Nama Informan : Ketut Rada (50 tahun) (3)
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara : Banjar Pasekan, Buduk, Badung
Tanggal :
6 Januari 2002
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin Tsp
Korektor :
Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Saya
masih sedang berusaha mencari bukti-bukti bahwa Pan Loting mendua, bimbang setelah
dia memeluk agama Kristen. Sulit sekali mencari bukti-buktinya, sehingga saya
harus berputar-putar untuk mendapatkan jawaban, karena sekalipun para informan
punya hubungan keluarga dengan Pan Loting, namun selisih umur mereka terlalu
jauh menyulitkan hal itu. Kisah wawancaranya sebagai berikut:
Nah
sekarang kalau cucunya Kakek Loting, yang ayahnya kena G30S/PKI itu sekarang
dimana?
Di
rumahnya ada dua, di Kwanji satu, di Malang satu, di Sulawesi satu.
Itu
anaknya Pak Bacol itu ya?
Ya.
Berarti
kan Kristen semuanya?
Ya
Kristen.
Nah
sekarang ada tidak konflik karena tanah warisan itu, di antara keluarga
Kristen?
Tidak.
Sedangkan paibon yang ada di karang (pekarangan rumah)-nya dia, sekarang itu
secara suka rela diberikan sama dia, untuk dijadikan jaba (halaman paling luar dalam suatu pura) kalau dulu jaba-nya
kan menghadap keselatan ya dan bercampur dengan karang (halaman rumah)-nya dia
dan sekarang itu semuanya sudah terpisah. Dan itu diberikan secara sukarela.
Jadi
kalau dulu jaba-nya mengahadap
keselatan gitu?
Ya dan
membaur jadi satu.
Dengan
halamannya dia kan gitu jadinya?
Ya.
Kalau
bisa tolong ajak saya ke sana sekali, biar saya tahu.
Sekarang saya sedang berada di sanggah dari Kakek Loting sendiri. Sanggah itu sekarang disebut
dengan Sanggah Paibon, yang terdiri dari,
gedong, taksu di sebelah barat laut, ditengah-tengah ada pelik
sari, yang di timur laut ada pesimpangan,
sebelah selatannya pesimpangan ada meru tumpang tiga. Nah pada mulanya
ketika Kakek Loting masih beragama Hindu, gapura atau pintu masuk dari paibon itu menghadap ke selatan, dan
diselatan paibon ini adalah rumah
tempat tinggal dari Kakek Loting. Berarti memang posisinya ada di timur laut
dari rumahnya, sebagaimana layaknya orang-orang Bali menempatkan tempat
sucinya. Berarti memang benar berada percis di timur laut rumah dari Kakek Loting.
Nah terus ketika Kakek Loting sudah menjadi Kristen,
terjadi kesepakatan di antara mereka, jalan yang menuju ke selatan ditutup.
Kalau jalan ke selatan itu ditemboki
Kapan?
Baru,
karena kerelaan beliau artinya supaya antara yang punya rumah dengan Paibon
bercampur, maka dia merelakan tanah yang disebelah timur ini sebagai pura.
Kapan
perehabannya?
Kalau
itu baru sekitar tahun 1998 ada tembok ini.
Jadi
tahun 1998 ada tembok ini, berarti terbuka?
Ya.
Berarti
kalau orang masuk pura itu dari sana?
Ya.
Berarti
kan kalau ke rumahnya Kakek loting dulu, kalau mau ke pura?
Tidak
sampai kerumahnya dia.
Berarti
kan ke sini dia itu dulu?
Ya.
Nah
kalau dulu waktu Bapak masih kecil, rumah Pan Loting itu seperti apa?
Kalau
itu kan rumah stil Bali (rumah Tua).
Berarti masuknya dari rumah Pan Loting, tapi sejak tahun
1998, disepakati pintu masuknya itu dari timur. Dengan rela dia itu memberikan
tanahnya dan dengan tanpa gugatan apa-apa. Sekarang saya sedang berada di hadapan rumah
Pan Loting, kalau di sini jaman sekarang saja, bambu-bambu itu masih banyak
berserakan. Sekarang saya sedang berada di rumahnya Pan Loting, rumahnya
menghadap ke selatan dan kuri (pintu
ke luar masuk ke halaman rumahnya berbentuk gapura kecil), barangkali ini saat
jaman dulu.
Dimana duduknya?
Di jineng (lumbung) rumah yang di Balangan. Kalau saya kan menceritakan yang saya tahu saja.
Kan
tidak mungkin rasanya di sini ada sanggah-nya?
Sedangkan pintu masuknya dari sana?
Ya itu
dah. Kalau masalah itu saya kan sema sekali tidak tahu.
Kalau
dulu itu di sini bet (rimbun)?
Ya
memang rimbun sekali, kalau di sini itu memang angker sekali.
Berarti
kan hanya orang-orang tertentu saja yang berani ke sini kan gitu jadinya?
Ya.
Tidak
sembarang orang bisa kan gitu ya?
Ya.
kalau orang-orang mengatakan kalau lain rasanya masuk ke sana.
Saat
saya masih kecil itu, orang bilang Buduk saja, saya itu sudah takut. Kalau dulu
kan memang terkenal angkernya ya?
Ya.
Mungkin
juga gara-gara namanya Pan Loting juga ya?
Ya,
mungkin juga.
Sekarang
saja masih kelihatannya agak seram?
Ya.
Kalau
yang itu sanggah siapa?
Itu dah
sanggah Pak Made Simur/Made Darma.
Tepat di belakang rumah keturunan Kakek Loting, adalah
rumah dari Pak Made Simur/Made Darma yang diperkirakan sementara beliau ada
keturunan adik terkecil dari Kakek Loting dan itu juga masuk akal mengingat
rumahnya dia itu berhimpitan. Kalau yang menjadi persoalan di sana itu ada sanggah rong tiga, dan taksu yang ada
disebelah utara, dan kemulan (rong
tiga) yang ada disebelah selatan. Jadi kan hanya dua saja ada sanggah tapi mereka juga sembahyangnya
di paibon. Kalau pura dadia-nya di mana
lagi satu?
Di sana.
Jauh sekali ya?
Tidak dekat kok.
Siapa yang menjadi keturunannya dia, maka dia yang akan
mengaku gitu?
Ya, dia yang mengaku, kalau pemangku yang di sini itu memang benar yang nomor tiga yang di
sini, memang benar Men (ibunya) Suarda itu yang nomor tiga.
Kalau Men Suarda
itu siapa?
Itu dah saudara kandungnya dia. Tapi karena dia
perempuan, makanya dia menikah ke selatan.
Saudara kandungnya yang ini gitu?
Ya.
Saudara kandung Pan (ayah) Darma ini?
Ya, dia yang punya saudara kandung dan menikah ke luar,
tapi yang mengambil itu masih saudara dan menjadi pemangku gitu. Tapi dia tidak dikasi sama kakeknya, karena dia itu
nomor tiga, itu kan siapa yang merupakan keturunan Kakek Loting, maka dia yang
jadi pemangku.
Jadi sepatutnya kan dia jadinya?
Ya, sebenarnya Made Simur/MadeDarma, tapi karena dia
tentara dan jarang pulang kan begitu saja jadinya dia melepas.
Sekarang saya sedang berada di sanggah gede atau sanggah
dadia dari keluarga Kakek Loting.
Bapak, sanggah dadia itu apa?
Kalau itu sanggah
gede atau sanggah leluhur yang
saya ajak mesidikara (tunggal
sumbah).
Berarti ini kan dari garis purusa (laki-laki)?
Ya tunggal purusa.
Kalau Paibon kan yang dari pradana (perempuan)?
Ya. kalau paibon itu artinya yang saya ajak satu soroh (klen) yaitu soroh Pasek Badak.
Kalau sanggah dadia itu yang saya ajak lelintihan
(silsilah) atau yang tunggal waris.
Tunggal waris itu maksudnya bagaimana?
Kalau seumpama dalam keluarga itu kan ada warisan,
umpamanya, salah satu dari warisan itu kan 1, 2, 3 itu kan urutannya, kalau
yang pertama itu siapa bisa, yang kedua siapa dan yang ketiga siapa. Nah kalau
yang menembok ini, Bapak saya yang korban
(menanggung biaya) menembok yang di sini, karena yang di rumah ini masuk
Kristen, lalu berangkat ke Sulawesi, karena di sana dia tidak mampu selama tiga
sampai 4 tahun, dia kan menjadi gila, lalu dia kan mencari toya (tirta, air suci) dari sanggah
gede. Setelah dikasi toya dari sanggah gede kan sehat dia jadinya. Baru
kemudian dia kembali lagi ke sini.
Siapa namanya Pan Darmi itu. Kalau Pan Darmi itu jadinya
beragama Kristen dulu?
Ya.
Dimana
sekarang dia?
Di
Sulawesi. Kalau Pan Darmi itu kan sudah meninggal artinya yang masih hidup itu
kan anaknya. Kalau Made Darmi itu juga bukan anak kandungnya tapi dia itu anak
angkat.
Kalau
Pan Darmi itu bagaimana hubungannya dengan Pan Loting?
Ada
juga hubungannya.
Kalau
Pan Darmi itu rumahnya dulu di sini dan beragama Kristen gitu?
Ya.
Kemudian
dia transmigrasi ke Sulawesi gitu?
Kalau
itu kan anaknya, sedangkan Pan Darmi itu kan meninggal di sini.
Meninggalnya
masih Hindu atau sudah Kristen?
Sudah
Kristen.
Made
Darmi-nya yang berangkat ke Sulawesi?
Ya.
Tidak
pernah dia ke sini lagi?
Tidak,
kalau yang di sini kan sudah dijual. Lalu yang membeli itu ayah saya.
Siapa
nama Bapaknya?
Nyoman
Dadi.
Ada
hubungan apa dengan Pan Darmi?
Jawab
seorang ibu yang ada di sebelah kami: “Kalau itu kan bisa jadi satu, kalau itu
kan panglingsir (orang yang dituakan)
saya dulu. Kalau itu jadi satu dan kalau yang di sini itu rumah tua.”
Kalau Bapak namanya siapa?
Made
Suada.
Pekerjaannya
apa?
Petani.
Kalau
sekolahnya?
Hanya
SD.
Kalau
ibu namanya siapa?
Kalau
saya Ni Luh Nerji.
Kalau Bapak
umurnya berapa?
Kalau
saya sekitar 50 tahunan.
Kalau
ibu?
Saya
lahir tahun 1956.
Kalau
yang ini sekarang kan sampai ke barat?
Ya.
Berarti
kan keluarga besar sekali jadinya?
Ya.
Tolong
ulang lagi yang tadi itu, dia sakit di Sulawesi itu?
Kalau
itu kan kami itu tunggal sanggah,
kalau ada istilahnya kan getihe abumbung
(darah satu tabung, satu garis keturunan). Jadi masih ada hubungan keluarga.
Yang
ini apa saja namanya?
Kalau
yang ini tugu (altar pemujaan) Ratu Ngrurah,
kalau yang ini Betara Hyang Guru, lalu yang ini Ratu Mas Manik Galih.
Jadi dari selatan sampai keutara itu ada tugu Ratu Ngurah, Betara Hyang Guru, dan
Ratu Mas Manik Galih, Pesimpangan (persimpangan)
Gunung Agung, Ratu Meres, Ratu Mujung. Berarti disebelah timur menghadap ke utara,
ada satu, dua tiga, empat, lima, enam. Sedangkan dari utara mengadap ke
selatan, kalau yang ini siapa?
Kalau yang ini
Saren, kalau yang ini Pesimpangan Mlating.
Kalau yang ini?
Taksu.
Berarti yang di
sana itu kan taksu, hanya satu saja.
Berarti kan
memang betul, yang di sini dia itu lebih besar. Nah kalau meru-nya ini kan
hanya tumpang satu jadinya?
Ya.
Berarti kan sama
dengan yang di Pura Taman Ayun?
Ya. (penjelasan saya: di Pura Taman Ayun ada meru
bertumpang satu (dua atap) yang diyakini sebagai tempat pemujaan roh suci Pasek
Badak, yang merupakan leluhur dari Pan Loting)
Saya ingin bertanya orang yang tadi, katanya
sanggah gede-nya pernah rusak, lalu
gila di Sulawesi, sekarang coba ceritakan itu?
Kalau yang saya dengar ceritanya, katanya
setiap malam dia tidak bisa tidur di rumahnya. karena dia itu gila lalu
dimintai tirta dari sanggah gede yang di rusa. Akhirnya dia itu kan sembuh dan
setelah sembuh itu, dia bisa kembali ke kampung halamnnya.
Kembali dia ke Hindu?
Made
Simur/Made Darma menjawab: “Tidak. Tapi tetap beragama Kristen. tapi kalau itu
saya juga kurang jelas, apa si Darmi atau Bapaknya atau anaknya saya kurang
jelas. Kalau yang dari sanggah gede
itu kan hanya Darmi saja yang ke sana dan bisa jadi dia. Katanya Darmi itu
meminta untuk mencangkul tanah sanggahnya, untuk tanaman ubi dan kaknya kan
tidak mengasi.”
Saya kembali bertanya pada Ketut Rada
Sekarang saya
sedang berada di Pura Kawitan Pasek Badak, Buduk. Kalau odalan-nya jatuh pada?
Buda Manis,
Prangbakat.
Jadi memang
jelas waktu Bapak masih kecil itu Kakek Loting mengobati orang?
Ya memang jelas.
Kalau dia mengobati orang itu, saya pernah menyaksikan dengan mata kepala saya
sendiri.
Bagaimana
caranya?
Itu dia membuat
ramuan tapi ramuan itu sifatnya masih sangat rahasia. Dia juga bisa menyembuhkan orang gila, menyembuhkan orang
sakit dan kalau menyembuhkan orang yang tidak bisa tidur juga dia bisa.
Kalau begitu kan ada saja yang datang?
Ya, memang ada saja yang datang. Tapi
hanya pada saat hari-hari tertentu saja, mungkin juga beliau yang sudah
mengatur.
Tapi katanya dia kedua-duanya bisa, bisa
membuat sakit dan juga bisa membuat orang sembuh?
Ya memang bisa. Dia itu bisa menghidupkan
dan juga bisa mematikan. Kalau misalnya dia ingin menjelekkan siapa misalnya,
misalnya saja si Dagdag tapi alasannya dia itu harus bersalah, kalau tidak
salah maka dia itu tidak akan bisa.
Nah sekarang gereja yang di Buduk itu
sebenarnya dibangun kapan?
Kalau itu saya kurang tahu dengan pasti.
Saat saya datang itu sesudah saya itu besar.
Berarti saat datang itu memang sudah
melihat ada gereja?
Sudah ada, kalau dulu-dulu itu, saya sama
sekali tidak mengerti dengan masalah gereja itu. kalau Kristen itu kan terbagi
dua, yang Protestan dengan yang Katolik. Dan kalau gereja protestan dengan
katolik itu juga kan berbeda juga cara pengaturannya.
Sekarang kalau secara umum, masyarakat yang
di Buduk itu bisa menerima saudaranya yang Kristen?
Kalau itu biasa.
Nah sekarang coba jujur jawab, ada tidak
orang Bali Hindu baru yang pindah Kristen? artinya Kristen baru?
Kalau sekarang ini tidak ada.
Kalau yang Kristen murtad ada?
Kalau sekarang ini tidak.
Kalau yang duluan ada?
Kalau dulu banyak.
Sudah Kristen kembali lagi ke Hindu gitu?
Tidak, yang ada dari Hindu masuk ke
Kristen. Itu kan saat kalau orang Bali bilang gumi terak (dunia peceklik) padinya di sawah tidak berhasil, tikus banyak yang mengganggu,
grubug (wabah) kalau orang bilang.
Lalu kan datang sumbangan banyak dari luar negeri, berupa gandum dan lain-lain,
karena merasa kelaparan, lalu diberikan itu secara cuma-cuma itu. pokoknya
dengan ikhlas dia memberikan.
Kan itu juga yang menyebakan?
Ya. karena dia diberikan itu dan dia
lantas merasa boleh dikatakan terjerumus.
Kalau
dari lelintihan (satu keturunan) dengan
Bapak, apakah ada sekitar 50 KK yang pindah ke Kristen?
Itu kan
hanya keturunan Paul Sujana dengan Kakek Loting itu saja. Kalau dari lelintihan itu entah berapa orang saya
juga kurang tahu.
Kalau
yang kembali lagi ke Hindu tidak ada lagi?
Kalau
yang dari garis purusa (laki-laki) belum
ada tapi yang diambil dan mengambil itu banyak.
Tadi
katanya, saat Kakek Loting itu meninggal, sesungguhnya dia itu masih tetap
Hindu, kemudian minta petunjuk dari Pastur yang di Tuka?
Made
Simur/Made Darma menjawab: “Kalau itu kan sekedar cerita basa-basi, kalau ke
Kristen dia juga masuk dan ke Hindu dia itu juga menghaturkan banten, ini yang
saya kurang tahu.
Kembali ke Ketut Rada
Kalau
Bapak pernah menonton kak Loting menarikan topeng?
Pernah
dan sering saya menonton dan kakeknya juga bisa ngewayang ( menjadi dalang). Menggambar juga pintar. Dia itu bisa
membuat kita itu lupa ditempat seketika. Memang Kakek Loting itu berwibawa
sekali tapi kalau saya memang tidak pernah diberikan begitu.
Kalau
sekarang, ada tidak orang yang sakti seperti itu di sini?
Kalau
itu saya belum pernah mendengarnya. Kak loting itu membuat rajah (gambar-gambar mistis) dan jika sudah di-pasupati (diberkahi kekuatan gaib dari Dewa Siswa), maka itu akan
bisa hidup.
Bagaimana
katanya caranya?
Itu kan
diasapi dengan dupa, maka akan mau bergoyang-goyang. Kaker di Balangan tahu.
Kakek
siapa?
Kak
yang di rumah di Balangan tahu dia.
Bagaimana
dibilang sama kakek yang di Balangan?
Itu kan
dipandangi dulu rumahnya sendiri.
Tapi
karena paibon-nya di situ, saya kira
di situ? Kalau masalah pura kawitan-nya
jauh kan tidak apa-apa?
Made
simur/Made Darma menjawab: “Kalau saya jelaskan itu secara panjang lebar,
kadang-kadang orang-orang itu belum percaya, karena mereka itu boleh dikatakan
kurang mengerti, kalau dengan kenyataan-kenyataan yang ada itu, memang orang
itu tidak merasakan. Kalau yang menjadi pemangku
di pura Pasek adalah ...........saudara kandung Bli Pasek-nya ada dua, yang
pertama ada namanya Bli Pasek, yang kedua yang diajak cerita tadi sini itu. Lalu
saya karena saya jauh makanya saya tidak dapat. Kalau Bli Pasek pemangku di
pura Kawitannya bersamaan potong gigi dengan Bapak saya. Kalau yang di Ibu itu Men
Suada itu yang nomor tiga. Kalau yang nomor dua itu siapa, yang nomor tiga itu
siapa saya kurang tahu, tapi kalau yang nomor tigaitu kan bisa dibuang, kalau
Kakeknya itu sering bertarung ke Sanur, Sading, Penarungan. Pasek bdaknya badaknya
itu memang sakti tapi saya kan tidak aslinya.
Katanya
Pasek Badak dari klungkung?
Kalau
ingin bertanya, tanyakan saja sama Topeng Carangsari (sebuah grup penari topeng
dari Desa CarangsarI)
Kalau
dulu Pak pernah diceritakan sama Kakek Loting-nya?
Ya.
kalau itu kurang lebih sekitar 15 tahun yang lalu.
Kalau
mukanya Pan Darmi pak tahu?
Kalau
dia itu orangnya gemuk dan kulitnya putih-putih.
Dia
masuk Kristen kan gitu?
Ya..kalau
sebelum Kristen dia itu memang masih kita ajak sembahyang.
Kalau
ceritanya yang bagus itu kan, Pan Loting itu tahun 1960an itu masih ikut
sembahyang?
Kalau
tahun 1960 itu dia memang masih sehat. Saat itu umur saya sekitar 6 sampai 7
tahun.
Kalau
sembahyang pernah ikut dengan Kakek Loting?
Kalau
sembahyang tidak pernah, karena kalau dia itu kan mekawin (bertembang) saja di Pura. Kalau saya sebahis sembahyang
pulang dah saya. Dan saya memang tidak pernah melihat dia menghaturkan bakti.
Kalau Pan
Candra katanya pernah melihat dia sembahyang?
Kalau
itu mungkin, karena dia dekat dengan itu. Kan sanggah gede-nya itu bareng katanya.
Kalau Pak
sama sekali tidak pernah bareng gitu?
Tidak.
Kalau Kakek itu mekidung itu biasa
dan memang dia itu pintar mekidung.
Kalau
Dalang juga katanya juga bisa?
Ya
bisa. []
No comments:
Post a Comment