Wednesday, April 27, 2016

Setelah Menjelang Meninggal Dia Kembali Masuk Kristen



Nama Informan                      : Ketut Rada (50 tahun)  (2)
Pewawancara                         : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara               : Banjar Pasekan, Buduk, Badung
Tanggal                                   : 6 Januari 2002
Transkriptor                            : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin Tsp
Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Setelah wawancara, saya diajak oleh Ketut Rada melihat-melihat pura keluarga Pan Loting sebagai berikut:

Kalau yang disebelah selatan pura-nya itu?
Ya itu pura Kakek Loting.

Kalau yang disebelah utara Pura?
Kalau yang disebelah utara pura-nya saya. Karena puranya tidak dikasi agak keselatan, maka terpaksa di ke utarakan lagi sedikit.


Kalau yang sebelah barat pura?
Kalau yang sebelah barat pura, dia juga. Kalau yang disebelah timur juga dia, dan memang letak pura paibon (tempat pemujaan leluhur dari keluarga yang masih jelas pertalian kekerabatannya)-nya di situ. Kalau pura paibon itu memang kakek-nya yang mewarisi dan memang dia yang patutnya jadi pemangku (pemimpin dan pelaksana upacara) di sana. Pokoknya memang dia punya hak warisnya di sana. Kalau dilihat secara pembagiannya, memang Kakek Loting mempunyai bagian Pura Paibon, dan yang berhak jadi pemangku di sana. Memang kalau di paibon itu tidak ada yang berani sama dia, kalau memang dia sudah bilang ke timur maka akan ke timur dan kalau memang dia bilang ke barat, maka akan ke barat, pokoknya dia yang memegang kuasa di sana.

Berarti kalau yang disebalah utara Pura Bapak gitu?
Ya, kalau yang disebalah utara pura saya sendiri.  Kalau yang ini memang tanah dari saya membeli dan bukan hak waris saya itu.

Kalau saudaranya kan banyak sekali di sini, bukan hanya yang satu Paibon saja kan?
Kalau itu memang banyak. Artinya kan tidak hanya satu paibon saja kan?
Memang ada yang saya ajak mesidhitara juga.

Bagaimana maksudnya?
Kalau secara Hindu metunggal sumbah (satu sanggah gede, satu dadya, satu kuil keluarga). Kalau saya di Buduk ini, Kakek Loting, keturunannya (lintihan-nya) dia berkewajiban (dia yang mempuanyai hak kuasa ) di paibon, kalau memang dia itu tidak Kristen. kalau leluhurnya saya itu, saya memang akui kalau beliau itu orang pintar, kalau membagikan sesuatu sama anak cucunya dia itu begitu jeli.
Kalau yang dulu-dulu kan begitu artinya?
Ya Pasek Badak ini. Kak Loting itu kan keturunan Pasek Badak dan saya juga keturunan Pasek Badak.  (Pasek Badak diyakini oleh para keturunannya sebagai orang yang mampu mengalahkan Raja Mengwi, namun karena kesetiannya terhadap raja, maka dalam suatu perang tanding dengan raja, dia bersedia mengalah dengan cara membuka rahasia kesaktiannya, tambahan dari saya, Nyoman Wijaya).

Keturunan langsungnya (aslinya) dia itu?
Keturunan Pasek Badak itu sudah banyak di sini. Kalau dia itu memang keturunan Pasek Badak dan saya juga termasuk keturunan Pasek Badak. Kakek Loting itu ngeraksa (berkewajiban) di Pura Paibuan dan saya yang di Pura Kawitan.

Kalau ngeraksa itu artinya bertanggungjawab?
Ya bertanggungjawab dengan apapun yang terjadi di Pura Kawitan. Kalau memang dia sudah mengatakan tidak boleh, maka tidak akan ada yang berani.

Nah karena beliau yang bertanggungjawab dan beliau sendiri yang mengabaikan, baru kemudian diambil alih oleh keluarga kan begitu jadinya?
Ya.

Karena beliau sendiri yang harus memelihara sendiri dan seperti keluarga di sini yang harus memelihara Pura Kawitan Pasek Badak itu, kan gitu jadinya?
Ya.

Sedangkan sanggah tua (kuil keluarga asal muasal), kalau sanggah tua itu yang mana disebut sanggah tua?
Itu sanggah gede saya yang di situ.

Kalau sanggah gede itu berarti kan semuanya sembahyang di sana?
Ya, sepatutnya semua sembahyang di sana. Tapi karena dia beragama lain, kan tidajk jadinya.

Artinya kalau dulu?
Ya.

Kalau sebelum tahun 1960 itu beliau masih juga bersembahyang ke sini?
Masih, kalau seingat saya ke pura-pura itu beliau masih, dan memang pernah saya bertiga sembahyang.

Kalau Pak Nyoman Bukel pernah ikut bersembahyang?
“Kalau saya tidak pernah,” jawab Nyoman Bukel
“Kalau saya pernah,” Kata Ketut Rada).


Kira-kira tahun berapa itu?
Kalau tahun-tahunnya itu saya kurangtahu. Tapi kira-kira itu sebelum gunung meletus. Tapi kalau di sanggah itu, saya itu pernah sembahyang dengan beliau, tapi kalau tahun dan harinya saya itu lupa, artinya saya itu pernah di atas tahun 1950 atau 1960 itu. tapi kalau sekitar tahun 1950-an itu saya kan baru lahir, tapi kalau sekitar tahun 1960an itu saya baru pernah.

Artinya pernah bersembahyang dengan beliau?
Ya memang pernah bersembahyang dengan beliau.

Berdampingan?
Ya berdampingan.

Satukali saja atau memang lebih dari satu kali?
Ya mungkin lebih dari satu kali. Pokoknya karena kita saudara itu jadinya kita itu kan lupa ingat jadinya.

Kalau di pura kawitan (leluhur), beliau itu pernah juga sembahyang?
Kalau di Pura Kawitan jelasnya kan pernah, tapi kalau dengan saya, saya itu lupa-lupa ingat, karena saya itu masih kecil dan itu sekitar tahun 1960an. Saat itu saya paling-paling baru kelas lima saja.

Karena lahir tahun 1948 ya?
Bukan tahun 1950. Berarti kan baru 10 tahun jadinya. Saya itu masih kecil.

Tapi yang jelas Kakek Loting itu kan senang dengan anak kecil kan gitu jadinya?
Ya jelas, memang dia itu sangat senang sekali dengan anak kecil. Pokoknya kalau dengan anak-anak kecil itu beliau sangat senang memang saya sekali.

Berarti tahun 1962, beliau masih sembahyang berarti ya?
Ya. memang saat itu dia masih sembahyang. Kalau beliau saat itu memang masih sehat dan kuat.

Nah kalau beralihnya itu justru setelah anaknya kena Gestok itu ya?
Ya memang justru saat itu dia beralih agamanya. Dan saat itu dah kelihatan aktifnya di Kristen itu.

Kalau begitu pura paibon-nya kan ditelantarkan setelah anaknya kena Gestok jadinya? Atau memang sebelumnya?
Kalau itu sebelum 1960 memang sudah dia yang punya.

Berarti kalau begitu tahun 1960 dia itu sudah Kristen berarti?
Ya.

Karena seperti ceritanya tadi, beliau itu sudah memperebutkan pura?
Itu kan karena sudah diserahkan. Artinya karena sudah pembagian, tahunnya itu saya kurang tahu karena Kaknya sudah bercerita seperti itu.

Kalau menurut cerita Bapa di Balangan, katanya begini, saat tahun tidak enak, saat jaman Krisis Ekonomi tahun 1930an, Kakek Loting kan masuk Kristen, setelah itu kembali lagi ke agama Hindu, dan setelah menjelang meninggalnya dia kembali masuk Kristen? berarti beliau itu kan sudah sebelumnya Kristen jadinya?
Ya, kalau saya lihat aktifnya, karena tahun 1930an sudah masuk agama Kristen, saat itu saya kan belum lahir jadinya saya kan kurang tahu ya.

Begitu ceritanya, berarti kan orangtua yang di sana jadinya mengasi tahu kan gitu jadinya?
Ya. mungkin juga sebelum saya lahir beliau itu sudah aktif.

Karena sampai Pura Paibon itu diabaikan kan gitu jadinya?
Ya.

Nah kalau sanggah beliau sendiri, kan setiap keluarga itu punya sanggah, kalau sanggah pribadi Kakek Loting itu punya lagi?
Ya kalau sanggah pribadinya kan sudah dirusak.

Berarti sebelumnya, dia kan punya?
Ya punya.

Kalau begitu sanggah-nya itu sudah dibongkar?
Kan kenyataannya sudah tidak ada sekarang, jadinya kan sudah dirusak sebelumnnya.

Berarti kan sudah dibongkar saat itu sanggah-nya?
Ya.

Kalau kakak kandung dan adik kandungkan marah jadinya?
Itu kan keturunannya dia itu semuanya Kristen.

Kalau menurut Pak Paul Sujana katanya tidak? Katanya hanya dia saja sedangkan kalau saudara-saudaranya yang lain katanya tidak semuanya?
Tidak disebutkan semuanya beragama Kristen.

Tidak. Katanya kalau saudara kandungnya, hanya dia saja satu, kakaknya katanya meninggal saat masih Hindu, lalu yang perempuan katanya juga meninggal saat masih Hindu. Begitu menurut ceritanya Pak Paul?
Sekarang saya ceritakan menurut kenyataan yang sekarang, kalau sebelumnya itu saya kan tidak tahu karena saya kan belum lahir, tapi kalau kenyataan sekarang itu dari keturunannya seperti Pak Paul.

Katanya Pak Paul, dua orang saja, kakeknya Pak Paul dengan ayahnya Kak Loting. Kalau yang lain-lainnya katanya tidak. Kalau begitu siapa lagi, coba cari dari lelintihannya?
Kalau itu Pak Paul, Pak Bukit dan pak Ketut Sadrah.

Pak Sadrah yang dari Sading?
Bukan, ini juga saudaranya Pak Paul. Kalau itu memang banyak saudara kandungnya yang laki-laki. Memang orang-orang yang berpengaruh saat jaman itu.

Kalau yang dari Pak Paul banyak katanya? Artinya saudara kandungnya Kakek Loting, hanya Kakek Loting sendiri dan kakeknya Pak Paul gitu? Dan yang lain-lainnya katanya semua tidak begitu?
Kalau yang ini mencakup ceritanya itu ya, kalau keluarganya Kak Loting, ....Pak Paul yang Kristen, kan gitu jadinya, kalau yang lain-lainnya itu masih Hindu dan termasuk saya begitu ceritanya. Kalau yang perempuan kayaknya dua, yang satu jadi jero (menikah dengan bangsawan) dan masih Hindu dan saudara laki-laki punya dua atau tiga dan semuanya itu masih Hindu.

Dimana saudaranya itu sekarang?
Kan pak yang menanyakan.

Kalau itu memang banyak yang sudah meninggal. Kalau saya juga kan tidak jelas menanyakan itu?
Mungkin karena dia bisa menceritakan Kak Loting dengan keluaraganya yang Kristen, memang cakupannya itu luas, keluarganya itu memang banyak.

Berarti kan hanya berdua itu saja sudah ramai kan gitu?
Ya berdua itu saja sudah ramai.

Kalau saudaranya Kakek Loting semuanya, ada lima atau enam. Dan katanya yang beragama Kristen itu ada dua. Nah sekarang kalau memang benar begitu, sanggah-nya sendiri kan masih sebenarnya, karena ada kakaknya yang tidak beragama Kristen?
Kalau itu ceritanya begini, karena ini ya, karena Kakek Loting dengan kompiang-nya (cicit, ayah dari kakek) Paul Sujana itu Kristen, lalu beliau punya saudara kandung yang paling kecil.

Namanya siapa?
Kalau namanya saya kurang tahu.

Bagaimana lantas dan sekarang di mana beliau tinggal?
Ini dah yang disebelah barat ini dan masih beragama Hindu dan sekarang beliau yang jadi pemangku di sana.

Kalau sekarang masih adiknya yang paling kecil?
Kalau keturunannya masih dan bukan orangnya yang masih.

Kalau beliaunya, adiknya kak Loting yang paling kecil sudah tidak ada lagi?
Tidak, yang ada hanya keturunannya saja.

Kalau itu masih beragama Hindu?
Masih.

Kalau yang beragama Kristen juga di sini? Ya. satu natah (pekarangan rumah) beliau?
Kalau yang beragama Kristen tidak, tapi sudah pindah. 

Sekarang yang beragama Hindu masih di sini?
 Ya, dan hanya dibatasi ini saja. Kalau kak Loting yang sebelah timur pura dan Kak Loting yang sebelah barat. ......ini kan cerita juga, seperti apa yang saya ceritakan tadi, pak Paul Sujana ini, karena dia beragama Kristen, jadinya hanya saudara kandungnya yang paling kecil saja yang beragama Hindu, kalau yang ini saudara kandungnya, yang masih Hindu ini dah yang bertanggungjawab dengan pura ibunya itu,

 

Ketut Rada kemudian mempertemukan saya dengan Made Simur. Dia juga berasal dari Banjar Pasekan, Buduk. Dia pernah menjadi anggota di ABRI, dengan nama Made Darma, umur beliau 60 tahun. Saya lalu bertanya pada Made Simur

 

Dikatakan oleh Pak Paul Sujana, tidak semua memang saudara kandung dari Kak Loting itu, beragama Kristen, menurut ingatan beliau, hanya dua orang saja dan kakeknya sendiri. Sedangkan yang lain-lainnya masih tetap beragama Hindu. Lalu saudaranya yang perempuan sudah menikah dan menjadi jero, dan tetap Hindu, yang laki-laki nomor dua juga tetap Hindu?

Kalau saya juga kurangtahu pasti.

Itu kan beliau juga sudah mengadakan penelitian tahun 1970an. Katanya memang begitu. kalau yang ini kan sesuai dengan Kakek yang di Balangan, yang mengatakan beliau adalah keturunan dari Kakek Loting yang paling kecil, apa tidak pernah medapat cerita dulu dari ibu atau memang kosong sama sekali?
Kalau ibu kan memang tidak pernah cerita mengenai masalah itu. makanya saya itu sangat ingin tahu sebenaranya siapa saudara di atas, sedangkan kalau saudara ayah saya, saya tahu, kalau yang diatas itu sama sekali saya itu kurang tahu.

Kalau saudara kakek tidak juga tahu ya?
Tidak.

Berarti sudah putus ya, berarti kan tidak merasa bahwa masih ada hubungan keluaga dengan Kak Loting kan gitu jadinya?

Kalau masalah itu saya memang kurang tahu. memang ini dah putus istilahnya. Tapi kalau dicari dari segi karang (pekarangan rumah) memang karang-nya itu jadi satu, karena kaknya beragama Kristen, sekarang sanggahnya Kaknya yang ngeraksa (bertanggungjawab).


Setelah itu saya kembali melanjutkan wawancara dengan Ketut Rada, sebagai berikut:

Atau mungkin beliau itu sembahyangnya hanya di sanggah gede saja dan memang tidak punya sanggah lain lagi?
“Punya, dia sanggah gede punya, sanggah rong telu juga punya, kemulan taksu juga punya.”

Kalau yang sudah tidak ada sanggah yang mana saja? Yang sempat dibongkar ada tidak?
Kalau itu saya kurang tahu. kalau saat dia pindah rumah, punya keluarga sendiri, apa Kakek Loting sudah punya sanggah sendiri atau memang sanggah orang yang di sini dipindahkan ke Barat.

Kalau menurut Pak Paul Sujana, beliau itu tidak membongkar sanggah, karena keluarganya masih banyak Hindu gitu?
Barangkali yang dimaksud itu adalah Ibu, barangkali yang dimaksud adalah itu.

Berarti beliau itu kan bersembahyang di Paibon kan gitu jadinya?
Kalau itu saya kurangtahu. Apa beliau sudah punya sanggah atau tidak. Apakah sanggah Pak Made ini, makanya Pak Made itu tidak berani dia bercerita begitu.

Kalau di rumahnya Pak Made kan masih ada sanggah sekarang?
Ya.

Berarti sanggah yang ke pura Paibon juga sama kan gitu jadinya? Kalau odalan (hari perayaan kelahiran pura setiap 210 hari sekali)-nya bersamaan dengan yang di sini?
Kalau pura paibon lain dengan sangggah yang di sini. Kalau yang dapat saya pakai bukti secara turun temurun, begitu Kakek Loting menjadi Kristen, kalau jabatan sebagai pemangku itu sepatutnya adalah dia, dan diserahkan oleh keluarga, karena dialah yang sepantasnya.

Kalau sekarang siapa yang menjadi pemangku di sana?
Itu dah saudaranya. Dia itu juga tapi sekarang dia menjadi sutri (wanita yang disucikan untuk memimpin dan menyempurnakan upacara di pura) mungkin kakak perempuannya yang menikah ditempat dia menikah, yang menjadi pemangku. Kan kakaknya itu yang diajak menikah itu adalah yang tunggal sanggah (satu kuil keluarga), artinya masih saudara.

Berarti kan iparnya Bapak ini ya?
Iparnya.

Yang jadi pemangku sekarang?
Ya.

Oh kakak juga?
Ya.

Suami istri jadinya?
Ya.

Kan beliau jadinya benar saudara dari kakeknya?
Ya, sebenarnya, seingat saya Bapak Made Simur ini masih dalam keadaan aktif di ABRI, dan setiap piodalan di paibon di sana dah kita itu maebat-ebatan (membuat masakan tradisional), patungan (makan bersasma) dan lain-lainnya, kita berkumpul di rumahnya Pak Made Simur ini. Nah makanya saya itu berani mengucapkan cerita itu, karena menurut cerita Kakek yang di Banjar Balangan, pada kenyataanya, setiap odalan di paibon dia itu sering ikut maebat di rumahnya Pak Made ini. Tapi kalau masalah sanggah rong tiga dan betara hyang guru (sering diartikan leluhur yang sudah disucikan) itu, apakah memang di sana atau memang dia sudah punya sendiri, saya kan kurang tahu itu.

Kalau di rumahnya Kakek Loting sendiri itu kan sudah tidak ada apa-apa sekarang?
Tidak, kalau kedudukan ibu itu sekarang di rumahnya dia.

Kalau sanggah-nya sendiri?
Kalau kemulan (kuil keluarga tempat pemujaan Tri Sakti dan arwah leluhur) terhadap dan taksu (altar pemujaan di kuil keluarga yang memberikan kekuatan gaib)-nya memang tidak ada. Kalau paibon-nya masih, kalau kemulan taksu-nya tidak ada yang masih. apakah memang tidak ada atau bagaimana, saya itu kurang tahu.

Kalau menurut Pak Paul Sujana, beliau itu tidak pernah membongkar sanggah?
Tapi kalau Paul Sujana itu, dia kurang mengerti dengan sanggah rong telu (altar pemujaan di kuil keluarga yang terdiri dari tiga bilik) dengan paibon itu dia kurang mengerti.

Oh jadi beliau itu kurang mengertinya di sana?
Ya, kalau sanggah rong telu itu kan sanggah keluarga.


Kalau itu kan sudah pasti dibongkar kan gitu jadinya?
Ya.

Berarti logikanya kan, kakeknya Bapak yang paling kecil, ketika berkeluarga itu kan masing-masing jadinya punya sanggah?
Ya.

Sekarang yang menjadi persoalannya, apakah Kakek Loting itu punya sanggah atau memang belum?  Kalau orang itu kan tidak umum kalau orang itu tidak punya sanggah?
Ya tidak umum, kalau orang itu agama Hindu.

Pasti punya sanggah, karena paibon itu berbeda sekali dengan sanggah kemulan kan gitu jadinya ya?
Apalagi sanggah paibon, sanggah dadia (kuil keluarga satu leluhur yang garis hubungannya sudah tidak jelas) saja tidak boleh.

Kalau sanggah dadia di sini di mana pak?
Di sanggah gede, artinya di sana ada kemulan, taksu, ratu mejeng, ratu mulu, pesimpangan Batara Gunung Agung juga ada.

Sanggah apa yang tadi itu?
Kalau itu namanya sanggah gede.

Sanggah dadia itu?
Ya.

Kalau di sini di mana letaknya?
Di sana disebalah timur.

Di jalannya itu?
Ya.

Kalau yang dipinggir jalan itu bukan paibon itu?
Bukan, kalau paibon saya kan yang di sini.

Kalau sanggah gede-nya dimana?
Kalau itu di timur.

Kalau itu jauh dari sini?
Tidak terlalu jauh.

Jadinya kan satu banjar sanggah paibon dengan sanggah dadia itu?
Ya.

Ada kaitannya dengan Pasek Badak?
Made Made Simur alias Made Darma menjawab: Ya ada, karena saya belum.. saya itu kurang tahu. kalau kakeknya kan sebelumnya beragama Kristen, karena saya itu kan ingin mengejar ........ dari Kakek Loting, karena saya itu kan masih Hindu, kalau nanti yang dari teman-teman Kristen kan tidak puas, kalau tidak dicari langsung, bagaimana sesungguhnya? Ya memang saya itu ingin tahu, siapa sebenarnya dari keturunan saya itu, kalau yang sanggah gede-nya saya tahu, siapa yang diserahkan sanggah gede itu ada tiga keluarga.

Siapa itu?
Pan Titrta, yang masuk Kristen dengan Kak Darna. Pokoknya yang boleh matirta (diperciki air suci) dengan Pan Darmi, nah kalau satu keluarga itu masuk Kristen. sedangkan kalau yang lagi dua masih. kalau itu satu waris (tunggal waris), kalau yang ini Mangku Pasek yang satu waris, kalau saya sendiri, saya ini tidak tahu. saya ini menyendiri.  Apa mungkin saudara dari Kakek Loting yang ke Kristen saya itu kan tidak berani memastikan, memang belum ada yang menceritakan kepada saya. Kalau saya memang pernah diceritakan oleh Bapak yang di Banjar Balangan. Kalau Bapaknya tidak berani menceritakan secara kenyataan, saya juga tidak berani menceritakan secara kenyataan karena saya tidak melihat kenyataan. Kalau yang dapat dijadikan bukti-bukti, misalnya setiap ada acara (undangan) keluarga, dia itu pasti kena.

Siapa?
Ini. Kalau setiap ada acara apa pasti dia kena.

Siapa?
Made Simur alias Made Darma menjawab : “Pak Paul Sujana. Itu kan kemungkin dia itu sudah tahu dengan keluarga kan, gitu jadinya. Kalau pusatnya itu kan kawitan (pura leluhur) Pasek Badak, pusatnya itu sekarang di sanggah gede dengan adanya paibon. Kalau pusat kawitan-nya itu memang Pasek Badak. Punya paibon dan sanggah gede.”

Kalau sanggah gede dengan sanggah dadia itu kan sama?
Kalau Bapak Smur bilang, karena di sana itu merasa putus, makanya Bapak Made Simur ini belum berani menjelaskan, apakah Kakek Loting saudara kakeknya dia atau bagaimana?  Kalau seandainya saya sendiri yang menjelaskan dan bilang betul, kan tidak berani jadinya karena dia sendiri tidak berani menjelaskan. Saya itu berani ngomong gitu karena dia itu sebagai ABRI kan jarang di rumah. Kalau saya itu kan karena sering berkecimpung di masyarakat itu, jadinya kan senang dengar cerita-cerita orangtua itu.
Disamping itu kan bukti-bukti yang lain itu kan karena Bapaknya dekat dengan rumahnya dia? Kalau itu artinya, jabatan sebagai pemangku itu diserahkan sama dia. Sebenarnya pemangku-nya itu kan Kak Loting, dan setelah Kakek Loting menjadi Kristen diserahkan ke sana. Di sana saya dapat pakai sebagai bukti kalau dia itu saudara kandung. Kalau dikaitkan dengan keterangannya Pak Paul Sujana, tidak semua keluarganya Hindu, makanya mungkin ini yang dikatakan oleh Pak Paul Sujana.

Ini dah yang dikatakan sama beliau, “tidak semua keluarganya Kakek Loting itu menjadi Kristen, kalau yang jadi Kristen itu kakek saya sendiri dengan Kak Loting.”?
Itu dah makanya saya itu tanpa analisa apapun saya itu berani mengatakan, kalau itu saudara Kak Loting yang paling kecil.

Katanya punya juga dia kakak laki-laki dan masih beragama Hindu, punya dia kakak laki-laki lagi dua dan masih beragama Hindu?
Kalau itu kakaknya Nyoman Rusa dengan Pan Mawu (bersambung)



No comments:

Post a Comment