Thursday, April 28, 2016

Tidak, yang Ada Dari Hindu Masuk Ke Kristen


 Nama Informan                      : Ketut Rada (50 tahun)  (3)
Pewawancara                         : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara               : Banjar Pasekan, Buduk, Badung
Tanggal                                   : 6 Januari 2002
Transkriptor                            : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin Tsp
Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Saya masih sedang berusaha mencari bukti-bukti bahwa Pan Loting mendua, bimbang setelah dia memeluk agama Kristen. Sulit sekali mencari bukti-buktinya, sehingga saya harus berputar-putar untuk mendapatkan jawaban, karena sekalipun para informan punya hubungan keluarga dengan Pan Loting, namun selisih umur mereka terlalu jauh menyulitkan hal itu. Kisah wawancaranya sebagai berikut:


Nah sekarang kalau cucunya Kakek Loting, yang ayahnya kena G30S/PKI itu sekarang dimana?
Di rumahnya ada dua, di Kwanji satu, di Malang satu, di Sulawesi satu.

Itu anaknya Pak Bacol itu ya?
Ya.

Berarti kan Kristen semuanya?
Ya Kristen.

Nah sekarang ada tidak konflik karena tanah warisan itu, di antara keluarga Kristen?
Tidak. Sedangkan paibon yang ada di karang (pekarangan rumah)-nya dia, sekarang itu secara suka rela diberikan sama dia, untuk dijadikan jaba (halaman paling luar dalam suatu pura)  kalau dulu jaba-nya kan menghadap keselatan ya dan bercampur dengan karang (halaman rumah)-nya dia dan sekarang itu semuanya sudah terpisah. Dan itu diberikan secara sukarela.


Jadi kalau dulu jaba-nya mengahadap keselatan gitu?
Ya dan membaur jadi satu.

Dengan halamannya dia kan gitu jadinya?
Ya.

Kalau bisa tolong ajak saya ke sana sekali, biar saya tahu.

Sekarang saya sedang berada di sanggah dari Kakek Loting sendiri. Sanggah itu sekarang disebut dengan Sanggah Paibon, yang terdiri dari,  gedong, taksu di sebelah barat laut, ditengah-tengah  ada pelik sari, yang di timur laut ada pesimpangan, sebelah selatannya pesimpangan ada meru tumpang tiga. Nah pada mulanya ketika Kakek Loting masih beragama Hindu, gapura atau pintu masuk dari paibon itu menghadap ke selatan, dan diselatan paibon ini adalah rumah tempat tinggal dari Kakek Loting. Berarti memang posisinya ada di timur laut dari rumahnya, sebagaimana layaknya orang-orang Bali menempatkan tempat sucinya. Berarti memang benar berada percis di timur laut rumah dari Kakek Loting.

Nah terus ketika Kakek Loting sudah menjadi Kristen, terjadi kesepakatan di antara mereka, jalan yang menuju ke selatan ditutup. Kalau jalan ke selatan itu ditemboki
Kapan?
Baru, karena kerelaan beliau artinya supaya antara yang punya rumah dengan Paibon bercampur, maka dia merelakan tanah yang disebelah timur ini sebagai pura.

Kapan perehabannya?
Kalau itu baru sekitar tahun 1998 ada tembok ini.

Jadi tahun 1998 ada tembok ini, berarti terbuka?
Ya.

Berarti kalau orang masuk pura itu dari sana?
Ya.

Berarti kan kalau ke rumahnya Kakek loting dulu, kalau mau ke pura?
Tidak sampai kerumahnya dia.

Berarti kan ke sini dia itu dulu?
Ya.

Nah kalau dulu waktu Bapak masih kecil, rumah Pan Loting itu seperti apa?
Kalau itu kan rumah stil Bali (rumah Tua).

Berarti masuknya dari rumah Pan Loting, tapi sejak tahun 1998, disepakati pintu masuknya itu dari timur. Dengan rela dia itu memberikan tanahnya dan dengan tanpa gugatan apa-apa.  Sekarang saya sedang berada di hadapan rumah Pan Loting, kalau di sini jaman sekarang saja, bambu-bambu itu masih banyak berserakan. Sekarang saya sedang berada di rumahnya Pan Loting, rumahnya menghadap ke selatan dan kuri (pintu ke luar masuk ke halaman rumahnya berbentuk gapura kecil), barangkali ini saat jaman dulu.

Dimana duduknya?
Di jineng (lumbung) rumah yang di Balangan. Kalau saya kan menceritakan yang saya tahu saja.

Kan tidak mungkin rasanya di sini ada sanggah-nya? Sedangkan pintu masuknya dari sana?
Ya itu dah. Kalau masalah itu saya kan sema sekali tidak tahu.

Kalau dulu itu di sini bet (rimbun)?
Ya memang rimbun sekali, kalau di sini itu memang angker sekali.

Berarti kan hanya orang-orang tertentu saja yang berani ke sini kan gitu jadinya?
Ya.

Tidak sembarang orang bisa kan gitu ya?
Ya. kalau orang-orang mengatakan kalau lain rasanya masuk ke sana.

Saat saya masih kecil itu, orang bilang Buduk saja, saya itu sudah takut. Kalau dulu kan memang terkenal angkernya ya?
Ya.

Mungkin juga gara-gara namanya Pan Loting juga ya?
Ya, mungkin juga.

Sekarang saja masih kelihatannya agak seram?
Ya.

Kalau yang itu sanggah siapa?
Itu dah sanggah Pak Made Simur/Made Darma.

Tepat di belakang rumah keturunan Kakek Loting, adalah rumah dari Pak Made Simur/Made Darma yang diperkirakan sementara beliau ada keturunan adik terkecil dari Kakek Loting dan itu juga masuk akal mengingat rumahnya dia itu berhimpitan. Kalau yang menjadi persoalan di sana itu ada sanggah rong tiga, dan taksu yang ada disebelah utara, dan kemulan (rong tiga) yang ada disebelah selatan. Jadi kan hanya dua saja ada sanggah tapi mereka juga sembahyangnya di paibon. Kalau pura dadia-nya di mana lagi satu?
Di sana.

Jauh sekali ya?
Tidak dekat kok.

Siapa yang menjadi keturunannya dia, maka dia yang akan mengaku gitu?
Ya, dia yang mengaku, kalau pemangku yang di sini itu memang benar yang nomor tiga yang di sini, memang benar Men (ibunya)  Suarda itu yang nomor tiga.



Kalau Men Suarda itu siapa?
Itu dah saudara kandungnya dia. Tapi karena dia perempuan, makanya dia menikah ke selatan.

Saudara kandungnya yang ini gitu?
Ya.

Saudara kandung Pan (ayah) Darma ini?
Ya, dia yang punya saudara kandung dan menikah ke luar, tapi yang mengambil itu masih saudara dan menjadi pemangku gitu. Tapi dia tidak dikasi sama kakeknya, karena dia itu nomor tiga, itu kan siapa yang merupakan keturunan Kakek Loting, maka dia yang jadi pemangku.

Jadi sepatutnya kan dia jadinya?
Ya, sebenarnya Made Simur/MadeDarma, tapi karena dia tentara dan jarang pulang kan begitu saja jadinya dia melepas.

Sekarang saya sedang berada di sanggah gede atau sanggah dadia dari keluarga Kakek Loting.

Bapak, sanggah dadia itu apa?
Kalau itu sanggah gede atau sanggah leluhur yang saya ajak mesidikara (tunggal sumbah).

Berarti ini kan dari garis purusa (laki-laki)?
Ya tunggal purusa.

Kalau Paibon kan yang dari pradana (perempuan)?
Ya. kalau paibon itu artinya yang saya ajak satu soroh (klen) yaitu soroh Pasek Badak. Kalau sanggah dadia itu yang saya ajak lelintihan (silsilah) atau yang tunggal waris.

Tunggal waris itu maksudnya bagaimana?
Kalau seumpama dalam keluarga itu kan ada warisan, umpamanya, salah satu dari warisan itu kan 1, 2, 3 itu kan urutannya, kalau yang pertama itu siapa bisa, yang kedua siapa dan yang ketiga siapa. Nah kalau yang menembok ini, Bapak saya yang korban (menanggung biaya) menembok yang di sini, karena yang di rumah ini masuk Kristen, lalu berangkat ke Sulawesi, karena di sana dia tidak mampu selama tiga sampai 4 tahun, dia kan menjadi gila, lalu dia kan mencari toya (tirta, air suci) dari sanggah gede. Setelah dikasi toya dari sanggah gede kan sehat dia jadinya. Baru kemudian dia kembali lagi ke sini.

Siapa namanya Pan Darmi itu. Kalau Pan Darmi itu jadinya beragama Kristen dulu?
Ya.


Dimana sekarang dia?
Di Sulawesi. Kalau Pan Darmi itu kan sudah meninggal artinya yang masih hidup itu kan anaknya. Kalau Made Darmi itu juga bukan anak kandungnya tapi dia itu anak angkat.

Kalau Pan Darmi itu bagaimana hubungannya dengan Pan Loting?
Ada juga hubungannya.

Kalau Pan Darmi itu rumahnya dulu di sini dan beragama Kristen gitu?
Ya.

Kemudian dia transmigrasi ke Sulawesi gitu?
Kalau itu kan anaknya, sedangkan Pan Darmi itu kan meninggal di sini.

Meninggalnya masih Hindu atau sudah Kristen?
Sudah Kristen.

Made Darmi-nya yang berangkat ke Sulawesi?
Ya.

Tidak pernah dia ke sini lagi?
Tidak, kalau yang di sini kan sudah dijual. Lalu yang membeli itu ayah saya.

Siapa nama Bapaknya?
Nyoman Dadi.


Ada hubungan apa dengan Pan Darmi?
Jawab seorang ibu yang ada di sebelah kami: “Kalau itu kan bisa jadi satu, kalau itu kan panglingsir (orang yang dituakan) saya dulu. Kalau itu jadi satu dan kalau yang di sini itu rumah tua.”

Kalau Bapak  namanya siapa?
Made Suada.

Pekerjaannya apa?
Petani.

Kalau sekolahnya?
Hanya SD.

Kalau ibu namanya siapa?
Kalau saya Ni Luh Nerji.

Kalau Bapak umurnya berapa?
Kalau saya sekitar 50 tahunan.

Kalau ibu?
Saya lahir tahun 1956.

Kalau yang ini sekarang kan sampai ke barat?
Ya.

Berarti kan keluarga besar sekali jadinya?
Ya.

Tolong ulang lagi yang tadi itu, dia sakit di Sulawesi itu?
Kalau itu kan kami itu tunggal sanggah, kalau ada istilahnya kan getihe abumbung (darah satu tabung, satu garis keturunan). Jadi masih ada hubungan keluarga.

Yang ini apa saja namanya?
Kalau yang ini tugu (altar pemujaan) Ratu Ngrurah, kalau yang ini Betara Hyang Guru, lalu yang ini Ratu Mas Manik Galih.

Jadi dari selatan sampai keutara itu ada tugu Ratu Ngurah, Betara Hyang Guru, dan Ratu Mas Manik Galih, Pesimpangan (persimpangan) Gunung Agung, Ratu Meres, Ratu Mujung. Berarti disebelah timur menghadap ke utara, ada satu, dua tiga, empat, lima, enam. Sedangkan dari utara mengadap ke selatan, kalau yang ini siapa?
Kalau yang ini Saren, kalau yang ini Pesimpangan Mlating.

Kalau yang ini?
Taksu.

Berarti yang di sana itu kan taksu, hanya satu saja.

Berarti kan memang betul, yang di sini dia itu lebih besar. Nah kalau meru-nya ini kan hanya tumpang satu jadinya?
Ya.

Berarti kan sama dengan yang di Pura Taman Ayun?
Ya.  (penjelasan saya: di Pura Taman Ayun ada meru bertumpang satu (dua atap) yang diyakini sebagai tempat pemujaan roh suci Pasek Badak, yang merupakan leluhur dari Pan Loting)




Saya ingin bertanya orang yang tadi, katanya sanggah gede-nya pernah rusak, lalu gila di Sulawesi, sekarang coba ceritakan itu?
Kalau yang saya dengar ceritanya, katanya setiap malam dia tidak bisa tidur di rumahnya. karena dia itu gila lalu dimintai tirta dari sanggah gede yang di rusa. Akhirnya dia itu kan sembuh dan setelah sembuh itu, dia bisa kembali ke kampung halamnnya.

Kembali dia ke Hindu?
Made Simur/Made Darma menjawab: “Tidak. Tapi tetap beragama Kristen. tapi kalau itu saya juga kurang jelas, apa si Darmi atau Bapaknya atau anaknya saya kurang jelas. Kalau yang dari sanggah gede itu kan hanya Darmi saja yang ke sana dan bisa jadi dia. Katanya Darmi itu meminta untuk mencangkul tanah sanggahnya, untuk tanaman ubi dan kaknya kan tidak mengasi.”


Saya kembali bertanya pada Ketut Rada

Sekarang saya sedang berada di Pura Kawitan Pasek Badak, Buduk. Kalau odalan-nya jatuh pada?
Buda Manis, Prangbakat.

Jadi memang jelas waktu Bapak masih kecil itu Kakek Loting mengobati orang?
Ya memang jelas. Kalau dia mengobati orang itu, saya pernah menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri.

Bagaimana caranya?
Itu dia membuat ramuan tapi ramuan itu sifatnya masih sangat rahasia. Dia juga bisa menyembuhkan orang gila, menyembuhkan orang sakit dan kalau menyembuhkan orang yang tidak bisa tidur juga dia bisa.

Kalau begitu kan ada saja yang datang?
Ya, memang ada saja yang datang. Tapi hanya pada saat hari-hari tertentu saja, mungkin juga beliau yang sudah mengatur.

Tapi katanya dia kedua-duanya bisa, bisa membuat sakit dan juga bisa membuat orang sembuh?
Ya memang bisa. Dia itu bisa menghidupkan dan juga bisa mematikan. Kalau misalnya dia ingin menjelekkan siapa misalnya, misalnya saja si Dagdag tapi alasannya dia itu harus bersalah, kalau tidak salah maka dia itu tidak akan bisa.

Nah sekarang gereja yang di Buduk itu sebenarnya dibangun kapan?
Kalau itu saya kurang tahu dengan pasti. Saat saya datang itu sesudah saya itu besar.

Berarti saat datang itu memang sudah melihat ada gereja?
Sudah ada, kalau dulu-dulu itu, saya sama sekali tidak mengerti dengan masalah gereja itu. kalau Kristen itu kan terbagi dua, yang Protestan dengan yang Katolik. Dan kalau gereja protestan dengan katolik itu juga kan berbeda juga cara pengaturannya.

Sekarang kalau secara umum, masyarakat yang di Buduk itu bisa menerima saudaranya yang Kristen?
Kalau itu biasa.

Nah sekarang coba jujur jawab, ada tidak orang Bali Hindu baru yang pindah Kristen? artinya Kristen baru?
Kalau sekarang ini tidak ada.

Kalau yang Kristen murtad ada?
Kalau sekarang ini tidak.

Kalau yang duluan ada?
Kalau dulu banyak.

Sudah Kristen kembali lagi ke Hindu gitu?
Tidak, yang ada dari Hindu masuk ke Kristen. Itu kan saat kalau orang Bali bilang gumi terak (dunia peceklik) padinya di sawah tidak berhasil, tikus banyak yang mengganggu, grubug (wabah) kalau orang bilang. Lalu kan datang sumbangan banyak dari luar negeri, berupa gandum dan lain-lain, karena merasa kelaparan, lalu diberikan itu secara cuma-cuma itu. pokoknya dengan ikhlas dia memberikan.

Kan itu juga yang menyebakan?
Ya. karena dia diberikan itu dan dia lantas merasa boleh dikatakan terjerumus.

Kalau dari lelintihan (satu keturunan) dengan Bapak, apakah ada sekitar 50 KK yang pindah ke Kristen?
Itu kan hanya keturunan Paul Sujana dengan Kakek Loting itu saja. Kalau dari lelintihan itu entah berapa orang saya juga kurang tahu.

Kalau yang kembali lagi ke Hindu tidak ada lagi?
Kalau yang dari garis purusa (laki-laki) belum ada tapi yang diambil dan mengambil itu banyak.

Tadi katanya, saat Kakek Loting itu meninggal, sesungguhnya dia itu masih tetap Hindu, kemudian minta petunjuk dari Pastur yang di Tuka?

Made Simur/Made Darma menjawab: “Kalau itu kan sekedar cerita basa-basi, kalau ke Kristen dia juga masuk dan ke Hindu dia itu juga menghaturkan banten, ini yang saya kurang tahu.
Kembali ke Ketut Rada

Kalau Bapak pernah menonton kak Loting menarikan topeng?
Pernah dan sering saya menonton dan kakeknya juga bisa ngewayang ( menjadi dalang). Menggambar juga pintar. Dia itu bisa membuat kita itu lupa ditempat seketika. Memang Kakek Loting itu berwibawa sekali tapi kalau saya memang tidak pernah diberikan begitu.

Kalau sekarang, ada tidak orang yang sakti seperti itu di sini?
Kalau itu saya belum pernah mendengarnya. Kak loting itu membuat rajah (gambar-gambar mistis) dan jika sudah di-pasupati (diberkahi kekuatan gaib dari Dewa Siswa), maka itu akan bisa hidup.

Bagaimana katanya caranya?
Itu kan diasapi dengan dupa, maka akan mau bergoyang-goyang. Kaker di Balangan tahu.

Kakek siapa?
Kak yang di rumah di Balangan tahu dia.

Bagaimana dibilang sama kakek yang di Balangan?
Itu kan dipandangi dulu rumahnya sendiri.

Tapi karena paibon-nya di situ, saya kira di situ? Kalau masalah pura kawitan-nya jauh kan tidak apa-apa?
Made simur/Made Darma menjawab: “Kalau saya jelaskan itu secara panjang lebar, kadang-kadang orang-orang itu belum percaya, karena mereka itu boleh dikatakan kurang mengerti, kalau dengan kenyataan-kenyataan yang ada itu, memang orang itu tidak merasakan. Kalau yang menjadi pemangku di pura Pasek adalah ...........saudara kandung Bli Pasek-nya ada dua, yang pertama ada namanya Bli Pasek, yang kedua yang diajak cerita tadi sini itu. Lalu saya karena saya jauh makanya saya tidak dapat. Kalau Bli Pasek pemangku di pura Kawitannya bersamaan potong  gigi  dengan Bapak saya. Kalau yang di Ibu itu Men Suada itu yang nomor tiga. Kalau yang nomor dua itu siapa, yang nomor tiga itu siapa saya kurang tahu, tapi kalau yang nomor tigaitu kan bisa dibuang, kalau Kakeknya itu sering bertarung ke Sanur, Sading, Penarungan. Pasek bdaknya badaknya itu memang sakti tapi saya kan tidak aslinya.

Katanya Pasek Badak dari klungkung?
Kalau ingin bertanya, tanyakan saja sama Topeng Carangsari (sebuah grup penari topeng dari Desa CarangsarI)

Kalau dulu Pak pernah diceritakan sama Kakek Loting-nya?
Ya. kalau itu kurang lebih sekitar 15 tahun yang lalu.

Kalau mukanya Pan Darmi pak tahu?
Kalau dia itu orangnya gemuk dan kulitnya putih-putih.

Dia masuk Kristen kan gitu?
Ya..kalau sebelum Kristen dia itu memang masih kita ajak sembahyang.

Kalau ceritanya yang bagus itu kan, Pan Loting itu tahun 1960an itu masih ikut sembahyang?
Kalau tahun 1960 itu dia memang masih sehat. Saat itu umur saya sekitar 6 sampai 7 tahun.

Kalau sembahyang pernah ikut dengan Kakek Loting?
Kalau sembahyang tidak pernah, karena kalau dia itu kan mekawin (bertembang) saja di Pura. Kalau saya sebahis sembahyang pulang dah saya. Dan saya memang tidak pernah melihat dia menghaturkan bakti.

Kalau Pan Candra katanya pernah melihat dia sembahyang?
Kalau itu mungkin, karena dia dekat dengan itu. Kan sanggah gede-nya itu bareng katanya.

Kalau Pak sama sekali tidak pernah bareng gitu?
Tidak. Kalau Kakek itu mekidung itu biasa dan memang dia itu pintar mekidung.

Kalau Dalang juga katanya juga bisa?
Ya bisa.  []


No comments:

Post a Comment