Wednesday, April 13, 2016

Kalau Mau Ngiring Sang Hyang Widhi, akan Diajak Berobat ke Malang dan Tidak Bayar

Nama Informan : Ni Ketut Renih (1) 
Tempat wawancara : Jalan Raya Seminyak, tanggal 16-11- 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Putu Yuliani, staf admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Anak ibu yang paling tua sudah berumur 58 tahun, siapa namanya?
Ya, namanya Wayan Kayun.

Adiknya berapa umurnya ?
57.

Berapa punya anak, 15?
Anaknya 14, masih 13.  Tetapi yang paling tua sudah meninggal.



Pak kayun sudah meninggal?

Adiknya.



Sewaktu anak yang paling tua lahir, apakah sudah masuk agama kristen?

Sebelumnya kami beragama Hindu, kemudian saudara-saudara di Untal-untal datang membawa injil.



Siapa namanya yang di Untal-Untal yang membawa injil?

Pasek Ledeg.



Masih hidup?

Entahlah, karena sudah lama. Dia yang membawa injil kesini.  

Itu yang membawa injil kemari? Ke Legian apa ke..?
Ke Legian rumah saya sebelum saya kawin. Saya diberitahu: “Ada Alkitab begini, sekarang sembahyang ke Sang Hyang Widhi tidak usah menggunakan canang, sekarang beragama injil,”  setelah itu mertua saya yang diajak berbicara.

Siapa?
Ibu saya, akhirnya ayah saya berjanji untuk beragama Kristen. Kemudian ayah saya sakit dan dianjurkan untuk berobat ke Malang dan tidak bayar karena sudah ditanggung oleh jemaat di Untal-untal.

Kemana diajak berobat ?
Ke Malang. Kakinya sakit,  tulangnya,  sampai tidak bisa jalan. Karena pada saat itu kami miskin, makanya kami tidak bisa berobat.  Karena Pasek Ledeg membawa injil pulang ke rumah saya, pada akhirnya ayah saya berjanji untuk mebakti (berdoa) kepada Sang Hyang Widhi tetapi dikatakan “Mebakti ke Sang Hyang Widhi tidak boleh menggunakan canang (sesaji berupa bunga-bungaan).”  Akhirnya berjanji untuk masuk agama kristen.

Pang nyak segar, mesesaudan idepne dalama bahasa Baline ( berkaul supaya sembuh) ?
Setelah berobat ke Malang dan sembuh, tidak bayar karena sudah ditanggung oleh jemaat Untal-Untal karena waktu itu kami miskin.

Ada hubungan apa antara orang tua ibu dengan Pasek Ledeg?
Tidak ada hubungan apa-apa.

Bagaimana awalnya mereka bisa kenal?
Saat itu kami mempunyai tetangga yang bernama Raken dari Legian, nikah ke Untal-Untal.  Kemudian istrinyalah (Pasek Ledeg) yang membawa injil sampai ke rumah saya.

Berarti Raken nyentana (laki-laki yang menjalani fungsi sebagai perempuan, sehingga menjadi bagian dari keluarga istrinya) ke Untal-Untal?
Ya.

Berarti I Raken pindah agama ?
Ya.

Kenapa Pasek Ledeg kemari lagi?
Raken memang pekidih (diangkat sebagai anak) ke Untal-untal.

Berarti ibu dulu tinggal di Legian banjar apa?
Legian Kelod.

Banjar namanya ?
Ya, ada Banjar Kelod, Banjar Kaja, Banjar Tengah. Kalau rumahnya Raken di sebelah timur jalan.

Ketika dia belum pekidih belum beragama kristen?
Belum, kakaknya tidak mau beragama kristen.

Ibu ada hubungan keluarga dengan Raken?
Tetangga.

Siapa nama ayahnya ibu?
Pupung.

Wayan napi Made?
Saya tidak tahu saudaranya berapa.

Kenapa ayahnya ibu sampai sakit?
Dia menginjak panas (ilmu teluh) di jalan, setelah itu kakinya bengkak dan tulangnya membusuk.

Tulang apanya kaki?

Ya. Karena pada waktu itu tidak mampu membeli obat, beliau hanya bisa menangis sampai-sampai mau membakar rumah. Setelah Pasek Ledeg datang membawakan injil, “Kalau mau ngiring  (mengikuti) Sang Hyang Widhi, akan diajak berobat ke Malang dan tidak bayar.” Karena ditolong jemaat untal-untal.

Sudah lama sakitnya ?
Lama.

Setelah menginjak panas, langsung sakit?
Ya, mungkin karena dibuat oleh orang.

Di Bali sudah diajak berobat kemana saja?
Tidak pernah berobat kemana-mana.

Tidak mampu berobat?
Ya. Hanya boreh-boreh (parem-parem)  saja. Apa yang dipakai ke balian (tabib), karena kami pada saat itu sangat miskin.

Tidak mempunyai sawah?
Ada, tetapi padinya dimakan tikus. Mungut-mungut ketela ke Margaya. Saat itu kami masih beragama Hindu.

Mencari balian saja, tidak mampu?
Memang mencari  balian, tetapi tidak sembuh-sembuh.

Balian siapa saja?
Ibu saya yang mencari balian. Saya lupa, sudah bertahun-tahun.

Ibunya ibu asalnya dari mana?
Di Legian.

Saudaranya ibu berapa?
Yang sudah meninggal; nyoman, kesurat hilang itu kakak saya, Nyoman perempuan, nyoman laki, yang masih sampai sekarang ; Puneh, Lanus sudah hilang, masuk Hindu satu yang perempuan.

Ketika ayah diajak ke Malang, ibu kan belum menikah setelah berapa lama kemudian ibu menikah ?
Lama setelah saya berumur 30 tahun.

Berarti tahun 1913 ibu lahir ?
Ya.

Berarti anak ibu yang paling tua lahir saat jaman Jepang?
Ya, ketika  Nipong  (zaman Jepang) saya masih gadis.

Ketika itu ayah ibu sudah sembuh?
Sudah sembuh dan bisa jalan tetapi kakinya masih bolong-bolong karena tulangnya di ganti tetapi tidak sakit.

Berapa lama beliau sakit?
Sekitar 2 tahun.

Ketika ayahnya ibu ke Malang apakah Ibu masih gadis?
Ya, tetapi belum Kristen.

Ibu ikut ke Malang ?
Tidak.

Siapa saja yang ikut ke Malang waktu itu ?
Pasek Ledeg.

Pak Raken juga ikut ?
Ikut.

Raken Made atau Nyoman?
Tidak tahu berapa orang saudaranya karena rumah kami berjauhan.

Siapa saja saudara-saudara ibu yang ikut ke Malang ?
Tidak ada. Pasek Ledeg saja yang mengajak kesana.

Dibiayai oleh saudara-saudara disana?
Di Untal-Untal.

Secara pribadi juga tidak menyumbang dana?
Tidak. Pokoknya tidak dikenai biaya.

Diberikan obat apa di Malang ?
Tidak tahu, kan dokter sana yang periksa.

Ke Bali napi ubadnya ?
Tidak ada obatnya, yang saya lihat kakinya bolong-bolong.

Mungkikah beliau terkena lepra?
Tidak tahu.

Tangannya sampai putus ?
Tidak.

Bolong-bolong saja ?
Ya, lututnya bolong-bolong, tulangnya sampai diganti dengan besi.
Sewaktu itu kakinya bengkak dan beliau hanya menangis, mungkin dia gelisah. Kami tidak dimintai biaya.  Pasek Ledeg itu sekarang sudah tidak ada. Setelah saya ingat-ingat, saya juga bantu-bantu (ngayah) di rumahnya Pasek Ledeg seperti memelihara babi, nanusin, kapu-kapu ke sawah.

Membalas  jasa ?
Ya, karena dia membiayai ayah saya berobat. Saya melayani orang tuanya, mencari dagdag, memelihara babi, nanusin.

Berapa tahun ?
Kira-kira setahun. Saat itu saya masih gadis.

Berarti hidup ibu ketika itu susah ?
Ya,

Untal-untal di sebelah mana pura Kebo? Di sebelah mana Gereja ?
Selatan jalan, kalau Gereja ditimur jalan.

Ayah tahu keluarga Kirig?
Belum.

Apa yang menyebabkan dia begitu tulus menolong keluarga ibu?
Karena dia membawakan injil dan “Kalau mau mebakti (bersembahyang) ke Sang Hyang Widhi tanpa canang, ayah akan di ajak ke Malang untuk mencari obat.” Itu sebabnya ibu saya berjanji ”Supaya suami saya sembuh tiang berjanji mebakti kepada Sang Hyang Widhi.” Semenjak itulah saya beragama Kristen. Setelah itu saya disepekanng (disisihkan, dikucilkan), tidak boleh belanja, tidak boleh berbicara.

Banjarnya marah?
Ya. Setelah itu saya bernyanyi “ngudiang iri teken Yesus... icang ngetut ida sengsara ja, depang suba  mangdene icang polih rahayu.” Begitu saya masesangi. (“Kenapa iri hati terhadap Yesus, kenapa saya mengikuti Yesus..saya mengikuti Dia sengsara, biarkan saja supaya saya mendapatkan keselamatan,’ deikian saya mengucapkan janji)

Dimana ibu di baptis ?
Di rumah, karena belum ada gereja dan hanya ada tiga keluarga.

Siapa saja?
Enteg, yang memimpin,  Raneh, dan ibu saya.

Siapa nama ibunya ibu ?
Cibluk. Ayah saya saya Pupung.

Apakah Enteg, Raneh dan Cibluk bersaudara ?
Tidak, manjar (satu banjar)

Kenapa mereka bisa ikut-ikutan, apakah karena juga sakit?
Enteg kan tahu saudara-saudara yang di Untal-Untal.

Apakah dia mempunyai saudara di Untal-Untal?
Karena Pasek Ledeg membawa injil sampai kesana.

Ke Raneh dan Enteg ?
Ya.

Pasek Ledeg membawa injil sampai ke rumah Raneh, Enteg dan ke Rumah ibu?
Ya.

Enteg itu juga sakit ?
Tidak. Hanya dengar-dengar ceritera.

Raneh juga sakit ?
Tidak. Karena ibu saya ikut masuk Kristen, itulah sebabnya  anak-anaknya ikut dan Raneh adalah kakak saya.

Raneh itu sudah menikah pada saat itu ?
Nama anaknya Serata. Karena Raneh sudah bekeluarga dia sudah mempunyai keluarga sendiri.

Kemudian menjadi tiga keluarga ?
Ya.

Kalau Enteg itu siapa, masih keluarga?
Mebanjar bareng (tetangga dalam satu dusun)

Kalau Raneh kakak?
Ya.

Berapa dia mempunyai anak?
Banyak.

Anak-anaknya ikut semua ?
Ya, semuanya Punia, Siti. Hanya satu saja saudara saya yang masih beragama Hindu. Karena dia dipaksa dan dijuk (ditangkap)

Siapa yang maksa?
Orang dari Tagtag.

Setelah ibu dan keluarga  beragama  Kristen atau semasih beraga Hindu?
Setelah beragama Kristen.

Akhirnya masuk agama Hindu lagi ?
Ya.

Padahal semuanya sudah di baptis?
Belum di baptis. Sewaktu saya sudah mempunyai anak  Wayan Kayun yang pada saat itu masih kecil, kami di baptis di Buduk naik dokar bersama tiga keluarga. Biasanya kami kebaktian di rumah.

Ketika ibu menikah dengan bapak,  apakah beliau sudah beragama Kristen?
Belum. Sewaktu saya masih gadis dia sudah mulai belajar agama Kristen, bapaknya.  Enteg yang kemari membawa injil. Saat itu mertua saya berjualan di pojok sana , mempunyai warung. Injil itu setiap hari di baca-baca setelah itu masuk agama Kristen.

Apakah mertua ibu sudah bisa baca tulis saat itu ?
Hanya mendengar-mendengar saja.

Enteg yang beceritera?
Ya, setelah dia mendengar ceritera  buka kepanteg  tangkahne terus meganti dewa, terus meganti ken Widhi (seperti terpukul dadanya, lalu berganti dewa, dengan Widhi)
Lama kelamaan setelah mertua saya masuk Kristen, saya dicarikan orang Hindu oleh ibu saya kemudian “ nyak megama Hindu, kene sing ada anak ngidih megama kristen?”  (mau beragama Hindu, karena beragama Kristen tak ada seorang pun yang meminang kamu) “tidak saya jangan dicarikan orang Hindu.... kalau dapat orang yang seagama dengan kita, saya baru mau menikah.” Di kira saya tidak akan dapat suami, karena sudah berumur.
Setelah itu, karena mertua saya juga kesepekan (dikucikan), saya akhirnya diajak kemari oleh istrinya Enteg yaitu I Ranis untuk nebuk  (menumbuk padi) kemudian saya diminta (dipinang). Saat itu suami saya sudah bersatus duda karena istrinya itu tidak mau beragama Kristen ”men sing nyak megama Kristen, nyai mulih bajang, cang mulih teruna.”  (kalau kamu tidak mau beragama Kristen, kita bercerai saja).  Mesaksi kelian (disaksikan oleh ketua RT). Sampai 7 kali dicari ke rumahnya tetapi tidak mau kembali. “men nyak beli suud megama kristen, cang nyak mai ngayin beli.” (kalau kamu mau berhenti beragama Kristen, barulah aku mau melayani kamu lagi) Terus suami saya ngomong “men sing nyak megama kristen, nyi mulih bajang cang mulih teruna.” (kalau memang kamu tidak mau beragama Kristen, kita bercerai saja)  Setelah itu, karena saya sering dilihat nebuk (menumbuk padi), ibunya berkata: “sing ye nyak kurananne mai, Ketut Renih idih nyak anggo kurenan?” (kalau istri kamu tidak mau pulang, itu kan ada Ketut Renih yang bisa kamu jadikan istri).  ”nguda nak kekeh keto idih me.” (kenapa ibu menyuruh saya menikahi wanita sekaku itu). Kemudian suami saya bilang “kanggo je me cang sing bani ajak me, ye nae idih.” (ya kalau begitu, terserah ibu saja, saya tidak berani menolak permintaan itu, pinanglah dia).
             Waktu itu sengsara sekali. Waktu itu tidak ada gereja. Banyak yang nimpug  (melempari) rumah dengan batu.  Batu gede-gede, rumah rusak, genteng rusak, saya di warung,  anak saya wayan Dana dibawa ke beten umah (di bawah kolong), supaya tidak kena batu.  Tiang tidur di bale dangin (balai di timur),  anak-anak saya di bale daje (balai yang di utara), kakak-kakaknya ada yang di warung karena banyak saudaranya satu bale  tidurnya berempat.  Saya selalu berdoa agar selamat dan tidak kena batu ; “tolong tiang mangda selamat apang ten kene batu” (Ya Tuhan, tolong saya tidak terkena lemparan batu). Karena tiang tidak tahu huruf, begitu di pikiran saya minta tolong kepada Sang Hyang Tunggal supaya beliau  yang memimpin dan memberi keselamatan. Sanghyang Widhi tahu dengan orang bodoh pak,  tetapi walaupun belog (tidak berpendidikan) saya percaya dengan Sang Hyang Yusus tunggal.  Begitulah riwayat saya disini, saya punya babi di potong, sapi dipotong.

Siapa yang motong ?
Orang-orang di sini kan benci kepada saya karena saya beragama Kristen.

Apakah suami ibu disini paling awal masuk agama kristen?
Tidak, paling belakang.

Yang di Seminyak?
Ya, makanya setelah dia  Kristen saya baru mau disini, sebelumnya saya ditawari, karena Hindu saya tidak mau.

Siapa paling awal masuk agama kristen disini?
Tiang  (saya) saja.

Di banjar ini?
Hanya keluarga ini saja.

Suaminya ibu, paling awal beraga kristen?
Ya, paling awal di Seminyak.

Selain itu apakah tidak ada? Kalau di Legian kelod ibunya, kemudian ibu kan menikah ke sini, terus di Seminyak, siapa yang paling awal beragama kristen?
Tidak ada. Itu sebabnya dimusuhi. Karena dia masuk agama kristen, makanya dia cerai dengan istrinya. “Kalau beli masih beragama  kristen, saya tidak akan mau melayani beli.”

Apa yang menyebabkan mereka mau masuk agama Kristen? (suami ibu)
Apa sejarahnya ?
Karena orang tuanya mendengar agama injil dari Enteg di sini, anaknya juga ikut karena tidak berani dengan orang tuanya.

Apakah karena pernah sakit ?
Tidak, tetapi karena mendengar dari Enteg.

Ada hubungan apa dengan Enteg?
Tidak ada hubungan apa-apa. Karena berjauhan, yang satunya di Seminyak dan yang satunya di Legian. Yang berjualan mertua saya,  ada yang membawa-bawa injil dan membaca Alkibab.

Setelah ibu menikah berarti sudah pindah agama? Sudah beragama yang tunggal?
Kalau dia tidak beragama Kristen, saya tidak mau menikah kemari.

Itu syarat utama?
Ya.

Kenapa ibu menginginkan suami yang beragama Kristen? Kalau tidak dapat suami Kristen berarti ibu tidak akan menikah ?
Makanya sampai saya sudah berumur (wayah, tua). Sampai-sampai orang-orang disini menghina saya, “Kenapa Made Merta istrinya sepeti itu, jalannya ancog-ancog (lompat-lompat, tidak anggunseperti umumnya perempuan), tinggi.” Pokoknya saya dihina. Terus mertua saya menyahut “biarkan saja walaupun jalannya ancog-ancog, dan kalaupun ada wanita cantik tetapi tidak mau, kalau yang jelek mau yang jelek akan saya ajak dan menjadi mantu” semua saudara-saudaranya disini menghina saya.

Saudara-saudaranya masih beragama Hindu?
Ya, suami saya pekidih (anak angkat), mertua saya bernama I Sari, mertua saya yang  laki-laki bernama I Sekun. Dia pekidih kemari dulu rumahnya di Selatan kemudian sekarang pihak keluarga ayah angkatnya yang ngrebut (merebut) ke sini memplekarakan (memperkarakan) miliknya di sini. Kemudian diikuti oleh mertua saya. Saat itu saya sudah mempunyai anak kecil. Pada  jaman  itu biasanya di sebut Men Cening kalau sekarang kan Men Putu. “Men Cening neh carik, tiang mejukut ditu....anggon ngaben I Sari.”  (Men Cening, ini saya berikan sawah, tempat saya bercocok tanam, jual untuk biaya  upacara pembakaran jenasah I Sari).  Tapi setelah mertua saya meninggal lalu diperkarakan. Setelah dibawa ke pengadilan suami saya kalah.


Siapa yang mengambil?
Dipakai ngasti (menghaturkan persembahan) pura, dulu mertua saya sering ngaturang canang di timurnya Pura Gede.

Warisannya diambil semua?
Kalau dulu dapat panen satu seet,

Banjar yang ngambil atau saudara-saudara?
Saudara-saudaranya.

Kakak atau adiknya ?
Ya saudara kandungnya.

Siapa nama mertua ibu?
I Sukun.

Sekarang , berapa anak mertua ibu.
7, masih 2 orang. Sekarang sudah meninggal semua.

Berapa orang yang meseh (berganti) agama ?
2 saja yang masuk agama , dia dan adiknya I Nyoman Merti

Kalau  semuanya kan berbeda agama, kan tidak mendapatkan tanah? berarti tanah warisannya  diambil semuanya ?
Punya tanah lainnya.

Memang tidak mendapat bagian sama sekali? Putus hubungan dengan saudara-saudara?
Tidak boleh berbicara sama sekali, sawah diambil, babi kami dipotong dan di bagi-bagikan, pohon kelapa dan pohon pisang  di tebang, …. dibakar.

Kenapa anak-anaknya ada yang tidak mau pindah agama, padahal orang tuanya sudah beragama Kristen?
Sampai saat ini masih Hindu.

Mertuanya ibu kan sudah pindah agama? Anak-anaknya hanya dua saja yang ikut ?
Karena mereka meninggal ketika masih kecil dan orang tuanya belum pindah agama. 5 yang meninggal.

Berapa ipar ibu yang masih hidup ?
Satu saja, Nyoman Merti.

Masih beragama Hindu?
Kristen.

Yang mengambil warisannya siapa?
Adik mertua saya.

Apakah mertua ibu hanya mempunyai satu saudara?
Banyak, tetapi kebanyakan perempuan dan semuanya sudah menikah.

Berarti dia yang mengambil semuanya ?
Diambil oleh perkumpulan pura.

Dimana ipar ibu sekarang (Merti) ?
Sampun meninggal.

Bagian tanahnya Merti juga diambil?
Sewaktu itu dia masih tinggal di rumah. Dia sempat menikah tetapi cerai dan akhirnya pulang lagi.

Dimana ibu menikah ?
Di rumah ini.

Secara Kristen?
Ya.

Ketika itu sudah dibaptis?
Belum. I Kirig ane ngastawang (yang mendoakan)

Kirig yang dari Untal-Untal?
Ya.

Beliau saat itu sudah menjadi pendeta ?
Belum. Nama anaknya Gusti Adi. Belum pendeta, tetapi masih guru injil

Dia yang membantu disini ?
Ya.

Apakah ada saudara-saudara yang datang ?
Banyak  dari Untal-Untal, mereka ada yang naik sepeda karena pada jaman itu belum ada sepeda motor. 

Mereka berjalan melalui?
Utara. Banyak yang menonton saat  saya ngastawa (berdoa) di halaman.

Apakah tidak dilempari ?
Tidak, setelah beberapa lamanya, mungkin karena mereka iri.

Setelah menikah berapa lama kemudian ibu dibaptis ?
Setelah anak saya lahir, hanya 3 keluarga.

Yang dibaptis kesana berapa orang?
Ibu dan bapak saya, naik dokar (bersambung)


No comments:

Post a Comment