Nama
Informan : Ni Ketut Renih (1)
Tempat
wawancara : Jalan Raya
Seminyak, tanggal 16-11- 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Putu Yuliani, staf admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Anak ibu yang paling
tua sudah berumur 58 tahun, siapa namanya?
Ya, namanya Wayan
Kayun.
Adiknya berapa umurnya
?
57.
Berapa punya anak, 15?
Anaknya 14, masih 13. Tetapi yang paling tua sudah meninggal.
Pak kayun sudah meninggal?
Adiknya.
Sewaktu anak yang paling tua lahir, apakah
sudah masuk agama kristen?
Sebelumnya kami beragama Hindu, kemudian
saudara-saudara di Untal-untal datang membawa injil.
Siapa namanya yang di Untal-Untal yang
membawa injil?
Pasek Ledeg.
Masih hidup?
Entahlah, karena sudah lama. Dia yang
membawa injil kesini.
Itu yang membawa injil
kemari? Ke Legian apa ke..?
Ke Legian rumah saya
sebelum saya kawin. Saya diberitahu: “Ada Alkitab begini, sekarang sembahyang
ke Sang Hyang Widhi tidak usah menggunakan canang,
sekarang beragama injil,” setelah itu
mertua saya yang diajak berbicara.
Siapa?
Ibu saya, akhirnya
ayah saya berjanji untuk beragama Kristen. Kemudian ayah saya sakit dan
dianjurkan untuk berobat ke Malang dan tidak bayar karena sudah ditanggung oleh
jemaat di Untal-untal.
Kemana diajak berobat
?
Ke Malang. Kakinya
sakit, tulangnya, sampai tidak bisa jalan. Karena pada saat itu
kami miskin, makanya kami tidak bisa berobat.
Karena Pasek Ledeg membawa injil pulang ke rumah saya, pada akhirnya
ayah saya berjanji untuk mebakti (berdoa)
kepada Sang Hyang Widhi tetapi dikatakan “Mebakti ke Sang Hyang Widhi tidak
boleh menggunakan canang (sesaji berupa bunga-bungaan).” Akhirnya berjanji untuk masuk agama kristen.
Pang nyak segar, mesesaudan
idepne dalama bahasa Baline ( berkaul supaya sembuh) ?
Setelah berobat ke
Malang dan sembuh, tidak bayar karena sudah ditanggung oleh jemaat Untal-Untal
karena waktu itu kami miskin.
Ada hubungan apa
antara orang tua ibu dengan Pasek Ledeg?
Tidak ada hubungan
apa-apa.
Bagaimana awalnya
mereka bisa kenal?
Saat itu kami
mempunyai tetangga yang bernama Raken dari Legian, nikah ke Untal-Untal. Kemudian istrinyalah (Pasek Ledeg) yang
membawa injil sampai ke rumah saya.
Berarti Raken nyentana (laki-laki yang menjalani
fungsi sebagai perempuan, sehingga menjadi bagian dari keluarga istrinya) ke
Untal-Untal?
Ya.
Berarti I Raken pindah
agama ?
Ya.
Kenapa Pasek Ledeg
kemari lagi?
Raken memang pekidih (diangkat sebagai anak) ke
Untal-untal.
Berarti ibu dulu
tinggal di Legian banjar apa?
Legian Kelod.
Banjar namanya ?
Ya, ada Banjar Kelod,
Banjar Kaja, Banjar Tengah. Kalau rumahnya Raken di sebelah timur jalan.
Ketika dia belum pekidih belum beragama kristen?
Belum, kakaknya tidak
mau beragama kristen.
Ibu ada hubungan
keluarga dengan Raken?
Tetangga.
Siapa nama ayahnya
ibu?
Pupung.
Wayan napi Made?
Saya tidak tahu
saudaranya berapa.
Kenapa ayahnya ibu sampai
sakit?
Dia menginjak panas (ilmu teluh) di jalan, setelah itu
kakinya bengkak dan tulangnya membusuk.
Tulang apanya kaki?
Ya. Karena pada waktu
itu tidak mampu membeli obat, beliau hanya bisa menangis sampai-sampai mau
membakar rumah. Setelah Pasek Ledeg datang membawakan injil, “Kalau mau ngiring
(mengikuti) Sang Hyang Widhi, akan diajak berobat ke Malang dan tidak
bayar.” Karena ditolong jemaat untal-untal.
Sudah lama sakitnya ?
Lama.
Setelah menginjak panas, langsung sakit?
Ya, mungkin karena dibuat
oleh orang.
Di Bali sudah diajak
berobat kemana saja?
Tidak pernah berobat kemana-mana.
Tidak mampu berobat?
Ya. Hanya boreh-boreh
(parem-parem) saja. Apa yang dipakai ke balian (tabib), karena kami pada saat itu sangat
miskin.
Tidak mempunyai sawah?
Ada, tetapi padinya dimakan
tikus. Mungut-mungut ketela ke Margaya. Saat itu kami masih beragama Hindu.
Mencari balian saja, tidak mampu?
Memang mencari balian, tetapi tidak sembuh-sembuh.
Balian siapa saja?
Ibu saya yang mencari balian. Saya lupa, sudah bertahun-tahun.
Ibunya ibu asalnya
dari mana?
Di Legian.
Saudaranya ibu berapa?
Yang sudah meninggal;
nyoman, kesurat hilang itu kakak saya, Nyoman perempuan, nyoman laki, yang
masih sampai sekarang ; Puneh, Lanus sudah hilang, masuk Hindu satu yang
perempuan.
Ketika ayah diajak ke
Malang, ibu kan belum menikah setelah berapa lama kemudian ibu menikah ?
Lama setelah saya
berumur 30 tahun.
Berarti tahun 1913 ibu
lahir ?
Ya.
Berarti anak ibu yang
paling tua lahir saat jaman Jepang?
Ya, ketika Nipong (zaman Jepang) saya masih gadis.
Ketika itu ayah ibu
sudah sembuh?
Sudah sembuh dan bisa
jalan tetapi kakinya masih bolong-bolong karena tulangnya di ganti tetapi tidak
sakit.
Berapa lama beliau
sakit?
Sekitar 2 tahun.
Ketika ayahnya ibu ke
Malang apakah Ibu masih gadis?
Ya, tetapi belum Kristen.
Ibu ikut ke Malang ?
Tidak.
Siapa saja yang ikut
ke Malang waktu itu ?
Pasek Ledeg.
Pak Raken juga ikut ?
Ikut.
Raken Made atau
Nyoman?
Tidak tahu berapa
orang saudaranya karena rumah kami berjauhan.
Siapa saja
saudara-saudara ibu yang ikut ke Malang ?
Tidak ada. Pasek Ledeg
saja yang mengajak kesana.
Dibiayai oleh
saudara-saudara disana?
Di Untal-Untal.
Secara pribadi juga
tidak menyumbang dana?
Tidak. Pokoknya tidak
dikenai biaya.
Diberikan obat apa di
Malang ?
Tidak tahu, kan dokter
sana yang periksa.
Ke Bali napi ubadnya ?
Tidak ada obatnya,
yang saya lihat kakinya bolong-bolong.
Mungkikah beliau
terkena lepra?
Tidak tahu.
Tangannya sampai putus
?
Tidak.
Bolong-bolong saja ?
Ya, lututnya
bolong-bolong, tulangnya sampai diganti dengan besi.
Sewaktu itu kakinya
bengkak dan beliau hanya menangis, mungkin dia gelisah. Kami tidak dimintai
biaya. Pasek Ledeg itu sekarang sudah
tidak ada. Setelah saya ingat-ingat, saya juga bantu-bantu (ngayah) di rumahnya
Pasek Ledeg seperti memelihara babi, nanusin,
kapu-kapu ke sawah.
Membalas jasa ?
Ya, karena dia
membiayai ayah saya berobat. Saya melayani orang tuanya, mencari dagdag, memelihara babi, nanusin.
Berapa tahun ?
Kira-kira setahun.
Saat itu saya masih gadis.
Berarti hidup ibu
ketika itu susah ?
Ya,
Untal-untal di sebelah
mana pura Kebo? Di sebelah mana Gereja ?
Selatan jalan, kalau
Gereja ditimur jalan.
Ayah tahu keluarga
Kirig?
Belum.
Apa yang menyebabkan
dia begitu tulus menolong keluarga ibu?
Karena dia membawakan
injil dan “Kalau mau mebakti
(bersembahyang) ke Sang Hyang Widhi tanpa canang,
ayah akan di ajak ke Malang untuk mencari obat.” Itu sebabnya ibu saya berjanji
”Supaya suami saya sembuh tiang berjanji mebakti
kepada Sang Hyang Widhi.” Semenjak itulah saya beragama Kristen. Setelah
itu saya disepekanng (disisihkan, dikucilkan), tidak boleh belanja, tidak boleh
berbicara.
Banjarnya marah?
Ya. Setelah itu saya bernyanyi
“ngudiang iri teken Yesus... icang ngetut ida sengsara ja, depang suba mangdene icang polih rahayu.” Begitu saya
masesangi. (“Kenapa iri hati terhadap Yesus, kenapa saya mengikuti Yesus..saya
mengikuti Dia sengsara, biarkan saja supaya saya mendapatkan keselamatan,’
deikian saya mengucapkan janji)
Dimana ibu di baptis ?
Di rumah, karena belum
ada gereja dan hanya ada tiga keluarga.
Siapa saja?
Enteg, yang
memimpin, Raneh, dan ibu saya.
Siapa nama ibunya ibu
?
Cibluk. Ayah saya saya
Pupung.
Apakah Enteg, Raneh
dan Cibluk bersaudara ?
Tidak, manjar (satu banjar)
Kenapa mereka bisa
ikut-ikutan, apakah karena juga sakit?
Enteg kan tahu
saudara-saudara yang di Untal-Untal.
Apakah dia mempunyai
saudara di Untal-Untal?
Karena Pasek Ledeg
membawa injil sampai kesana.
Ke Raneh dan Enteg ?
Ya.
Pasek Ledeg membawa
injil sampai ke rumah Raneh, Enteg dan ke Rumah ibu?
Ya.
Enteg itu juga sakit ?
Tidak. Hanya
dengar-dengar ceritera.
Raneh juga sakit ?
Tidak. Karena ibu saya
ikut masuk Kristen, itulah sebabnya
anak-anaknya ikut dan Raneh adalah kakak saya.
Raneh itu sudah
menikah pada saat itu ?
Nama anaknya Serata.
Karena Raneh sudah bekeluarga dia sudah mempunyai keluarga sendiri.
Kemudian menjadi tiga
keluarga ?
Ya.
Kalau Enteg itu siapa,
masih keluarga?
Mebanjar bareng (tetangga dalam satu
dusun)
Kalau Raneh kakak?
Ya.
Berapa dia mempunyai
anak?
Banyak.
Anak-anaknya ikut
semua ?
Ya, semuanya Punia,
Siti. Hanya satu saja saudara saya yang masih beragama Hindu. Karena dia dipaksa
dan dijuk (ditangkap)
Siapa yang maksa?
Orang dari Tagtag.
Setelah ibu dan
keluarga beragama Kristen atau semasih beraga Hindu?
Setelah beragama
Kristen.
Akhirnya masuk agama
Hindu lagi ?
Ya.
Padahal semuanya sudah
di baptis?
Belum di baptis. Sewaktu
saya sudah mempunyai anak Wayan Kayun
yang pada saat itu masih kecil, kami di baptis di Buduk naik dokar bersama tiga
keluarga. Biasanya kami kebaktian di rumah.
Ketika ibu menikah
dengan bapak, apakah beliau sudah beragama
Kristen?
Belum. Sewaktu saya
masih gadis dia sudah mulai belajar agama Kristen, bapaknya. Enteg yang kemari membawa injil. Saat itu
mertua saya berjualan di pojok sana , mempunyai warung. Injil itu setiap hari
di baca-baca setelah itu masuk agama Kristen.
Apakah mertua ibu
sudah bisa baca tulis saat itu ?
Hanya
mendengar-mendengar saja.
Enteg yang beceritera?
Ya, setelah dia
mendengar ceritera buka kepanteg tangkahne terus
meganti dewa, terus meganti ken Widhi (seperti terpukul dadanya, lalu
berganti dewa, dengan Widhi)
Lama kelamaan setelah
mertua saya masuk Kristen, saya dicarikan orang Hindu oleh ibu saya kemudian “
nyak megama Hindu, kene sing ada anak ngidih megama kristen?” (mau beragama Hindu, karena beragama Kristen
tak ada seorang pun yang meminang kamu) “tidak saya jangan dicarikan orang Hindu....
kalau dapat orang yang seagama dengan kita, saya baru mau menikah.” Di kira
saya tidak akan dapat suami, karena sudah berumur.
Setelah itu, karena mertua saya juga kesepekan
(dikucikan), saya akhirnya diajak kemari oleh istrinya Enteg yaitu I Ranis
untuk nebuk (menumbuk padi) kemudian saya diminta (dipinang). Saat itu suami saya
sudah bersatus duda karena istrinya itu tidak mau beragama Kristen ”men sing
nyak megama Kristen, nyai mulih bajang, cang mulih teruna.” (kalau kamu tidak mau beragama Kristen, kita
bercerai saja). Mesaksi kelian (disaksikan oleh ketua RT).
Sampai 7 kali dicari ke rumahnya tetapi tidak mau kembali. “men nyak beli suud
megama kristen, cang nyak mai ngayin beli.” (kalau kamu mau berhenti beragama
Kristen, barulah aku mau melayani kamu lagi) Terus suami saya ngomong “men sing
nyak megama kristen, nyi mulih bajang cang mulih teruna.” (kalau memang kamu
tidak mau beragama Kristen, kita bercerai saja) Setelah itu, karena saya sering dilihat nebuk (menumbuk padi), ibunya berkata:
“sing ye nyak kurananne mai, Ketut Renih idih nyak anggo kurenan?” (kalau istri
kamu tidak mau pulang, itu kan ada Ketut Renih yang bisa kamu jadikan
istri). ”nguda nak kekeh keto idih me.”
(kenapa ibu menyuruh saya menikahi wanita sekaku itu). Kemudian suami saya
bilang “kanggo je me cang sing bani ajak me, ye nae idih.” (ya kalau begitu,
terserah ibu saja, saya tidak berani menolak permintaan itu, pinanglah dia).
Waktu itu sengsara sekali. Waktu itu tidak ada
gereja. Banyak yang nimpug (melempari) rumah dengan batu. Batu gede-gede, rumah rusak, genteng rusak,
saya di warung, anak saya wayan Dana dibawa
ke beten umah (di bawah kolong),
supaya tidak kena batu. Tiang tidur di bale dangin (balai di timur), anak-anak saya di bale daje (balai yang di utara), kakak-kakaknya ada yang di warung
karena banyak saudaranya satu bale
tidurnya berempat. Saya selalu
berdoa agar selamat dan tidak kena batu ; “tolong tiang mangda selamat apang
ten kene batu” (Ya Tuhan, tolong saya tidak terkena lemparan batu). Karena tiang
tidak tahu huruf, begitu di pikiran saya minta tolong kepada Sang Hyang Tunggal
supaya beliau yang memimpin dan memberi
keselamatan. Sanghyang Widhi tahu dengan orang bodoh pak, tetapi walaupun belog (tidak berpendidikan) saya percaya dengan Sang Hyang Yusus
tunggal. Begitulah riwayat saya disini,
saya punya babi di potong, sapi dipotong.
Siapa yang motong ?
Orang-orang di sini
kan benci kepada saya karena saya beragama Kristen.
Apakah suami ibu disini
paling awal masuk agama kristen?
Tidak, paling
belakang.
Yang di Seminyak?
Ya, makanya setelah
dia Kristen saya baru mau disini,
sebelumnya saya ditawari, karena Hindu saya tidak mau.
Siapa paling awal
masuk agama kristen disini?
Tiang (saya) saja.
Di banjar ini?
Hanya keluarga ini
saja.
Suaminya ibu, paling
awal beraga kristen?
Ya, paling awal di
Seminyak.
Selain itu apakah
tidak ada? Kalau di Legian kelod ibunya, kemudian ibu kan menikah ke sini, terus
di Seminyak, siapa yang paling awal beragama kristen?
Tidak ada. Itu
sebabnya dimusuhi. Karena dia masuk agama kristen, makanya dia cerai dengan
istrinya. “Kalau beli masih beragama
kristen, saya tidak akan mau melayani beli.”
Apa yang menyebabkan
mereka mau masuk agama Kristen? (suami ibu)
Apa sejarahnya ?
Karena orang tuanya
mendengar agama injil dari Enteg di sini, anaknya juga ikut karena tidak berani
dengan orang tuanya.
Apakah karena pernah
sakit ?
Tidak, tetapi karena
mendengar dari Enteg.
Ada hubungan apa
dengan Enteg?
Tidak ada hubungan
apa-apa. Karena berjauhan, yang satunya di Seminyak dan yang satunya di Legian.
Yang berjualan mertua saya, ada yang membawa-bawa
injil dan membaca Alkibab.
Setelah ibu menikah
berarti sudah pindah agama? Sudah beragama yang tunggal?
Kalau dia tidak
beragama Kristen, saya tidak mau menikah kemari.
Itu syarat utama?
Ya.
Kenapa ibu menginginkan
suami yang beragama Kristen? Kalau tidak dapat suami Kristen berarti ibu tidak
akan menikah ?
Makanya sampai saya
sudah berumur (wayah, tua).
Sampai-sampai orang-orang disini menghina saya, “Kenapa Made Merta istrinya
sepeti itu, jalannya ancog-ancog (lompat-lompat,
tidak anggunseperti umumnya perempuan), tinggi.” Pokoknya saya dihina. Terus
mertua saya menyahut “biarkan saja walaupun jalannya ancog-ancog, dan kalaupun ada wanita cantik tetapi tidak mau, kalau
yang jelek mau yang jelek akan saya ajak dan menjadi mantu” semua
saudara-saudaranya disini menghina saya.
Saudara-saudaranya
masih beragama Hindu?
Ya, suami saya pekidih (anak angkat), mertua saya
bernama I Sari, mertua saya yang laki-laki bernama I Sekun. Dia pekidih kemari dulu rumahnya di Selatan
kemudian sekarang pihak keluarga ayah angkatnya yang ngrebut (merebut) ke sini memplekarakan
(memperkarakan) miliknya di sini. Kemudian diikuti oleh mertua saya. Saat itu
saya sudah mempunyai anak kecil. Pada jaman itu biasanya di sebut Men Cening kalau
sekarang kan Men Putu. “Men Cening neh carik, tiang mejukut ditu....anggon
ngaben I Sari.” (Men Cening, ini saya
berikan sawah, tempat saya bercocok tanam, jual untuk biaya upacara pembakaran jenasah I Sari). Tapi setelah mertua saya meninggal lalu diperkarakan.
Setelah dibawa ke pengadilan suami saya kalah.
Siapa yang mengambil?
Dipakai ngasti (menghaturkan persembahan) pura,
dulu mertua saya sering ngaturang canang di timurnya Pura Gede.
Warisannya diambil
semua?
Kalau dulu dapat panen
satu seet,
Banjar yang ngambil
atau saudara-saudara?
Saudara-saudaranya.
Kakak atau adiknya ?
Ya saudara kandungnya.
Siapa nama mertua ibu?
I Sukun.
Sekarang , berapa anak
mertua ibu.
7, masih 2 orang.
Sekarang sudah meninggal semua.
Berapa orang yang meseh (berganti) agama ?
2 saja yang masuk
agama , dia dan adiknya I Nyoman Merti
Kalau semuanya kan berbeda agama, kan tidak
mendapatkan tanah? berarti tanah warisannya diambil semuanya ?
Punya tanah lainnya.
Memang tidak
mendapat bagian sama sekali? Putus hubungan dengan saudara-saudara?
Tidak boleh berbicara sama sekali,
sawah diambil, babi kami dipotong dan di bagi-bagikan, pohon kelapa dan pohon
pisang di tebang, …. dibakar.
Kenapa
anak-anaknya ada yang tidak mau pindah agama, padahal orang tuanya sudah
beragama Kristen?
Sampai saat ini masih Hindu.
Mertuanya ibu kan
sudah pindah agama? Anak-anaknya hanya dua saja yang ikut ?
Karena mereka meninggal ketika masih
kecil dan orang tuanya belum pindah agama. 5 yang meninggal.
Berapa ipar ibu yang
masih hidup ?
Satu saja, Nyoman Merti.
Masih beragama Hindu?
Kristen.
Yang mengambil
warisannya siapa?
Adik mertua saya.
Apakah mertua ibu
hanya mempunyai satu saudara?
Banyak, tetapi kebanyakan perempuan
dan semuanya sudah menikah.
Berarti dia yang
mengambil semuanya ?
Diambil oleh perkumpulan pura.
Dimana ipar ibu
sekarang (Merti) ?
Sampun meninggal.
Bagian tanahnya Merti
juga diambil?
Sewaktu itu dia masih tinggal di
rumah. Dia sempat menikah tetapi cerai dan akhirnya pulang lagi.
Dimana ibu menikah ?
Di rumah ini.
Secara Kristen?
Ya.
Ketika itu sudah dibaptis?
Belum. I Kirig ane ngastawang (yang mendoakan)
Kirig yang dari
Untal-Untal?
Ya.
Beliau saat itu sudah
menjadi pendeta ?
Belum. Nama anaknya Gusti Adi. Belum
pendeta, tetapi masih guru injil
Dia yang membantu disini ?
Ya.
Apakah ada saudara-saudara yang
datang ?
Banyak dari Untal-Untal, mereka ada yang naik sepeda
karena pada jaman itu belum ada sepeda motor.
Mereka berjalan melalui?
Utara. Banyak yang menonton
saat saya ngastawa (berdoa) di halaman.
Apakah tidak dilempari ?
Tidak, setelah beberapa lamanya,
mungkin karena mereka iri.
Setelah menikah berapa lama kemudian
ibu dibaptis ?
Setelah anak saya lahir, hanya 3
keluarga.
Yang dibaptis kesana berapa orang?
Ibu dan bapak saya, naik dokar
(bersambung)
No comments:
Post a Comment