Nama Informan : Gusti Bagus Budiantara
(2)
Tempat wawancara : Desa Gitgit, Dusun Sukasada,
Buleleng
Tanggal :
18 Maret 2002
Pewawancara : Arya Suharja, tim
peneliti TSP Transkriptor : Dewa Ayu Raka Satriawati, tim admin TSP Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Berapa KK jemaat yang di Gitgit ini?
Kalau di sini
itu cuma, lima setengah. Jadi kenapa saya itu katakan lima setengah, satu
keluarga, yang wanita Kristen dan yang lakinya Hindu. Tapi diluar jemaat ini,
seperti di Denpasar dia itu bisa pindah secara formal, belum dia pindah.
Kalau stambuk
yang ada di Gereja Gitgit, sampai sekarang itu ada berapa pak?
Sebenarnya
stambuknya itu memang rapi sekali, dan itu dari jaman-jaman lama itu memang
sudah ada, hanya sayangnya stambuk itu dipinjam oleh pak Wayan Sugiri Usada dan
dia adalah mantan bendahara GKPB.
Belum
dikembalikan?
Belum, itu kan
teman saya yang menyerahkan.
Mungkin stambuk
yang sudah usang itu dibawa, kalau stambuk yang mentahnya dibawa juga?
Kalau yang
terakhir ada, tapi itu kan generasi mudanya yang bawa, dan itu ada sekarang di
gereja.
Dimana pak
alamatanya pak Wayan Sugiri Usada ini?
Di Tegal Jaya,
tapi kalau alamat yang mendetailnya saya itu tidak tahu.
Ada dokumen
yang lainnya pak?
Kalau itu tidak
ada, memang stambuk itulah yang paling tua.
Kalau mengingat
sejarah di Gitgit ini siapa saja yang pernah bertugas seingat Pak Gusti?
Kalau yang saya
ingat Ibu Mediati, pak Yatmo Pramono...
Kalau yang dari
generasi aji (ayah) nya terlebih dahulu?
Itu dah
pendeta-pendetanya. Satu pendeta Mediati, kemudian Pak Philifus, pak Yatmo
Pramono, kemudian Pak Gusti Miarsa, kemudian Pak Miasa, dan yang terakhir itu
kan Pak Sukanada.
Pak Wayan Genis
ini yang kemudian dikenal sebagai pak Merting itu ya?
Ya.
Kalau dari
gerenasi Men Genis ini masih?
Itu masih ada
tapi sekarang kan di Denpasar, Made Putra namanya.
Anaknya ya?
Bukan tapi
cucunya. Made Putra kemudian ada kakaknya namanya Sukandi, itu namanya Yusuf
dan dia sudah kembali ke Hindu sekarang.
Kalau dari Pak
Kompyang Mataram, banyak masih?
Masih ada
sekarang.
Kalau
putra-putranya berapa sekarang yang masih ada?
Itu 4 orang.
Kalau yang laki itu empat sedangkan yang wanita itu dua orang.
Kalau Pak .....
Tantra?
Kalau itu kan
hanya tiga lakinya dan yang wanitanya dua.
Kalau Pak
Thomas ini nama Balinya itu siapa?
Kalau itu saya
sudah lupa.
Kalau putranya
Pak Thomas ini berapa?
Kalau itu empat
orang tapi ada yang meninggal satu. Lakinya satu dan wanitanya tiga.
Kalau yang
keempatnya ini ada yang punya Keturunan? Kalau yang ini semuanya masih di
Gitgit?
Ya itu kan cuma
satu dari keluarganya Pak Tantra itu ada di Sulawesi, itu transmigrasi yang
paling besar.
Nah kalau Pak
Genis ini kan menerima kesaksiannya di Ambon, kapan kira-kira dia itu
menyatukan diri dengan GKPB. Itu kan kalau dia itu di Ambon bukan GKPB. ...?
Ini
dah kaitannya dengan Kabupaten, sebenarnya saya mau selusuri semuanya ini.
Kalau misalnya ada waktu lama, nanti saya itu bisa cari data di kabupaten, bagaimana
struktur Organisasi gereja yang ada di kabupaten, sebab ini kan berkaitan
dengan penginjil-penginjil, dan kemudian berkembang sampai menjadi sekabupaten.
Pernah saya dengar dari paman saya katanya kan ada pesamuhan (rapat) dan pesamuhan-nya
itu katanya di Bubunan. Jadi setiap satu
saat katanya di sana itu mengadakan pertemuan di Bubunan dan jemaat di sini itu
jalan kaki ke sana, karena ingin juga ikut mengadakan pesamuan ini. Istilahnya
paman saya itu intrik atau apa, saya kan tidak tahu istilahnya, dan itu memang
PP dari sini ke Bubunan itu, sepeda motor juga belum ada.
Kalau
tersangkut persoalan kemudian kembalinya itu ada catatan tahunnya itu ada
catannya pak?
Kalau
catatan tahunnya itu memang tidak ada.
Kok
ada catatan tahun 1929 itu darimana?
Ya
itu kan diperkirakan. Itu juga dari paman saya.
Sesudahnya
kembali dari Ambon?
Ya
sesudahnya kembali dari Ambon itu.
Kan
jaman Belanda jadinya?
Ya.
kemudian Gusti Ketut Wistara ini yang dibaptis tahun 1935.
Sudah
di gereja Gitgit?
Bukan
tapi di Bubunan, itu kan anaknya dari Gusti Kompyang Mataram. Jadi kan
diperkiran jemaat di sini itu sudah ada sejak dari tahun 1931. itu anaknya
sudah dibaptis sejak tahun itu, berarti kan orangtuanya itu sudah lebih awal
jadinya, secara logikanya sehingga jadinya kan sudah diperkirakan sejak tahun
1931.
Kalau
pendidikan putra-putri jemaat itu bagaimana pak?
Kalau
pendidikan agama anak-anak itu belakangan ini, anak-anak itu hanya ada sekolah
Minggu itu kan hanya dua orang, jadinya secara rutin diberikan hal itu jadinya
kan tidak bisa. Jadi jalan keluar yang diambil oleh orangtua yang bersangkutan,
jadi anaknya yang diajak ke Singaraja dan sekarang ikut sekolah Minggu di
Singaraja, tapi itu kan tidak tetap juga, kalau seandainya orangtuanya itu ada
kesibukan., orangtuanya bekerja di Nangun Kerti ......, jadinya kan tidak
diantar, kalau memang orangtuanya sempat anaknya itu diantar ke sana.
Kalau
putra-putranya Bapak itu dulu bagaimana?
Kalau
anak-anak saya, masalah pendidikanya itu kan hanya di sekolah saja. Maksudnya
itu begini, kalau setelah tamat di SD, itu dikumpulkan di suatu tempat, tapi
masih kanak-kanak di sini dan saya juga pernah mengajar, sekolah Minggu untuk
beberapa orang anak.
Kalau
yang pak alami dulu?
Kalau
saya kalau masalah pendidikan agama itu sepertinya tidak mendapat perhatian
yang serius, terutama waktu di SMP itu juga belum terkoordinir, di SPG juga,
sehingga sampai sekarang raport saya itu sama sekali tidak berisi nilai agama.
Orang darimana kita dapat nilai agama, orang kita itu kan tidak ada ada yang
mengatur, kalau sekarang kan sudah agak terkordinasi.
Digabung
itu pak?
Ya
memang digabung. Kalau saya itu dulu memang tidak mendapa pendidikan agama
dulu.
Pengaturannya
itu dari Bimas atau dari apa?
Kalau
itu kan diatur oleh Sinode, jadi kan dari gereja, dan dia itu kan memang punya
program sendiri. Di sini kan ada Tim ......, tim yang menangani gereja-gereja
yang ada di Kabupaten ini. Dan itu dia memang punya programnya.
Sekarang
kembali dulu ke aji (ayah)-nya, kan
dapat pendidikan pendeta dulunya dimana?
Itu
pernah dapat pendidikan di Bandung dulu.
Kalau
itu model pendidikannya itu berapa lama?
Itu
kan tidak begitu lama, sekitar enam bulan atau berapa dan itu memang tidak
begitu lama, rasanya memang tidak begitu lama, dan kan tidak seperti sekarang
sekolahnya.
Kalau
pendidikan tertingginya Aji waktu
dulu itu sampai dimana?
Sampai
SLTP.
Pernah
tidak pak Gusti bertanya ...?
Pokoknya
ada itu, waktu saya tinggal di sini itu, tapi namanya dah yang saya lupa,
karena itu kan sudah terlalu lama dan saya itu memang masih kecil. Pada umumnya
yang datang itu pendeta, seperti pak Suweca yang sering datang. Kalau pak
Suweca itu waktu dulu dia itu kan ketua sinode. Dan setelah pensiun itu kan di
bawah Pak Mastra, saat itu pak Mastra, pak Mastra yang jadi ketua Sinodenya.
Yang saya tahu itu memang banyak ada pendeta-pendeta yang datang.
Waktu
Bapaknya Pak Gusti berada di gereja sini, pernah tidak beliau itu cerita dengan
siapa beliau itu belajar Injil dulu?
Wah
kalau itu memang tidak pernah, itu memang tidak pernah belajar.
Berarti
kan hanya mengikuti perkembangan saja?
Ya.
Kalau
wilayah pembinaan beliau di luar penugasannya itu dimana?
Kalau
itu kan pernah di Untal-Untal dan setelah di Untal-Untal yang saya tahu itu
kan, di Gitgit sini. Kalau lontarnya memang banyak di sana, tapi saya kan tidak
pernah baca dan saya itu tidak tahu bagaimana isinya. Dan biasanya yang
mempelajari itu kan hanya satu orang, jadi itu kan hanya paman saya saja dan
yang dulu itu juga dukun tapi sudah dipanggil itu sama Tuhan. Terus saudaranya
yang laki itu empat yang Kristen, dan sudah meninggal satu di Gitgit. Itu yang
Hindu, kalau yang Kristen itu masih semuanya.
Kalau dari yang pak Gusti pernah dengar itu apa saja
kemampuan kakeknya, yang digunakan untuk mengobati orang itu, apa yang hanya
sakit fisik atau yang bagaimana?
Ya itu kan yang fisik bisa disembuhkan dan itu kan kalau
menurut cerita orangtua saya. kalau ada sakit yang karena bikinan orang itu
katanya juga bisa, kakek saya itu bisa dikatakan balian (paranormal) sakti dan memang terkenal sekali dia itu. dan
dia itu memang pintar sekali mengukir dan orangnya memang seni sekali. dan
salah satu ukirannya itu sekarang sudah diwariskan kepada paman saya yang
paling kecil dan ukirannya itu memang bagus sekali dan saya itu sampai heran
dan setelah kakek saya itu meninggal kan dibagikan itu semua dan entah kemana
larinya saya itu kurangtahu.
Kalau saudara-saudaranya Aji itu ada yang bisa meneruskan bakatnya itu?
Kalau dukunnya memang ada
sekarang, kata orang-orang yang Hindu itu, di jemaat barat itu kan ada gereja
jadi dari sana di doakan dan memang banyak yang sembuh. Jadi membangun gereja
itu adalah dari pertambahan-pertambahan orang yang berobat di sana, meskipun
dia itu bukan orang Kristen. Misalnya jika ada yang sembuh, maka dia itu
menyumbang semen misalnya satu sak. Cuma saja sekarang gerejanya itu kurang
dipakai untuk tempat ibadah. Sebab entah bagaimana kepercayaan paman saya itu,
kok dimuka gerejanya itu dikasi gambar gajah itu.
Gambar atau apa?
Itu gambar dari seng, lalu didepannya itu ada tulisan dan
saya itu lupa dengan tulisannya itu. sa
Kalau
secara pribadi di.luar ........, bukan kesalahan darimana, ada tidak maknanya
bagi Pak Gusti dalam pendirian seperti itu, ada tidak maknanya?
Katanya
kalau menurut keluarga itu memang itu suatu kebanggaan, dalam artian kalau kita
itu melakukan sesuatu itu takutnya itu kok tidak takutnya itu sulit sekali
gitu. Bukan takut-takut bagaimana, tapi kharisma yang dimiliki itu rasanya kok
lain gitu. Kalau misalnya berhadapan dengan orang itu kok rasanya bagaimana
galaknya. ........ ini kok enak dan ini yang tidak bisa saya pergunakan.
Dan
bagi yang tidak bisa mengikuti jalur ini, inilah yang sering menyebabkan kita
itu berkelahi, memang marah itu mungkin pak, sedikit-sedikit kita itu jadi
marah. Dan marahnya itu yang cepat dan kalau saya suatu saat itu memang muncul
saja, dan sepertinya membunuh orang itu hanya seperti memotong ayam saja. Kok
enak rasanya bunuh orang, jadi itu yang menghantui. Dan saya itu memang bersyukur
jadi orang Kristen. itu yang pertama dan yang kedua itu masalah wanita dan
kelemahan keluarga saya itu kan di sini. Arahnya itu kalau mencari pekerjaan
itu pasti ke ABRI, makanya kalau mencari angkatan apa saja di Petemon itu ada.
Angkatan Udara, Darat, pilot itu seperti pasukan itu pak. Saya itu punya misan
itu dah yang pernah saya ceritakan, yang di Semabaung yang bikin gereja itu,
dia itu kan punya anak tiga, dan ketiga-tiganya itu memang angkatan udara, ....
sepertinya memang ada kecocokan. Hanya dari keluarga saya yang tidak ada masuk
ke ABRI.
Berarti
identitas genealogis itu sebetulnya masih terbawa ya pak?
Ya
memang masih. itu memang masih nyaktu dan bahkan itu masih keras. Ini memang
sama sekali tidak bisa dihindari dan termasuk juga dari sepupu-sepupunya ini.
Kalau
kedua saudara yang menjadi pendeta, pernah tidak bertukar pikiran soal itu?
Kalau
itu pernah.
Beliau
merasakan juga?
Ya
memang masih merasakan juga. Apalagi yang paling besar itu tukang pukul, dia
kan Sinode dan memukul meja dia itu memang biasa saat sidang sinode itu.
Nah
lalu bagaimana Pak Gusti melihat, kan ada jemaat yang dengan sendirinya kan
orang kebanyakan dan bukan semuanya orang pragusti, nah lalu bagaimana Pak
Gusti menanggapi hal seperti itu, pak Gusti itu melarang atau mengimbangi?
Ini
begini saja, contoh ya, kalau ada orang yang berbicara kasar dengan saya, dan
saya merasa tersinggung kan tidak enak rasanya, dan cara yang saya tempuh itu,
saya itu kan berikan teladan berbicara yang halus dan selama ini tidak ada seorang
pun di desa itu yang tidak halus dan bahkan semuanya itu memang bicaranya itu
halus sekali, dan memang sama sekali tidak ada orang yang tidak halus itu. cuma
sekarang, kalau itu kan generasi-generasi yang tua-tua yang tahu, tapi kalau
yang muda-muda itu kan sudah mulai sekarang menggunakan bahasa halus itu kan
sekarang dimana-mana sudah mulai berkurang itu.
Terus
kalau kebaktian di Gitgit ini pakai bahasa pengantar apa?
Kalau
itu kan ada pembuatan program dan setiap tahun itu dibuat, kemudian itu ditentukan
setiap awal bulan, minggu pertama bulan bersangkutan itu pakai bahasa Bali.
Kemudian minggu-minggu berikutnya dalam bulan-bulan bersangkutan pakai bahasa
Bali. Jadi setiap satu bulan pakai satu bahasa Bali.
Berarti
kan satu banding tiga?
Ya.
satu banding empat, satu banding lima dan itu kan tergantung jumlah dalam
minggunya. Kalau satu bulan itu lima minggu, berarti kan satu banding empat.
Terus
pendeta yang sekarang menyampaikan dalam bahasa Bali?
Ya
dalam bahasa Bali.
Berapa
pendeta yang bertugas sekarang itu?
Kalau
itu kan hanya satu.
Semua
bisa mempinpin?
Ya
bisa sebab kan orang Bali semua itu. kan semua juga sudah dibekali dengan
kidung bahasa Bali. Kalau dulu awal-awalnya itu kan penganternya itu hanya
pakai bahasa Bali saja.
Liturginya
sudah teratur seperti sekarang, waktu jamannya Bapak?
Kalau
itu memang sudah seperti sekarang.
Berati
gereja yang di sini itu memang sudah seperti sekarang ini berarti?
Kalau
itu memang sudah seperti sekarang ini.
Berarti
memang kebanyakan pakai bahasa Bali dan memang fasih pakai bahasa Bali?
Ya
sehingga orang-orangtua itu kan semuanya hafal pakai bahasa Bali. Tapi kalau
belakangan ini memang sudah semakin sedikit.
Nah
kalau bagaimana kalau mengajarkan itu, pakai notasi?
Ya
memang tanpa pakai notasi. Sehingga irama yang selanjutnya saya tahu, wah kalau
ini kurang tepat ini intonasinya. Kalau merubah sekarang itu kan memang
benar-benar sulit sekali. Sebab kan sudah terbiasa seperti itu. tapi kalau
dipaksakan itu memang bisa. Tapi itu kan memang tidak ada perubahan-perubahan.
Kalau
dibandingkan saat Bapak menyertai aji itu dibandingkan dengan yang berikutnya
itu berapa lagu yang Bapak kenal?
Kalau
lagu Balinya itu memang pada awal-awalnya itu kan terbatas, itu kan hanya
beberapa lagu saja, yang paling-paling hanya 10 lagu, ya seperti ini pertemua
sekarang satu lagi, pertemuan selanjutnya satu lagu, akhirnya kan banyak lagu
jadinya yang kita kenal. Kadang-kadang orang yang baru itu ....., belajar
nyanyi. Kalau satu tahun itu kita itu memang sudah bisa menguasai banyak lagu
itu.
Kalau
reaksi lingkungan dulu dimana Pak Gusti tinggal itu cenderung menolak gitu
ya....?
Kalau
yang saya tahu, semenjak awal yang saya ketahui itu kan semenjak ada hubungan
dengan Pak Genis ini.
Mungkin
dari Pak Genis masih di sini dengan empat orang kawannya itu, dan keturunannya
itu, ayahnya pak Gusti yang bertugas di
sini gitu?
Ya
memang lama itu, dapat istri dia di sini, kakak saya lahir di sini, banyak dan
bahkan sampai empat atau lima anak itu.
Kalau
begitu berarti kan pak Gusti Bagus Diksa itu pendeta yang pertama yang bertugas
di sini, atau memang ada sebelumnya, artinya sesudah Pak Genis itu pulang dari
Ambon, sehingga sampai terbentuknya komunitas Kristen. pernah tidak pak dengar?
Kalau
itu saya memang belum pernah dengar, belum dapat saya tanyakan itu dan itu juga
tidak ada cerita.
Berarti
kan Aji jadinya yang pertama, karena
di sini itu kan belum ada nama memang?
Ya.
Kalau
dalam ingatan Pak Gusti waktu mulai ingat dengan Pak Genis itu, pak Genis itu
kira-kira sudah umur berapa ini?
Kalau
itu kira-kira dia ini sudah punya cucu. Kalau dulunya dia itu kan tidak di sini,
tapi dia itu dulunya di.....sari.
Jadi
pulang dari Ambon langsung menetap di ....sari?
Ya.
Apa
kasus yang pernah Bapak alami di sini yang cukup Bapak ingat itu?
Kalau
sejak awal itu hal-hal yang menonjol itu memang tidak ada, itu memang dalam hal
biasa, dalam artian kalau kami itu mengadakan kebaktian masal, dan kami itu
mengundang aparat desa maka mereka itu
akan datang. Itu semua memang tidak begitu saya rasakan, tapi yang paling saya
rasakan itu dimana sekarang ada politik, dimana-mana ada pengeboman
gereja-gereja, dan diisukan juga kalau di Gitgit itu juga akan terjadi gejolak
yang sama. Kalau gereja itu diancam akan di bom. Sehingga di Singaraja dan
dimana-mana itu sangat ketat sekali penjagaannya. Nah di sini didengar masalah
itu oleh pemuda pada umumnya apalagi di sini kan dekat hubungannya dengan
pedalaman, dikhawatirkan orang pedalaman itu membuat ulah di sini, sehingga
datanglah pemuda-pemuda yang dari ....., dan penuh di gereja ini, dan itu
sekitar limapuluhan lebih yang datang ke sini dan itu untuk menjaga gereja. Nah
itu yang paling saya rasakan begitu, ......memang terhadap gereja. Jadi kepala
desa itu datang, dan kita itu jaga memang malam-malam dan bahkan ada sampai
satu bulan itu.
Kalau
misalnya hubungan perkawinan itu?
Kalau
selama ini yang berlaku, kalau seumpamanya itu ada orang Hindu yang menikah,
kemudian itu kan keluar desa, biasanya kalau tidak ada yang sangat mendesak bagi
umat Kristen, ....., itu pakai pakian
adat dan memang biasa dah seperti dia. Dan seandainya juga orang-orang kita itu
mengambil dari luar dari desa, itu kan rame-rame orang itu..... itu waktu
mengambil di Abian Base itu rame-rame sampai ada 20 kendaraan. Padahal yang itu
bukan orang Kristen, tapi yang datang itu kan orang Hindu.
Kalau
hubungan antara orang-orang Kristen dengan orang-orang Hindu itu bagaimana pak?
Kalau
selama ini yang terjadi di sini itu memang cukup baik semuanya. Hanya saja yang
terakhir ini anaknya .........., yang perempuan itu pihak Kristen dan Lakinya
pihak Hindu dan mungkin mereka itu sudah sepakat akan menjalankan masing-masing
keyakinanya. Lalu satunya mengalah dan dibuatkan upacara yang laki. Itu kalau
orang Kristen ke Hindu. Kalau misalnya orang Hindu ke Kristen, maka kita akan
minta ke sana. Jadi kita itu kan minta sesuai dengan adat di sini.
Kalau
dibaptisnya ini memang ada yang mendahului?
Kalau
itu putranya Pak Wistara itu tahun 1935 []
No comments:
Post a Comment