahun berapa?
Kalau itu saya kurangtahu tapi yang jelas sudah lama berdirinya di sini.

Kalau Jro Mekel dibaptisnya di sini?
Ya, kalau ke gereja sana saya sudah tidak mampu, saya memang berkeinginan sekali berjalan tapi saya sudah tidak mampu lagi berjalan.

Kalau ibunya Jro Mekel, barengan dibaptis di sini?
Ya dengan kakak-kakak saya.

Mana yang lebih dulu, Jro Mekel atau ibunya yang di Suwuk?
Ibu saya dengan kakak saya Siti, bertiga, di baptis di Kemah Injil

Mana yang lebih dulu, dengan Anak Agung Panji?
Duluan beliau. Setelh itu baru Anak Agung Ayu Sraya yang ikut. Kalau saya, saya itu yang paling akhir. Saya mau pindah agama kan sulit sekali, karena saya itu dapat bagian mengeluarkan sesajen. Dan itu juga biar berhenti saya dicari sama setannya, dan sekarang memang saya itu sudah aman dan tidak dicari lagi sama setannya.

Karena takut dengan salib dia ya?
Ya, memang tidak berani dia dengan salib. Pernah dulu saya mimpi, ipar saya itu kan Hindu dari Puri Kanginan, namanya Anak Agung Ngurah Parta, kan di sini katanya tinggal, lalu datang katanya beliau dengan 50 orang, semua itu orang-orang yang sudah meninggal-meninggal. “mbok, Mbok Seroja, tiang minta kopinya.” Lalu saya katanya begini, “bah banyak sekali yang diajak, sekarang siapa yang mau saya sruh ke pasar.” Lalu saya bilang lagi, “saya tidak punya kopi Ratu.” Begitu katanya saya, “nah kalau begitu biar saya yang membelikan kopi, saya kan punya juga uang,” lalu itu katanya yang membelikan kopi, an saya hanya membikinkan air panasnya saja. Setelah datang kopinya, lalu saya bikinkan kopi yang 50 orang itu. setelah itu kan diminum kopinya itu, lalu kan ada salib di sebelah sininya, lalu ke sana menoleh, semuanya menutuk muka orang-orang yang meninggal-meninggal itu. pokoknya takut sekali sama salibnya. Lalu dari sana dah saya mengartikan, kalau mereka itu lain jurusannya. Dari sana saya baru tahu kalau Hindunya itu takut dengan Kristen. semuanya yang menoleh itu takut katanya dan menutup mukanya, lalu Anak Agung Ngurah Parta, juga sudah meninggal. “mbok tanggalkan yang diatas itu, semuanya katanya takut.” Nah dari itu saya itu rasanya mendapat keterangan, dan saya merasa kalau saya diajari sama beliau.

Sampai sekarang lantas tidak dicari leak kan gitu?
Ya tidak pernah lagi dicari sama leaknya.

Kalau mengimpikan Anak Agung Panji Tisna pernah?
Tidak pernah. Hanya saya mengimpikan Anak Agung Ngurah Parta saja, beliau itu kan jahil sekali sama orang Kristen.

Bagaimana jahilnya?
Ya jahil memang.

Adiknya yang paling kecil itu ya?
Ya yang paling kecil. Pokoknya dia itu sangat tidak senang dengan orang Kristen dan orang Kristen itu tidak pernah diperdulikan.

Dimana beliau dulu tinggal?
Di Puri Kanginan.

Kalau yang ini puri apa namanya?
Kalau yang ini kan Puri Mandara namanya.

Kalau puri kanginan?
Kalau puri kanginan di sana, katanya disebelah selatan pasarnya.

Anak Agung Parta berkuasanya di sana?
Ya. kalau yang di sini berbanyak saudaranya.

Semuanya masih Hindu itu?
Ya semuanya masih Hindu.

Berapa saudaranya Panji Tisna yang pindah agama?
Ya ini saja, selainnya tidak ada. Hanya Anak Agung Mester Jelantik. Beliau di Jakarta dibaptis.

Bersaudara kandung itu?
Ya. kalau itu kan Nyoman dan Ketut, kan berurut jadinya.

Berarti saudara kandungnya hanya dua saja?
Ya.

Yang lain-lainnya masih?
Ya masih.

Saudaranya yang masih hidup siapa saja?
Kalau yang laki-lakinya semuanya sudah meninggal, kalau yang perempuannya semuanya sudah meninggal.

Masih ada yang perempuan?
Masih.

Masih Hindu itu?
Ya Hindu.

Kalau sekarang misalnya Jro Mekel bertemu dengannya bagaimana?
Ya biasa.

Kalau misalnya ada odalan di puri Jro Mekel itu menghadirinya atau bagaimana?
Tidak, saya kan sudah hanya di sini saja. Kan sudah lain kita.

Kalau seandainya Natal, saudara yang di Puri Kanginan datang ke sini?
Tidak.

Sepertinya sudah terpisah?
Ya, terpisah.

Yang menyebabkan terpisah itu agama atau warisan?
Agama juga, kalau warisan sih tidak.

Tidak ada hubungan warisan dengan puri kanginan?
Tidak. Kalau itu kan semuanya sudah beliau yang punya. Tidak hubungan apa-apa jadinya, artinya tidak ada hubungan warisan.

Kalau warisan untuk anak-anaknya?
Kalau itu kan semuanya sudah sama-sama mendapat bagian, pokoknya semuanya sudah dikasi.

Kalau dengan saudaranya?
Dengan saudaranya juga semuanya sudah sama-sama punya.

Kalau saya jadi perkara warisannya itu Agetis saja?
Ya. kalau dia kan suka menjualnya.

Kalau yang dijual itu memang beliau yang punya bagiannya?
Itu dah dijual-jual tanahnya. Itu kan hak dalam.

Jadinya dia tidak berhak untuk menjualnya?
Ya sepatutnya tidak, seperti saya kan tidak berhak jadinya.
Sekarang kan Puri yang di sini semuanya sudah pindah agama, kan puri yang di sini itu tidak didatangi lagi oleh masyarakatnya?

Ya, kan sudah sama-sama lain.
Sekarang kan semuanya sudah di puri kanginan?
Ya.

Kalau dulu di sini tidak ada mrajan (kuil keluarga)?
Kalau itu ada di dalam. Itu kan dimiliki sama purinya.

Kalau ada upacara siapa yang melaksanakan?
Kan yang masih Hindu.

Siapa itu?
Anak Agung Ade, Anak Agung Gede, Anak Agung Ngurah Parta. Bertiga jadinya.
Kalau Anak Agung Dokter berapa punya anak?

Lima, tahun berapa lahir beliau?
Tahun 1936.

Istrinya dari Jerman?
Ya dan yang nomor dua juga dari Jerman.

Dua punya istri beliau?
Ya dua.

Keduanya dari Jerman?
Ya keduanya dari Jerman. Kalau yang pertama juga dokter.

Kalau sekarang masih hidup?
Masih. kalau itu kan sama-sama sekolah di sana.

Kalau sekarang kedua istrinya masih di sini?
Tidak keduanya, kan tidak mau keduanya di Bali.

Jadinya hanya istri pertama saja?
Ya.

Kalau istri keduanya juga dokter?
Tidak. Kalau yang nomor dua itu seorang perawat.

Kalau istri yang pertama berapa punya anak?
Tiga.

Yang nomor dua?
Dua.
Kalau anak Jro Mekel yang pertama berapa punya anak?
Kalau yang pertama kan sudah meninggal sejak kecil.

Saat umurnya berapa?
Saat umurnya satu tahun.

Kalau istri yang ketiga berapa punya istri?
Kalau itu kan Anak Agung Ayu Sraya, punya anak dua.
Kalau Jro Mekel berapa punya anak perempuan?

Kalau anak perempuan dua, kan sudah meninggal satu. Masih jadinya satu Anak Agung Ayu Sraya saja. Kalau yang kecilan Anak Agung Ayu Tirta namanya, sudah meninggal sejak kecil.

Kalau Anak Agung Ngurah Terdika?
Kalau itu kan di Amerikan sekarang, sekarang kan di Hawai, sudah pindah.

Kalau Anak Agung Dokter kan Hindu sekarang?
Kalau itu kan Kristen?

Kalau istrinya kan Kristen Protestan. Yang dari Jerman itu.
Kalau anak-anaknya kan ikut ibunya?
Ya. Kristen juga.

Anak Agung dokter kembali ke Hindu?
Ya.

Malu sama rakyatnya?
Ya.
Kalau Jro Mekel tidak pernah menasehati Anak Agung Dokter?
Sudah pernah saya kasi tahu, kalau di Hindu tidak ada yang ngeluk, kalau itu kan Tuhan Yesus yang ngelukat.

Kalau Jro Mekel pernah datang ke kuburannya Anak Agung Panji Tisna?
Kalau saya tidak pernah, karena saya itu tidak bisa naik. Kalau dulu saya baru sering-sering datang ke sana untuk mendoakannya.[]


No comments:

Post a Comment