Tempat
wawancara : Jalan Raya
Seminyak, tanggal 16-11- 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Putu Yuliani, staf admim TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Saat ini mertua ibu kan sudah meninggal
, apakah dikubur secara Kristen , ditanam?
Sudah dikubur. Kuburannya berjejer,
di sebelah urata gereja.
Apakah tidak sulit mencari tanah ?
Tidak, karena diberikan oleh
pemerintah. Bapak dan ibu saya sudah dikubur di tanah yang lain lalu diusir dan
akhirnya diberikan tanah oleh pemerintah.
Pemerintah Jepang?
Pemerintah Belanda. Diberikan tanah
kuburan di sebelah timur Gereja di Legian. Mayatnya diangkat kesana, dipindah
agar menjadi satu. Bapak , ibu dan ipar saya di jejer kuburannya.
Kalau mertua ibu?
Disana, di jadikan satu.
Berarti hanya sedikit yang beragama
kristen disini?
Ya, hanya keluarga kami, tetapi
anak-anak saya banyak.
Berarti kan tambah ramai. Bagaimana
rasanya setelah pindah agama dari Dewa ke Hyang Widhi? Berarti sewaktu masih
gadis mebakti kepada Sang Hyang Widhi ?
Tidak Dewa. Sewaktu masih gadis
kalau saya minta nasi terlebih dahulu harus mebanten
(menghaturkan persembahan), setelah itu barulah makan. Kalau sekarang tidak
seperti itu tetapi hanya berdoa minta tolong kepada Ida Sang Hyang Yesus.
Karena waktu itu saya tidak tahu huruf, saya bersekolah kalau bersekolah
biasanya lepas ayah bedik-bedik tiang
berdoa beneh engken doa tiange keto? Kalau saya makan saya akan berdoa: ………………..Amin,
Sanggah-nya bagaimana ?
Diberikan untuk orang lain.
Sanggahnya atau tanahnya yang
diberikan kepada orang ?
Sanggah-nya.
Siapa yang menghancurkan?
Bapak. Sanggahnya kan ada 2 : rong
3, dan rong 2.
Kalau saudara yang beragama Hindu berarti tidak pernah mebakti atau ngaturang
sembah di rumah tua karena sudah dibongkar?
Hanya sanggah yang disini saja yang
di bongkar. Karena di pikiran dia sudah tidak ada artinya lalu sanggah-nya di
berikan kepada yang lain. Kemudian ada yang bilang “ngudiyang pekidihan
sanggahe anak misi dewa.” (kenapa sanggah-nya
diberikan kepada orang lain, kan ada dewa di dalamnya). Pokoknya bapak saya
tidak percaya. Demikianlah riwayat kami dulu, kami sangat sengsara karena rumah
kami selalu di-timpugi (dilempari).
Dilempari dengan batu gede-gede ?
Pagi-pagi saat anak saya terbangun
semuanya menanyakan “kenapa rumahnya begini?”
setelah saya hitung jumlah batunya 600.
Rumah saya hancur.
Berarti malam harinya tidak bisa
tidur?
Tidak. Tidak berani lewat, batu-batu berterbangan dari mana-mana. Kakak-kakaknya pintar semua
adik-adiknya di bawa ke batan umahe (di bawah kolong) biar tidak terkena batu.
Saat itu anaknya ibu berapa ?
7.
Berarti saat itu sudah jaman Jepang
? sudah gede? Jaman revolusi ?
ya. Saat itu mertua saya yang laki
meninggal lebih awal dari ibu saya.
Susah menjadi Kristen?
Ya, mula kenten negen salib Sang
Hyang Yesus, buka kecoran ide nebus dosan irage, irage kan sareng negen
salib Sang Hyang Yesus : sareng negen salib yesus, Sang Hyang Yesus titiang pacang ngiring …. Sareng
negen salib ratu ring maya pada, kuatan je manah titiange, nyideyang nekang
keweh, ene sampun kati lingsem mesesel ring manah, titiang kesengitan antuk
jatma ring jagat iyastu kakutang ring sitra ratu ring tanirah titiang yanin ratu
sane nandan. Titiang ngiring tur bungah yenin Sang Hyang Yusus side titiang ten ilang kewuh:
Yenin Sang Hyang Yusus side tan kewuh,
banjare nyengitan, kutange teken nyama braya
masi kenken yan be Sang Hyang
Widhi sane suweca, titing ten keweh.
Terjemahan bebasnya,
Ya, memang demikian menjadi pengikuy
Yesus Kristus, seperti halnya Dia menebus dosa kita, berarti kita ikut pula
memikul Salib: ikut memikul Salib. Yesus Kristus saya akan ikut, ikut memikul
Salib di dunia ini, kuatkanlah pikiran saya, yang bisa mendatangkan kesusahan,
ini sampai membuat saya menderita, saya dimarahi orang-orang di dunia,
sekalipun ditinggalkan di kuburan, tapi Tuhan Yesus yang akan menuntun saya.
Saya ikut dan senang kalau Tuhan Yesus menganugrahi saya supaya tidak mengalami
kesulitan, anggota banjar-nya marah,
dibuang oleh sanak keluarga, tapi tidak jadi persoalam jika Yuhan Yesus sudah
memberi anugrah.
Saat ini kalau ada pekerjaan di
Balai banjar apakah ibu diajak?
Tidak. Karena kita sudah lain dan
beragama Kristen.
Tidak saling mengundang ?
Kalau anak-anak disini yang kawin,
hanya dengan jemaat, bapak-bapak pendeta dan majelis, tidak mengundang yang
beraga Hindu.
Menantu-menantu ibu semuanya
kristen?
Ya, Hindu juga ada.
Semuanya mau masuk Kristen?
Menantu saya yang beragama Hindu
hanya dua orang.
Menantu ibu yang beragama Hindu mau
masuk Kristen?
Mau. Ada yang bilang saya banyak
mempunyai anak laki-laki, akan susah mencari istri Kristen.
Apa kesukaan bapak disini, mekidung (menyanyikan syair-syair) atau
?
Pekerjaannya sehari-hari adalah
bekerja di sawah. Tetapi mertua saya juga suka membawa banten (sesaji) di pura desa.
Menjadi pemangku ?
Ya, di pura desa, yang mengambil
sawah untuk ngaci pura.
Saat menjadi mangku berarti kan bisa mengobati diri sendiri nunas di pura?
Tidak bisa.
Berarti penyakitnya berat sekali,
apakah beliau tahu siapa yang menyakiti?
Ya, saudaranya. Bapak pekidih (anak angkat) kesini lalu
saudaranya yang merebut sawahnya kemari, sebenarnya kan mertua saya yang
seharusnya kesana merebut, terbalik.
Akhirnya diambil semua?
Tidak, yang diambil hanya sawah yang
dibeli oleh mertua saya.
Sampai saat ini?
Ya, karena sudah dijual 600 juta
untuk ngasti pura.
Kira-kira berapa are?
Tidak tahu. Kalau panen biasanya
bisa sampai 100 seet. Saya juga
sering ikut memikul padi.
Apa pekerjaan sehari-hari mertua
ibu?
Bekerja ke sawah.
Tidak bisa mendalang ?
Tidak.
Mertua yang perempuan berjualan apa?
Tembakau, bumbu dapur.
Apakah ada yang berbelanja setelah
pindah agama ?
Berjualan sebelum pindah agama, setelah
beragama Kristen tidak berjualan lagi. Karena tidak ngomong lagi. Mencari air juga tidak diijinkan, akhirnya Bapak saya
saya membuat sumur pada malam hari agar punya air karena kami tidak diijinkan
mencari air ke tetangga. Jaman dulu sangat sulit membuat sumur, 10 meter baru
ada air. Waktu kami disisihkan bapak
saya membuat sumur malam-malam.
Dengan siapa?
Saudara-saudara yang diselatan.
Pagi, siang, sore mereka bekerja agar mendapatkan air.
Akhirnya punya air?
Ya.
Ketika sudah selesai berarti banjar
disini tidak peduli?
Ya.
Siapa yang membantu?
Keluarga kami saja.
Yang dari untal-untal ada yang
datang ?
Ada. Sewaktu ipar saya meninggal
hanya dijenguk sambil membawa beras tetapi mereka tidak ikut ke Setra.
Saat Wayan Kayun lahir, kehidupan ibu
masih susah, kemudian setelah kelahiran anak kedua juga susah?
Anak kedua meninggal. Saya tidak
terlalu telaten merawat bayi, sedangkan mertua saya yang perempuan membawa nasi
ke sawah untuk mertua saya yang laki-laki, saat saya memandikan sedang memandikan
Kayun dia merangkak di teras kemudian
lengannya bengkak karena keseleo ketika ditanya oleh mertua saya “kenapa setiap
malam Made menangis?” Setelah 4 hari
barulah saya berani bilang “Bengkak pak?”
“Kenapa kamu bodoh, tidak mau bilang sampai tangan anaknya bengkak dan
tidak dicarikan daun camplung muda diisi bawang adas “ lama-lama seperti bisul
dan pecah setelah sekian lama meninggal. Saat itu saya di rumah hanya sendiri,
kakaknya Kayun baru bisa merangkak.
Berarti orang-orang mentertawakan
setelah anak ibu meninggal?
Ya, kalau saya tidak KB, mungkin
saya sudah mempunyai anak 18. Lalu saya periksa dokter setelah saya mempunyai
anak 14 baru ada KB sebelumnya tidak ada.
Saat ini, anak ibu yang paling kecil
umurnya berapa?
Tidak tahu. Yang paling kecil
namanya Wayan Nyamin, tugas di Timur-Timur 3 tahun.
Kapan suami ibu meninggal?
4 tahun.
Berarti ibu hampir 18 mempunyai anak
?
Ya, saya dimarahi oleh dokter. Saat
saya mau menggugurkan saya di marah oleh mertua saya, katanya banyak ada orang
meninggal karena menggugurkan kandungan.
Berapa anak ibu yang meninggal?
1 orang. Keguguran sekali karena
menjinjing padi, mertua saya sampai takut, dikiranya saya sudah mati.
Bagaimana caranya karena ibu Kristen
sendiri di daerah ini, sedangkan yang
lainnya mayoritas hindu, berarti ibu tidak mempunyai teman ?
Ya.
Berarti tidak ada yang mau datang
kemari?
Tidak, makanya anak saya yang paling kecil,
seharusnya ibunya ………….berjualan di warung ………….tamunya berjualan nasi…..
Sekarang dikontrakkan ?
Ya.
Mereka ngomong kepada anak
saya dan saya“Karena warungnya kecil,
dimana saya harus masak kalau saya tidak kamu beri kan dapur.” Kemudian mereka bayar 4 juta menjadi 29 juta
pertahun. Tetapi dikatakan masuk asuransi selama 15 tahun, “Kenapa tidak
ngomong dengan saya, saya tidak ada buat rumah.” Dikira ayah saya menjadi polisi, dan dia mau menanda tangani.
Kontrakannya masih berapa tahun lagi
?
Sebenarnya selama 15 tahun tetapi 2
tahun sudah diberikan uang. Kemudian
hasil kontrakannya dipakai untuk membeli rumah. 30 juta dan dikontrakkan ,
diberikan perskot 10 juta, setelah di berikan perskot barulah ngomong dengan saya.
Kalau sebelumnya saya diberitahu, saya tidak akan ijinkan untuk membeli tanah
disana “to..umah di duur tongosin.”
Gereja itu tanah milik siapa?
Tanah dari membeli.
Milik siapa ?
Nengah Puji, dibeli 3 juta gerejanya
cukup besar.
Tanah tersebut milik perkumpulan
saya.
Dibeli secara patungan ?
Jemaat yang membelinya.
Sudah berapa tahun?
Sudah lama. Mula-mulanya gereja
kecil, gereja tua, kemudian membeli tanah lagi sehingga besar.
Gereja tuanya disana?
Tidak tetapi di tempat lain. Gereja yang kecil tempatnya minjam dan
sekarang sudah diambil oleh yang punya.
Pendeta siapa saja yang datang
kemari untuk mengembala umat ?
Anak saya , pendeta Putu Raka.
Dia sendiri ?
Berdua tetapi yang satunya lagi
tidak melanjutkan. Anak saya Pak
Sukarya, kadang-kadang Waspada datang kemari, kemudian Pak Sator yang baru-baru
ini ditasbihkan.
Berapa KK yang masuk Kristen di
daerah ini ?
Anak saya semuanya masuk Kristen.
Laki-laki 3, perempuan 10.
Semuanya di Legian ?
Ada yang di Batam, Yogya, Surabaya.
Saudara-saudara ibu yang sudah
meninggal kan I Raneh ?
Ya.
Berapa anaknya ?
Banyak.
Semuanya Kristen ?
Ya.
Tidak ada yang pindah lagi ke agama
Hindu?
Tidak.
Ibu anak keberapa? Paling tua?
Tidak, ada kakak laki-laki saya.
Wayan Raneh ?
Adiknya Raneh.
Ibu nomor 3?
Ya.
Adik-adiknya ibu dan bapak semuanya
sudah meninggal?
Ya, hanya tinggal satu saja.
Semuanya tinggal di Seminyak ?
Di Legian. I Raneh sudah meninggal,
Nyoman sudah meninggal, yang tinggal hanya anak-anaknya.
Mungkinkah bapaknya ibu banyak
mempunyai musuh sampai nanam pepasangan
(melepas ilmu teluh)?
Jaman dulu memang biasa seperti itu,
apalagi kalau banyak mempunyai uang kadang-kadang sampai di buat gila, segala
macam penyakit bisa dibikin. Anak ipar saya juga ada yang sampai sakit perut
tetapi setelah dilihat keponakannya kesakitan akhirnya diobati kembali. Kalau
dalam agama Kristen orang-orang tidak boleh melakukan hal itu.
Tidak takut?
Setiap malam saya selalu berdoa
kepada Sang Hyang Widhi, makan berdoa,
mau tidur berdoa, sambil menyanyi.
Kalau ada upacara-upacara adat
seperti menikah, apakah ibu diundang ?
Ya, diundang.
Apakah ibu tidak takut di racuni ?
Saudara-saudara saya disini kan ikut
perkumpulan, ayah saya kan diam di warung kemudian, “ beli ngudiyang beli aluh-aluh
sing beli ngae canang, kemu mau cang kadung cang tuyuh ngaja kelod ngaba canang
me, be cang bange seger teken dewane” (Kak
kenapa kamu santai saja tidak membuat sesaji, saya sudah terlanjur sibuk ke
sana kemari membawa canang, tidak apa-apa asal sudah dilindungi oleh para
dewa), dia bicara begitu .“ De nae ngomong keto Tut anak pade len, pidan beli
megama patuh cara Tut megama Hindu, ngae canang, jani beli suba len mebakti
teken widhi, de nae keto ngomong!” (Janganlah
berkata seperti itu Tut, jalannya berbeda, dulu kakak beragama seperti kamu
beragama Hindu, membuat canang, sekarang kakak sudah bersembayang paa Widhi,
janganlah berkata seperti itu.”
Empat tahun
kemudian setelah anaknya menikah saya diundang kesana, “Beli mase sing beli
delodne, lakar timpung cang batis beline.” (Kak merasa gak di Selatan, saya
akan lempari kakinyua kakak), begitu dia ngomong. Setelah ayah saya kesana, dan
diberikan teh lalu sesampai di rumah mukanya menjadi lain, hitam. Kami sudah mencari obat, kemudian
dokter bilang hanya sakit ringan dan dianjurkan jangan terlalu banyak merokok.
Setelah bapak saya sembuh semua menantunya menengoknya kesini. Semua
anak-anaknya datang menengok sambil membawa makanan. Kemudian tepat jam 12
bapak saya berkata “mu pulesan ibane buin mani apang segar muka warung,“ (kamu
tidurlah supaya besok segar berjualan) setelah saya bangun beliau sudah tidak
bernafas dan mukanya sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau sudah
meninggal.
Pernah sakit sebelumnya ?
Sepulang dari undangan.
Apakah sebelum kondangan bapak tidak
ngastawa (berdoa)?
Tidak.
Berarti kena leak?
Ya.
Ye ampun mepindah agama, ampun ten
suweca Sang Hyang Yesus? (Sudah beroindah agama, tetapi kenapa tidak dilindungi
oleh Yesus Kristus?
Dipaksa disuruh kesana dan bapak
saya tiba-tiba ingin kesana, mungkin sudah diacep.
Seharusnya kalau sudah pindah agama
kan tidak mempan?
Ya, saat itu ayah saya tidak berdoa.
Seharusnya anak-anaknya saja yang kesana dan beliau tinggal di rumah.
Ibu percaya suami ibu disakiti orang
?
Percaya.
Kenapa bisa demikian padahal sudah
pindah agama?
Bebutane kan duweg ngintip-ngitip
anak apang bimbang teken Sang Hyang
Widhi, ……
(setan kan pintar mencari kesempatan
agar orang menjadi ragu pada Yesus Kristus)
Apang iraga mepalas (berpisah) ajak Sang Hyang Widhi? Kenken wadukne daweg sungkan
(bagaimana perutnya kala sakit)?
Biasa.
Bin pidan anake ngelah gae ye seda ( Berapa hari lamanya dia meninggal
setelah menghadiri undangan)?
18 harinya meninggal jam 12, hanya
saya yang menunggu, nafasnya tersengal-sengal.
Apakah ibu sempat bertanya apakah
sebelum berangkan undangan dia sudah berdoa?
Ten (tidak), perkumpulan yang ladne
driki delodne, jani ten ya taen mecanang-canangan ten-ten taen ketemu (kelompok
dulu di selatan sini, sekarang karena tidak aktif dalam persembahyangan di
pura, makanya tidak pernah bertemu)
Taen merasa kundangan ada anak
nyakitan (apakah pernah mengalami, saat menghadiri undangan ada pihak yang
menyakiti?
Bapak tiang taen. Tiang ten. Pidan
nasi besik kan ajak dadua, bene maanehan, ben bapak tiange misi pamor di
betene. Makane bedik. Cara pidan be
besik ajak dadua nyokot. (Suami saya
pernah, saya juga pernah. Dulu sepiring nasi untuk di makan berdua, tapi
lauknya terpisah. Daging yang dimakan oleh suami saya ada kapur sirih di
bawahnya. Sempat dimakannya sedikit saja. Kalau jaman dulu satu daging diambil
oleh dua orang)
Magibung (makan
bersama dalam satu wadah)?
Ya.
Dia ceritera dagingnya berisi pamor,
di bawah lawar-nya sedangkan yang
lainnya tidak. 18 hari kemudian meninggal.
Gelem acepok langsung seda? (Sakit
sekali langsung meninggal)?
Hanya 18 hari.
Sebelumnya sehat-sehat saja?
Setelah pulang dari sanalah mukanya
kelihatan beda.
Saat anak-anaknya masih kecil apakah
dia rajin sembahyang?
Dia sempat tidak pernah mau pergi ke
gereja karena tidak percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi.
Kenapa dia tidak mau padahal kan
sudah pindah agama, berarti kan murtad namanya?
Ya, murtad. Yen ten panak tiange ane
tugas di Timur-timur ngirim surat mulih “Pa, anteng-antengan ke gereja, sing
dadi anak iwang teken Sang Hyang Widhi,
be ngelah pianak liu sing dadi murtad.” (Pak rajin-rajinlah ke gereja, tidak
boleh sampai lupa pada Yesua Kritus) “Patuh gen cara ngalih Badunge ke Kuta
ambin dadi, ke Kerobokan anggon dadi.” (sama hal kalau akan pergi ke Denpasar,
bisa ditempuh melalui Kerobokan atau Kuta) begitu dia menjawab.
Maksudnya ?
Yen ngalih Badunge kan ngalih suarga
( mencari Badung kan artinya mencari Sorga)
Len
bin ngelah jalan (punya jalan yang lain juga?
Inggih, ya.
Kembali ke jalan Hindu?
Tidak, jadi satu tetapi malas ke
gereja.
Ngastawa
uli jumah
(berdoa dari rumah)?
Sai-sai ngastawang tiang, di natahe
metimpuh ngastawang, di kamar, pidan sing anak juk-juke, ngalih anak maling.
Anak ngalih I Reding bapak Made Merta Juke dini. (Setiap hari saya berdoa, di
halaman rumah bersimpuh berdoa, di kamar, dulu tidaka da orang yang sampai
ditangkap. Orang mencari I Redig, tapi Bapak Wayan Merta yang ditangkap). Orang
dari Kedonganan yang mempunyai sifat jelek.
Tahu-tahu suami saya sudah berada di Tabanan.
Waktu jaman G 30 SPKI?
Tidak. Setelah itulah ketika dia mulai mau bersembahyang ke Sang Hyang Widhi.
Dia bersikap murtad apakah karena
dia senang berjudi atau senang main perempuan ?
Tidak
Hanya malas , tinggal di rumah
sehingga tidak mau pergi ke gereja?
Ya.
Dugas ye lakar padem berarti malas
ke gereja? (Sebelum dia meninggal dunia, berarti sudah malas berdoa di gereja).
Tidak, sudah rajin kegereja. Saat kami sudah sudah mempunyai 5 anak.
Mungkin karena malu terus dihina
oleh warga?
Teman-temannya ngomong “De suud
megama Kristen, yen nyak suud megama Kristen ibukne pasti nyak suud megama
Kristen, kan bek ngelah nyama, men be De suud megama Kristen, memene nyak suud, nyen sing, nyen bakal
ngerunguang.” Itu yang bikin dia murtad tidak mau ke gereja. (Artinya, Made berhentilah beragama Kristen,
kalau kamu berhenti beragama Kristen, istri kamu pasti mau juga berhenti
beragama Kristen. Kan kamu sudah banyak punya saudara. Kalau kamu berhenti
beragama Kristen, ibu kamu pasti juga akan mengikutinya, kalau tidak, siapa nanti akan menghiraukannya
saat meninggal.
Sira sane ngejuk, ngajak ke Tabanan?
(Siapa yang menangkap, mengajaknya ke Tabanan)
Motor truk mai ajak liu,
ngejuk kurenan tiang gen ada ajak 20. (Mereka numpang truk, banyak
jumlahnya, yang menangkap suami saya ada sekitar 20 orang)
Ngalih anak Bali-Bali? Napi alihe
truk punika.
Saya tidak tahu apa namanya atau apa
alasannya mereka.
Saat Pemilu, Golkar?
Lupa. Pokoknya mencari maling.
Suami ibu kan tidak ikut, kenapa
mesti dicari?
Mungkin godaan, biar dia sadar dengan dirinya
sendiri.
Bapake driki soroh napi (Bapaknya di
sini dari klan apa?
Bendesa asli.
Berarti kan banyak punya keluarga
misan, mindon?
Pada jaman itu kalau bendesa diambil oleh orang lain, putus hubungan
keluarga.
Dimana saja saudara-saudara ibu, di
desa mana saja ?
Disini saja.
Tidak ada di luar, misalnya di
Badung?
Tidak.
Mindon mertua ibu semuanya disini?
Ya.
Semuanya masih beragama Hindu?
Ya. Hanya keluarga ini saja yang
beragama kristen, setelah ibu bapaknya meninggal tinggallah kami berdua dan
anak-anak. Anak-anak saya banyak sehingga akhirnya menjadi 13 keluarga.
Dimana letak pura Gede atau Pura
ibu?
Namanya pura Peti Tenget.
Semuanya bersembahyang disana?
Kalau ada odalan, semua barong
menari kesana.
Sewaktu kecil juga begitu ?
Saya kan berada di Legian.
Ibu soroh apa?
Biasa.
Pasek ?
Tidak, biasa saja.
Berarti keluarga ibu termasuk orang
penting ? Bendesa asli?
Ya.
Berarti keluarga ibu termasuk kaya ?
Ya.
Kalau memang tanahnya tidak diambil
?
Ya. Setelah saya disini saya barulah
membeli tanah seluas 40 are seharga 600 ribu.
Ibu berjualan apa sehingga sampai
bisa membeli tanah banyak ?
Saya berjualan sangat laris karena
pada saat itu dagang belum banyak seperti sekarang.
Ibu jualan apa ?
Bumbu dapur, kain, celana, baju.
Kadang-kadang saya dapat jualan sampai 500.
Apakah ibu tidak disisihkan ?
Ya, tetapi kebanyakan orang yang
belanja disini adalah orang dari jauh.
Anak-anak yang perempuan saya
berikan bagian masing-masing 5 are.
Berarti bapak dan ibu memulai lagi
dari nol
Ya. Karena tanah milik mertua sudah
diperkarakan oleh saudara-saudaranya.
Kalau tanah itu tidak diambil,
berarti tanahnya sangat banyak ?
Di bagi-bagi masing-masing 18 are.
Berarti sewaktu masa G30SPKI ada
kesempatan mereka untuk memusuhi ibu ?
Ya.
Bagaimana rasanya waktu itu ? apakah
ibu sempat di culik pada jaman itu ?
Tidak ada yang berani datang kesini
kecuali rumahnya yang dirusak.
Saat itu ibu masih miskin ? rumahnya
masih jelek ?
Ya, rusak gentengnya, kasur bolong.
Berarti saat itu bisa seenaknya membunuh manusia ?
Orang-orang yang tidak bersalah
banyak menjadi sasaran pembunuhan dan tidak ada yang menghiraukan.
Bapak tidak ada yang mencari ?
Disekolahan juga banyak orang
dipukuli sampai mati. Saat itu tidak ada yang mengurus, hanya Sang Hyang Widhi yang memberi keselamatan.
Sewaktu itu bapak tidak mempunyai
musuh? Padahal sudah dimusuhi oleh tetangga-tetangga. ?
Tidak, karena tanah dan kebun kami
sudah diambil. Sebelum G30SPKI sudah diambil.
Bapak tidak ikut gerombolan PKI?
Tidak.
Ikut partai apa?
Tidak tahu, lupa.
Ikut partai Kristen?
Ya.
Parkindo?
Ya benar.
Berarti sangat susah menjadi Kristen
disini?
Ya.
Tetapi saya hanya menyanyi agar anak-anak saya tidak kena batu.
Sekarang apakah sanak saudara tidak
ada yang berniat untuk ikut pindah agama?
Anak saya yang menjadi guru di
Tulang Ampiang berniat untuk ikut masuk Kristen tetapi takut dimusuhi oleh
tetangga, teman-temannya yang ikut mengajar di sana. Mereka takut disakiti.
Sekarang banyak yang iri karena tidak pernah melihat saya membuat canang ,
odalan di Pura Puseh, Dalem, Bale agung, rakyat menjadi susah karena hasil
mereka bekerja dipakai ke pura. Tiang (saya) dilihat gampang setiap minggu ke gereja
bawa buku, menyanyi, katanya: “Tuyuh
ngaba banten keme mai men be baang seger ken dewa.” (sibuk membawa sesajen ke sama ke mari, yang
penting kan diberikan kesehatan oleh
para dewa). Mare tes tiang nawang Sang Hyang Widhi, sing beneh dewa baktinin, Sang Hyang Widhi malu baktinin apang kenehe ning. (Setelah saya beragama Kristen, barulah saya
sadar tidaklah benar menyembah dewa, sebab yang paling pantas di sembah adalah
Sang Hyang Widhi)
Saat
suami saya meninggal ada yang datang
kemari dan bicara “Nguda sing gaenan iwe punjung?” (Kenapa kamu tidak membuat
sesajen). “Nguda ngae punjung, anak Saang
Hyang Widhi suba mimpin jiwane ke suargan, ida Sang Hyang anak suba sugih, ida nak sing kayun
aturan jaje nasi.” “Kenapa saya harus membuat sesaji, karena Sang Hyang Widhi
sudah menuntun roh kita ke sorga), saya
ngomong begitu. “Ida nak sing kayun jaje nasi, ide kayun aturan keneh raga ning
mebakti teken ida sehari-hari.” “Sang Hyang Widhi tidak menghendaku jajan
maupun nasi, yang beliau kehendaki adalah pikiran yang jernih, saat kita
bersembahyang sehar-hari) Ada juga yang
nanya “Sing Ngetelunin? sing
ngerorasin?, ngai punjung sing, ngaben sing.” (kenapa tidak membuat upacara
tiga hari setelah kematian, dua belas hari setelah meninggal, tidakkah membuat
sesaji, tidak ngaben) “Sing anak suba Ida Sang Hyang Widhi ngaturin kerahayuan.” (Tidak,
karena sudah Tuhan Yesus yang mempersembahkan semua itu.
Mangkin satuane, kuda anak mayah negak dokar ke Buduk ?
(Sekarang lain pertanyaannya, berapa ongkos naik dokar sampai di Buduk? )
Lupa.
Sire sane mebaptis? Siapa yang
dibaptis?
Pendeta…. Saya lupa.
Berapa dokar?
kira-kira 3.
Berarti ibu sudah pindah agama
tetapi belum dibaptis?
Ya, kalau dulu di Bali tidak ada
gereja untuk kebaktian, makanya mebabtis ke Buduk. Jalannya jelek, tidak
seperti sekarang.
Men cara Bali maturan raga ke gereja
bu? (Seperti tradisi Bali, apakah memberikan persembahan ke gereja?)
Tergantung kalau saya punya uang
kadang-kadang saya maturan Rp. 25.000 kadang-kadang Rp. 20.000
Kalau Rp. 100.000 pernah ?
Mengucap syukur lain, maturan
pembangunan lain, Rp. 500.000 pernah. Saya disini hanya sendiri anak-anak sudah
berdikari. Anak saya ada yang maturan Rp. 10 juta.
Berapa cucu ibu
36, kumpi 5.
Ini ibu Ketut Renih. Anak pertamanya
lahir pada tahun 1943, umurnya 58 tahun. Ibu Ketut Renih saya perkirakan lahir
pada tahun 1913. Semua cucu dan cicit beragama Hindu ?
Ya.
Kecuali saudara ibu yang dilarikan
itu ?
Ya.
Apa dia pernah kemari ?
Tidak pernah , kadang-kadang saja karena dia jual beli
bangunan.
Walaupun sudah berbeda kepercayaan
apakah mau rukun ?
Ya, ingat bersaudara.
Ibu ingat dengan leluhur ibu ?
Tidak, untuk apa mengingatnya.
Mungkin karena bapak ibu sudah
pindah agama jadi tidak ingat lagi pada kompiang?
Ya.
Percaya dengan karmapala?
Ya.
Sampai sekarang ?
Ya. Tiang (saya) percaya ring Hyang
Yesus, tiang percaya ring Hyang Yesus, tiang percaya ring Hyang yesus,
haleluya, haleluya, haleluya []
No comments:
Post a Comment