Monday, April 25, 2016

Satu Keluarga, yang Wanita Kristen dan yang Lakinya Hindu




Nama Informan                      : Gusti Bagus Budiantara (2)
Tempat wawancara                : Desa Gitgit, Dusun Sukasada, Buleleng
Tanggal                                   : 18 Maret 2002
Pewawancara                         : Arya Suharja, tim peneliti TSP 
Transkriptor                            : Dewa Ayu Raka Satriawati, tim admin TSP Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Berapa KK jemaat yang di Gitgit ini?
Kalau di sini itu cuma, lima setengah. Jadi kenapa saya itu katakan lima setengah, satu keluarga, yang wanita Kristen dan yang lakinya Hindu. Tapi diluar jemaat ini, seperti di Denpasar dia itu bisa pindah secara formal, belum dia pindah.

Kalau stambuk yang ada di Gereja Gitgit, sampai sekarang itu ada berapa pak?
Sebenarnya stambuknya itu memang rapi sekali, dan itu dari jaman-jaman lama itu memang sudah ada, hanya sayangnya stambuk itu dipinjam oleh pak Wayan Sugiri Usada dan dia adalah mantan bendahara GKPB.

Belum dikembalikan?
Belum, itu kan teman saya yang menyerahkan.


Mungkin stambuk yang sudah usang itu dibawa, kalau stambuk yang mentahnya dibawa juga?
Kalau yang terakhir ada, tapi itu kan generasi mudanya yang bawa, dan itu ada sekarang di gereja.

Dimana pak alamatanya pak Wayan  Sugiri Usada ini?
Di Tegal Jaya, tapi kalau alamat yang mendetailnya saya itu tidak tahu.

Ada dokumen yang lainnya pak?
Kalau itu tidak ada, memang stambuk itulah yang paling tua.

Kalau mengingat sejarah di Gitgit ini siapa saja yang pernah bertugas seingat Pak Gusti?
Kalau yang saya ingat Ibu Mediati, pak Yatmo Pramono...

Kalau yang dari generasi aji (ayah) nya terlebih dahulu?
Itu dah pendeta-pendetanya. Satu pendeta Mediati, kemudian Pak Philifus, pak Yatmo Pramono, kemudian Pak Gusti Miarsa, kemudian Pak Miasa, dan yang terakhir itu kan Pak Sukanada.

Pak Wayan Genis ini yang kemudian dikenal sebagai pak Merting itu ya?
Ya.

Kalau dari gerenasi Men Genis ini masih?
Itu masih ada tapi sekarang kan di Denpasar, Made Putra namanya.

Anaknya ya?
Bukan tapi cucunya. Made Putra kemudian ada kakaknya namanya Sukandi, itu namanya Yusuf dan dia sudah kembali ke Hindu sekarang.

Kalau dari Pak Kompyang Mataram, banyak masih?
Masih ada sekarang.

Kalau putra-putranya berapa sekarang yang masih ada?
Itu 4 orang. Kalau yang laki itu empat sedangkan yang wanita itu dua orang.

Kalau Pak ..... Tantra?
Kalau itu kan hanya tiga lakinya dan yang wanitanya dua.

Kalau Pak Thomas ini nama Balinya itu siapa?
Kalau itu saya sudah lupa.

Kalau putranya Pak Thomas ini berapa?
Kalau itu empat orang tapi ada yang meninggal satu. Lakinya satu dan wanitanya tiga.

Kalau yang keempatnya ini ada yang punya Keturunan? Kalau yang ini semuanya masih di Gitgit?
Ya itu kan cuma satu dari keluarganya Pak Tantra itu ada di Sulawesi, itu transmigrasi yang paling besar.

Nah kalau Pak Genis ini kan menerima kesaksiannya di Ambon, kapan kira-kira dia itu menyatukan diri dengan GKPB. Itu kan kalau dia itu di Ambon bukan GKPB. ...?
Ini dah kaitannya dengan Kabupaten, sebenarnya saya mau selusuri semuanya ini. Kalau misalnya ada waktu lama, nanti saya itu bisa cari data di kabupaten, bagaimana struktur Organisasi gereja yang ada di kabupaten, sebab ini kan berkaitan dengan penginjil-penginjil, dan kemudian berkembang sampai menjadi sekabupaten. Pernah saya dengar dari paman saya katanya kan ada pesamuhan (rapat) dan pesamuhan-nya itu katanya di Bubunan.  Jadi setiap satu saat katanya di sana itu mengadakan pertemuan di Bubunan dan jemaat di sini itu jalan kaki ke sana, karena ingin juga ikut mengadakan pesamuan ini. Istilahnya paman saya itu intrik atau apa, saya kan tidak tahu istilahnya, dan itu memang PP dari sini ke Bubunan itu, sepeda motor juga belum ada.




Kalau tersangkut persoalan kemudian kembalinya itu ada catatan tahunnya itu ada catannya pak?
Kalau catatan tahunnya itu memang tidak ada.

Kok ada catatan tahun 1929 itu darimana?
Ya itu kan diperkirakan. Itu juga dari paman saya.

Sesudahnya kembali dari Ambon?
Ya sesudahnya kembali dari Ambon itu.

Kan jaman Belanda jadinya?
Ya. kemudian Gusti Ketut Wistara ini yang dibaptis tahun 1935.

Sudah di gereja Gitgit?
Bukan tapi di Bubunan, itu kan anaknya dari Gusti Kompyang Mataram. Jadi kan diperkiran jemaat di sini itu sudah ada sejak dari tahun 1931. itu anaknya sudah dibaptis sejak tahun itu, berarti kan orangtuanya itu sudah lebih awal jadinya, secara logikanya sehingga jadinya kan sudah diperkirakan sejak tahun 1931.

Kalau pendidikan putra-putri jemaat itu bagaimana pak?
Kalau pendidikan agama anak-anak itu belakangan ini, anak-anak itu hanya ada sekolah Minggu itu kan hanya dua orang, jadinya secara rutin diberikan hal itu jadinya kan tidak bisa. Jadi jalan keluar yang diambil oleh orangtua yang bersangkutan, jadi anaknya yang diajak ke Singaraja dan sekarang ikut sekolah Minggu di Singaraja, tapi itu kan tidak tetap juga, kalau seandainya orangtuanya itu ada kesibukan., orangtuanya bekerja di Nangun Kerti ......, jadinya kan tidak diantar, kalau memang orangtuanya sempat anaknya itu diantar ke sana.

Kalau putra-putranya Bapak itu dulu bagaimana?
Kalau anak-anak saya, masalah pendidikanya itu kan hanya di sekolah saja. Maksudnya itu begini, kalau setelah tamat di SD, itu dikumpulkan di suatu tempat, tapi masih kanak-kanak di sini dan saya juga pernah mengajar, sekolah Minggu untuk beberapa orang anak.

Kalau yang pak alami dulu?
Kalau saya kalau masalah pendidikan agama itu sepertinya tidak mendapat perhatian yang serius, terutama waktu di SMP itu juga belum terkoordinir, di SPG juga, sehingga sampai sekarang raport saya itu sama sekali tidak berisi nilai agama. Orang darimana kita dapat nilai agama, orang kita itu kan tidak ada ada yang mengatur, kalau sekarang kan sudah agak terkordinasi.

Digabung itu pak?
Ya memang digabung. Kalau saya itu dulu memang tidak mendapa pendidikan agama dulu.

Pengaturannya itu dari Bimas atau dari apa?
Kalau itu kan diatur oleh Sinode, jadi kan dari gereja, dan dia itu kan memang punya program sendiri. Di sini kan ada Tim ......, tim yang menangani gereja-gereja yang ada di Kabupaten ini. Dan itu dia memang punya programnya.

Sekarang kembali dulu ke aji (ayah)-nya, kan dapat pendidikan pendeta dulunya dimana?
Itu pernah dapat pendidikan di Bandung dulu.

Kalau itu model pendidikannya itu berapa lama?
Itu kan tidak begitu lama, sekitar enam bulan atau berapa dan itu memang tidak begitu lama, rasanya memang tidak begitu lama, dan kan tidak seperti sekarang sekolahnya.

Kalau pendidikan tertingginya Aji waktu dulu itu sampai dimana?
Sampai SLTP.

Pernah tidak pak Gusti bertanya ...?
Pokoknya ada itu, waktu saya tinggal di sini itu, tapi namanya dah yang saya lupa, karena itu kan sudah terlalu lama dan saya itu memang masih kecil. Pada umumnya yang datang itu pendeta, seperti pak Suweca yang sering datang. Kalau pak Suweca itu waktu dulu dia itu kan ketua sinode. Dan setelah pensiun itu kan di bawah Pak Mastra, saat itu pak Mastra, pak Mastra yang jadi ketua Sinodenya. Yang saya tahu itu memang banyak ada pendeta-pendeta yang datang.

Waktu Bapaknya Pak Gusti berada di gereja sini, pernah tidak beliau itu cerita dengan siapa beliau itu belajar Injil dulu?
Wah kalau itu memang tidak pernah, itu memang tidak pernah belajar.

Berarti kan hanya mengikuti perkembangan saja?
Ya.

Kalau wilayah pembinaan beliau di luar penugasannya itu dimana?
Kalau itu kan pernah di Untal-Untal dan setelah di Untal-Untal yang saya tahu itu kan, di Gitgit sini. Kalau lontarnya memang banyak di sana, tapi saya kan tidak pernah baca dan saya itu tidak tahu bagaimana isinya. Dan biasanya yang mempelajari itu kan hanya satu orang, jadi itu kan hanya paman saya saja dan yang dulu itu juga dukun tapi sudah dipanggil itu sama Tuhan. Terus saudaranya yang laki itu empat yang Kristen, dan sudah meninggal satu di Gitgit. Itu yang Hindu, kalau yang Kristen itu masih semuanya.

Kalau dari yang pak Gusti pernah dengar itu apa saja kemampuan kakeknya, yang digunakan untuk mengobati orang itu, apa yang hanya sakit fisik atau yang bagaimana?
Ya itu kan yang fisik bisa disembuhkan dan itu kan kalau menurut cerita orangtua saya. kalau ada sakit yang karena bikinan orang itu katanya juga bisa, kakek saya itu bisa dikatakan balian (paranormal) sakti dan memang terkenal sekali dia itu. dan dia itu memang pintar sekali mengukir dan orangnya memang seni sekali. dan salah satu ukirannya itu sekarang sudah diwariskan kepada paman saya yang paling kecil dan ukirannya itu memang bagus sekali dan saya itu sampai heran dan setelah kakek saya itu meninggal kan dibagikan itu semua dan entah kemana larinya saya itu kurangtahu.

Kalau saudara-saudaranya Aji itu ada yang bisa meneruskan bakatnya itu?
Kalau dukunnya memang ada sekarang, kata orang-orang yang Hindu itu, di jemaat barat itu kan ada gereja jadi dari sana di doakan dan memang banyak yang sembuh. Jadi membangun gereja itu adalah dari pertambahan-pertambahan orang yang berobat di sana, meskipun dia itu bukan orang Kristen. Misalnya jika ada yang sembuh, maka dia itu menyumbang semen misalnya satu sak. Cuma saja sekarang gerejanya itu kurang dipakai untuk tempat ibadah. Sebab entah bagaimana kepercayaan paman saya itu, kok dimuka gerejanya itu dikasi gambar gajah itu.

Gambar atau apa?
Itu gambar dari seng, lalu didepannya itu ada tulisan dan saya itu lupa dengan tulisannya itu. sa

Kalau secara pribadi di.luar ........, bukan kesalahan darimana, ada tidak maknanya bagi Pak Gusti dalam pendirian seperti itu, ada tidak maknanya?
Katanya kalau menurut keluarga itu memang itu suatu kebanggaan, dalam artian kalau kita itu melakukan sesuatu itu takutnya itu kok tidak takutnya itu sulit sekali gitu. Bukan takut-takut bagaimana, tapi kharisma yang dimiliki itu rasanya kok lain gitu. Kalau misalnya berhadapan dengan orang itu kok rasanya bagaimana galaknya. ........ ini kok enak dan ini yang tidak bisa saya pergunakan.
            Dan bagi yang tidak bisa mengikuti jalur ini, inilah yang sering menyebabkan kita itu berkelahi, memang marah itu mungkin pak, sedikit-sedikit kita itu jadi marah. Dan marahnya itu yang cepat dan kalau saya suatu saat itu memang muncul saja, dan sepertinya membunuh orang itu hanya seperti memotong ayam saja. Kok enak rasanya bunuh orang, jadi itu yang menghantui. Dan saya itu memang bersyukur jadi orang Kristen. itu yang pertama dan yang kedua itu masalah wanita dan kelemahan keluarga saya itu kan di sini. Arahnya itu kalau mencari pekerjaan itu pasti ke ABRI, makanya kalau mencari angkatan apa saja di Petemon itu ada. Angkatan Udara, Darat, pilot itu seperti pasukan itu pak. Saya itu punya misan itu dah yang pernah saya ceritakan, yang di Semabaung yang bikin gereja itu, dia itu kan punya anak tiga, dan ketiga-tiganya itu memang angkatan udara, .... sepertinya memang ada kecocokan. Hanya dari keluarga saya yang tidak ada masuk ke ABRI.

Berarti identitas genealogis itu sebetulnya masih terbawa ya pak?
Ya memang masih. itu memang masih nyaktu dan bahkan itu masih keras. Ini memang sama sekali tidak bisa dihindari dan termasuk juga dari sepupu-sepupunya ini.

Kalau kedua saudara yang menjadi pendeta, pernah tidak bertukar pikiran soal itu?
Kalau itu pernah.

Beliau merasakan juga?
Ya memang masih merasakan juga. Apalagi yang paling besar itu tukang pukul, dia kan Sinode dan memukul meja dia itu memang biasa saat sidang sinode itu.

Nah lalu bagaimana Pak Gusti melihat, kan ada jemaat yang dengan sendirinya kan orang kebanyakan dan bukan semuanya orang pragusti, nah lalu bagaimana Pak Gusti menanggapi hal seperti itu, pak Gusti itu melarang atau mengimbangi?
Ini begini saja, contoh ya, kalau ada orang yang berbicara kasar dengan saya, dan saya merasa tersinggung kan tidak enak rasanya, dan cara yang saya tempuh itu, saya itu kan berikan teladan berbicara yang halus dan selama ini tidak ada seorang pun di desa itu yang tidak halus dan bahkan semuanya itu memang bicaranya itu halus sekali, dan memang sama sekali tidak ada orang yang tidak halus itu. cuma sekarang, kalau itu kan generasi-generasi yang tua-tua yang tahu, tapi kalau yang muda-muda itu kan sudah mulai sekarang menggunakan bahasa halus itu kan sekarang dimana-mana sudah mulai berkurang itu.

Terus kalau kebaktian di Gitgit ini pakai bahasa pengantar apa?
Kalau itu kan ada pembuatan program dan setiap tahun itu dibuat, kemudian itu ditentukan setiap awal bulan, minggu pertama bulan bersangkutan itu pakai bahasa Bali. Kemudian minggu-minggu berikutnya dalam bulan-bulan bersangkutan pakai bahasa Bali. Jadi setiap satu bulan pakai satu bahasa Bali.

Berarti kan satu banding tiga?
Ya. satu banding empat, satu banding lima dan itu kan tergantung jumlah dalam minggunya. Kalau satu bulan itu lima minggu, berarti kan satu banding empat.

Terus pendeta yang sekarang menyampaikan dalam bahasa Bali?
Ya dalam bahasa Bali.

Berapa pendeta yang bertugas sekarang itu?
Kalau itu kan hanya satu.

Semua bisa mempinpin?
Ya bisa sebab kan orang Bali semua itu. kan semua juga sudah dibekali dengan kidung bahasa Bali. Kalau dulu awal-awalnya itu kan penganternya itu hanya pakai bahasa Bali saja.

Liturginya sudah teratur seperti sekarang, waktu jamannya Bapak?
Kalau itu memang sudah seperti sekarang.

Berati gereja yang di sini itu memang sudah seperti sekarang ini berarti?
Kalau itu memang sudah seperti sekarang ini.

Berarti memang kebanyakan pakai bahasa Bali dan memang fasih pakai bahasa Bali?
Ya sehingga orang-orangtua itu kan semuanya hafal pakai bahasa Bali. Tapi kalau belakangan ini memang sudah semakin sedikit.

Nah kalau bagaimana kalau mengajarkan itu, pakai notasi?
Ya memang tanpa pakai notasi. Sehingga irama yang selanjutnya saya tahu, wah kalau ini kurang tepat ini intonasinya. Kalau merubah sekarang itu kan memang benar-benar sulit sekali. Sebab kan sudah terbiasa seperti itu. tapi kalau dipaksakan itu memang bisa. Tapi itu kan memang tidak ada perubahan-perubahan.

Kalau dibandingkan saat Bapak menyertai aji itu dibandingkan dengan yang berikutnya itu berapa lagu yang Bapak kenal?
Kalau lagu Balinya itu memang pada awal-awalnya itu kan terbatas, itu kan hanya beberapa lagu saja, yang paling-paling hanya 10 lagu, ya seperti ini pertemua sekarang satu lagi, pertemuan selanjutnya satu lagu, akhirnya kan banyak lagu jadinya yang kita kenal. Kadang-kadang orang yang baru itu ....., belajar nyanyi. Kalau satu tahun itu kita itu memang sudah bisa menguasai banyak lagu itu.

Kalau reaksi lingkungan dulu dimana Pak Gusti tinggal itu cenderung menolak gitu ya....?
Kalau yang saya tahu, semenjak awal yang saya ketahui itu kan semenjak ada hubungan dengan Pak Genis ini.

Mungkin dari Pak Genis masih di sini dengan empat orang kawannya itu, dan keturunannya itu,  ayahnya pak Gusti yang bertugas di sini gitu?
Ya memang lama itu, dapat istri dia di sini, kakak saya lahir di sini, banyak dan bahkan sampai empat atau lima anak itu.

Kalau begitu berarti kan pak Gusti Bagus Diksa itu pendeta yang pertama yang bertugas di sini, atau memang ada sebelumnya, artinya sesudah Pak Genis itu pulang dari Ambon, sehingga sampai terbentuknya komunitas Kristen. pernah tidak pak dengar?
Kalau itu saya memang belum pernah dengar, belum dapat saya tanyakan itu dan itu juga tidak ada cerita.

Berarti kan Aji jadinya yang pertama, karena di sini itu kan belum ada nama memang?
Ya.

Kalau dalam ingatan Pak Gusti waktu mulai ingat dengan Pak Genis itu, pak Genis itu kira-kira sudah umur berapa ini?
Kalau itu kira-kira dia ini sudah punya cucu. Kalau dulunya dia itu kan tidak di sini, tapi dia itu dulunya di.....sari.

Jadi pulang dari Ambon langsung menetap di ....sari?
Ya.

Apa kasus yang pernah Bapak alami di sini yang cukup Bapak ingat itu?
Kalau sejak awal itu hal-hal yang menonjol itu memang tidak ada, itu memang dalam hal biasa, dalam artian kalau kami itu mengadakan kebaktian masal, dan kami itu mengundang  aparat desa maka mereka itu akan datang. Itu semua memang tidak begitu saya rasakan, tapi yang paling saya rasakan itu dimana sekarang ada politik, dimana-mana ada pengeboman gereja-gereja, dan diisukan juga kalau di Gitgit itu juga akan terjadi gejolak yang sama. Kalau gereja itu diancam akan di bom. Sehingga di Singaraja dan dimana-mana itu sangat ketat sekali penjagaannya. Nah di sini didengar masalah itu oleh pemuda pada umumnya apalagi di sini kan dekat hubungannya dengan pedalaman, dikhawatirkan orang pedalaman itu membuat ulah di sini, sehingga datanglah pemuda-pemuda yang dari ....., dan penuh di gereja ini, dan itu sekitar limapuluhan lebih yang datang ke sini dan itu untuk menjaga gereja. Nah itu yang paling saya rasakan begitu, ......memang terhadap gereja. Jadi kepala desa itu datang, dan kita itu jaga memang malam-malam dan bahkan ada sampai satu bulan itu.

Kalau misalnya hubungan perkawinan itu?
Kalau selama ini yang berlaku, kalau seumpamanya itu ada orang Hindu yang menikah, kemudian itu kan keluar desa, biasanya kalau tidak ada yang sangat mendesak bagi umat Kristen, .....,  itu pakai pakian adat dan memang biasa dah seperti dia. Dan seandainya juga orang-orang kita itu mengambil dari luar dari desa, itu kan rame-rame orang itu..... itu waktu mengambil di Abian Base itu rame-rame sampai ada 20 kendaraan. Padahal yang itu bukan orang Kristen, tapi yang datang itu kan orang Hindu.

Kalau hubungan antara orang-orang Kristen dengan orang-orang Hindu itu bagaimana pak?
Kalau selama ini yang terjadi di sini itu memang cukup baik semuanya. Hanya saja yang terakhir ini anaknya .........., yang perempuan itu pihak Kristen dan Lakinya pihak Hindu dan mungkin mereka itu sudah sepakat akan menjalankan masing-masing keyakinanya. Lalu satunya mengalah dan dibuatkan upacara yang laki. Itu kalau orang Kristen ke Hindu. Kalau misalnya orang Hindu ke Kristen, maka kita akan minta ke sana. Jadi kita itu kan minta sesuai dengan adat di sini.

Kalau dibaptisnya ini memang ada yang mendahului?
Kalau itu putranya Pak Wistara itu tahun 1935 []

No comments:

Post a Comment