Monday, April 18, 2016

Jangan Dikira Baru Kristen Dia Suci

Nama Informan : Ketut Rending
Tempat , Banjar Padangtawang, Canggu, Kuta,  8 Juni 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya,  Ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Kalau Natal apakah Kristen Katolik dan Protestan saling mengunjungi ?
Sama.

Kalau jaman dulu Bapak ke Gereja memakai celana panjang atau ?
Memakai kain. Laki dan perempuan memakai kain.

Kalau jaman dulu perempuan ke Pura memakai baju ?
Ya. Memakai anteng, yang laki memakai kancut.

Kalau hari-hari apa saja memakai udeng ?
Natalan.


Rumah mertua Bapak dimana ?
Jauh. Di Padang Tawang bagian utara.

Semua orang di sana sudah beragama Kristen ?
Semua.

 

Kira-kira ada 25 KK ?
9 KK.

 

Sewaktu masih muda kemana saja main? Ke Denpasar ? 
Tidak berani kemana-mana, naik motor saja tidak berani.

 

Sudah ada motor pada waktu itu ?

Sepeda.

 

Bapak bisa naik sepeda ?

Bisa. Untuk bawa itik ke pasar Kediri. Jalan jelek, jauh sekali.

Bapak bisa bikin bank pasti karena belajar dari agama Kristen ? katanya sempat menjadi bendahara ?  Mana lebih dahulu menjadi bendahara atau bikin bank?
Lebih dulu di bank.

Apakah disini ada istilah nyalukin (menggantikan kewajiban orang tua/ ngayahin (melayani)  banjar ?
Ketiga-tiganya ngayahin (melayani) banjar.

Kalau banjar Bali kan hanya yang paling kecil saja ?
Saya tidak tahu.

Kalau subak ?
Itu kan memakai jumlah carik.

Kalau Bapak masuk subak ?
Masuk.

Kalau ada odalan (upacara setiap 210 hari sekali) di pura subak, pak kena ?
Tidak.

Kalau Bapak membayar apa saja cingkreman (menabung bersama)?
Tidak membayar apa-apa, bebas.

Saat in Bapak sudah beragama Kristen apakah sudah nguug sanggah (membongkar kuil keluarga), apakah masih ingat dengan kawitan Bapak yang terdahulu?
Dalam ajaran agama Kristen manusia hanya ada dua Adam dan Hawa yang  mempunyai banyak keturunan.

Sewaktu masih beraga Hindu, dimana kawitan (kuil asa-usul leluhur) Bapak?
Di Umaduwi. Hubungan kekeluargaan masih baik. Kalau ada hajatan di sana saya selalu diundang begitu juga sebaliknya.

Kalau ayah Bapak namanya siapa ?
Susah mengingatnya.

 

Dahulu sewaktu Bapak beragama Hindu, juga menyebutnya Sang Hyang Widhi. Apa bedanya?
Dulu pada waktu saya masih kecil kami menyebut Ratu Betara, tidak ada yang menyebut Sang Hyang Widhi.

Apa beda Betara dengan Sang Hyang Widhi ?
Sebabnya Agama Hindu bisa menyebut Sang Hyang Widhi, di mana bisa dilihat? Kalau orang jaman dulu sembahyang mereka menyebut ratu betara …. Baru-baru sekarang ini saya mendengar umat Hindu menyebut Sang Hyang Widhi, makanya saya berfikir bagaimana mereka bisa menyebut Sang Hyang Widhi.

Apa beda Betara dengan Sang Hyang Widhi ?
Sekarang tunggal. Betara anak main didiri kita, kalau diri kita sudah jujur maka Sang Hyang Widhi akan dapat kita lihat

Apa beda Sang Hyang Widhi dengan Yesus ?
Kalau niat kita sudah baik, kita akan mengerti kalau niat kita tidak baik belum tentu. Tidak ada perbedaan terlalu jauh, itu berdekatan.

Sewaktu Bapak belajar Kristen berarti Bapak lupa sama sekali lupa dengan Betara, karena ada yang lebih tinggi?
Bukan berarti lebih tinggi dari Ida Betara. Itu adalah tunggal tergantung perbuatan kita.

Kalau dalam istilah Kristen masih ada istilah Betara?
Tidak. Yang ada adalah malaikat.

 

Apa beda malaikat dengan Betara?
Saya tidak paham.

 

Yang  pernah Bapak dengar di Gereja pengertian malaikat itu apa?
 ……… (tidak terjawab)

Jadi Sang Hyang Widhi putra tunggalnya Yesus?
Itu yang saya tahu.

Sewaktu Bapak membuat bank, Bapak percaya dengan Sang Hyang Widhi dari dalam diri?
Saya merasa. Dan selalu berada di jalan yang benar, walaupun banyak yang menipu saya.

Ada saudara dari Kristen yang juga menipu Bapak ?
Ada.  Jangan dikira baru Kristen dia suci.

Pada awalnya siapa yang paling kaya dan banyak punya tanah disini? Ada yang punya tanah sampai satu hektar? Apa rata-rata 10 atau 20 are ?
Ada yang setengan hektar.

Ditanami apa?
Padi.

Air disini bagus ?
Bagus.
Setelah itu baru ketela, 

dimana pertama kali melihat ketela?
Di jalan, di Gringsing. Saya minta pada mereka. Kemudian ditanam. Sampai banyak menghasilkan uang. Pokoknya asalkan kita tidak mempunyai niat jahat. Jangan menyebut agama  ini suci… agama yang ini suci.

Ada yang mengatakan semenjak ia masuk agama Kristen, ia jadi berhenti berjudi, nakal, itu yang saya baca di buku?
Itu hanya pitutur (wacana) kenyataannya serabut.

Bapak suka meceki (main judi memakai kartu ceki)?
Dulu. Kalau ada hari raya Nyepi.

Kalau Nyepi disini sepi ?
Sepi. Kalau di buku memang benar dinyatakan seperti itu, tetapi kenyataannya apa maunya tetap saja dijalankan.

Kalau biasanya ada kejadian-kejadian seperti itu akan dikucilkan oleh pesamuhan (perkumpulan).K alau sampai ketahuan misalnya berselingkuh?
Ada majelis yang akan menanyakan.

Di tanyakan di gereja?
Dicari ke rumahnya.

Ada yang sampai dicari kerumahnya?
Ada.

Apa salahnya?
Membicarakan orang.

Kalau ada yang berselingkuh atau metajen (berjudi sabungan ayam) ada yang sampai diperingati oleh majelis ?
Tidak. Hanya diberikan nasehat.

Apakah di sini ada kuburan yang pernah menjadi sengketa ?
Awalnya kuburan di sini menjadi satu. Saya ingat sewaktu  muncul agama Kristen, Pekak (Kakek) Simpang, meninggal, ini menjadi masalah dengan banjar. Mengadu ke pemerintah, kemudian oleh pemerintah Belanda dikasi gedung sebelah baratnya sebelah, ada sekitar 3 are, tanahnya ada sekitar setengah hektar, itu dikasi. Kok jadi satu lagi, dimana-mana bisa ditanam, baik dari pihak Kristen maupun Hindu. Persatuan itu lama berlangsung. Sampai kemudian ada yang meninggal, tidak diperbolehkan yang Kristen menanam ke sebelah Barat, Hindu sudah mengambil, lain lagi sudah berisi Pura. Waktu itu saya sudah 10 tahun. Semuanya rapat waktu itu, anak-anak juga diikutkan, kemudian saya berkata, berhenti dulu memperbaiki kuburan, banyak berisi kuburan, di mana ditaruh batunya. Batu saja di bawa ke kuburan, kalau kakek mati dikasi pucuk (bunga kembang sepatu) saja. Perkataaan saya itu tidak ada yang bisa menanggapi. Kan kalau kuburan tanah itu dikasi batu, ada yang meninggal, di kasi batu, mati 10 batunya 200, kan habis tanahnya diisi batu. Rapat ini di gereja.

Sekarang tanah di Pangi  apa sudah dibeli?
Tidak tahu.

Biar tidak banyak ngabisin tanah, bisa ngak kuburan itu dibongkar dan ditanami dengan mayat yang lain?
Bisa saja, tergantung si pemiliknya. Kalau menurut saya lebih baik kalau menguburkan mayat, jangan pakai batu, pakai saja salib, ditancapkan diatas kuburannya. Sehingga tidak banyak mengambil tempat.

Kalau disebelah barat ada beberapa banjar itu?
Ada dua banjar, Babakan dan Padang Tawang. Di Babakan masih banyak yang beragama Hindu. Untuk kahyangan tiga sudah dia sendiri yang mengurus.

Dengan pendapat Bapak yang begitu , bagaiman tanggapan masyarakat?
Tidak bisa menangapi. Kalau pendeta Priyana sih setuju. Tapi kalau dia salah dalam bertingkah laku ya saya kasih tahu.

Pendeta Priyana orangnya kan memang pintar, karena sekolah dimana-mana?
Praktiknya yang banyak. Kemanapun sekolah kalau praktiknya kurang, tidak akan bisa apa-apa.dia banyak praktik di Negara.

Bapak ikut pemuda? Pemuda apa namanya ?
Pemuda Veteran.

Berapa orang saudara-saudara Bapak ?
Lakinya 2, perempuan tiga. Saya anak nomor empat. Meninggal tiga.

Semuanya sudah beragama Kristen ?
Katolik.

Sewaktu revolusi ?
Belum.

Sanggah (kuil keluarga)-nya dimana ?
Di sebelah utara.

Sebelumnya, ayah Bapak masih beragama Hindu ?
Setelah saya ikut, beliau juga ikut tetapi menganut agama Katolik. Kemudian saya diberikan rumah.

Karena ikut beragama Kristen ?
Karena miskin.

Sewaktu dapat bagian tanah yang 9 are Bapak tidak dapat bagian ?
Itu tanah sawah.

Dibagi berapa ?
18 berdua, terus dia juga minta bagian. Akhirnya 18 dibagi 3.

Pada waktu itu Bapak sudah menikah ?
Sudah.

Setelah Bapak kaya orang tua Bapak kan senang? Pernah dimintai uang ?
Tidak. Yang penting kita mau kerja.

Sewaktu menikah dan beragama Kristen apakah dimarahi oleh orang tua ?
Tidak. Yang penting kita suka. Dia juga pernah ikut bersama Pan Loting. Tapi akhirnya
Tidak lagi. Agama Hindupun dia tidak peduli lagi pokoknya diam saja.

Siapa yang memelihara sanggah Bapak pada waktu itu ?
Ibu saya. Ke pura pun dia tidak pernah lagi. Kerjanya hanya metajen (judi sabungan ayam)

Sewaktu pindah ke agama Kristen saudara-saudara di Padang Tawang juga banyak yang ikut masuk agama Kristen ?
Setengah.

Kelian banjar (kepala dusun)-nya sudah masuk agama Kristen ? Kalau kelian banjar sudah masuk agama Kristen, yang agama Hindu kemana ?
Wakilnya saja. keliannya tidak.

Pura sebelah mana yang sempat digempur ?
Yang disebelah utara Balai banjar.

Sewaktu jamannya  G 30 S PKI ?
Ya. Massa yang datang dari arah desa Babakan sangat banyak.

Siapa nama Keliannya ?
Made Riwik. Dia pintar ngomong. Yang dicatat pada waktu itu sekitar 7 orang.

Siapa saja yang dicatat pada waktu ?
Guru-guru :  Pak Gung, Tantra, Ripig, Riwih, Bawa.

Wakil keliannya ?
Riwih.

Ada yang sampai masuk penjara ?
Tidak. Karena ketika ditanya “Kenapa puranya di rusak?” jawabnya “Tiang (saya) yang punya.”

Pura Dalem ?
Pura Padonan (pura banjar).

Kapan orang-orang itu menghancurkan pelinggih sanggah (pelataran tempat pemujaan)-nya ?
Sore hari. 

Mukul kentongan ?
Tidak. Mepengarah (pemberitahuan dari rumah ke rumah)

Siapa yang mepengarah kelian atau wakilnya?
Kelian-nya.

Ke rumah-rumah ?
Anak buahnya yang jalan.

Disuruh membawa parang dan alat-alat ?
Tidak. Hanya menggunakan tangan.

Katanya masuk Kristen sewaktu jamannya G 30 S PKI, berarti pura dihancurkan setelah itu ?

Ya.
Sewaktu orang-orang menghancurkan pura, apakah ada 100 orang yang sudah masuk agama Kristen ?

Sekitar 30 orang.
Bagian mana yang di hancurkan terlebih dahulu ?
Bale manyas (Balai Bali-nya).

Sore harinya banyak orang dari Babakan yang datang kemari? Apa membawa parang ?
Tidak. Hanya ngomong biasa.

Sampai sekarang tidak ada berita apa-apa ?
Tidak. 

Di Babakan ada yang beragama Kristen ?
Banyak.
Kalau dengan orang-orang di Tuka mana terlebih dahulu ?
Tuka.

Adik Bapak Katolik ?
Ya. Saya juga biasa membantu orang-orang yang sedang ngayah (kerja bakti) di pura. Tetapi kalau sudah waktunya ke Gereja saya ke Gereja.

Karena Bapak tidak bisa baca tulis, apa yang Bapak lakukan di Gereja ?
Hanya mendengarkan saja. Walaupun  pintar baca tulis tidak jaminan bahwa orang itu baik. Hanya mendengarkan saja saya kira sudah cukup.

Siapa saja penginjil yang suka datang kesini ?
Pak Punyuli yang dari Singaraja juga pernah.

Bapak pernah bertemu dengan Pan Loting ?
Pernah. Saya juga pernah datang ke rumahnya. Beliau lebih tua dari ayah saya.

Apakah beliau mau bicara kalau bertemu dengan Bapak ?
Ya.

Beliau sudah beragama kristen pada waktu itu ?
Sudah.

Apa yang Bapak bicarakan dengan beliau?
“Tidak main topeng lagi.” Beliau bilang sudah tidak bisa lihat apa-apa.

Pan Loting pintar nopeng (menarikan topeng)?
Ya.

Katanya beliau sakti ?
Dengar-dengar.

Bagaimana perasaan Bapak sewaktu pertama kali masuk agama Kristen? Apa karena awalnya istri Bapak? Dia yang minta ?
Lebih sedikit menghabiskan biaya untuk menikah pada waktu itu.

Bagaimana prosesnya pada waktu?
Ngidih (meminang) sesuai dengan adat Bali.

Siapa yang datang, ayahnya Bapak ikut kesana ?
Ikut. Sebelumnya sudah ngomong beberapa hari lagi kita akan datang untuk ngidih. Setelah itu kita datang lagi membawa tipat bantal (aneka jajan). Sebelumnya ngastawa (bersembyang) kehadapan Tuhan yesus, barulah kue di bagikan.

Ada penginjil?
Tidak, hanya saudara-saudara terdekat. Kecuali kalau di Gereja.

Memakai istilah mepamit (minta diri, memisahkan diri secara perdata dengan keluarga)?
Dengan orang tuanya saja.

Siapa nama baptis Bapak ?
Ketut Rendig.

Berapa motong sapi ?
Saya miskin pada waktu itu, jadi tidak motong apa-apa.

Masih ada tradisi ngelawar (masakan khas Bali) pada waktu itu ?
Masih. 

Jadi kalau menikah mengundang banjar ?
Ya.

Apa karena mereka melihat Bapak beragama Kristen jadi mereka ikut ?
Tidak. Keinginan mereka sendiri. Tidak ada istilah ikut-ikut.

Katanya ibu masuk Kristen karena takut (sewaktu jaman G 30 S PKI) karena hanya 7 orang saja yang masih beragama Hindu?
Karena habis berarti beban kita kan makin berat kemudian ikut.

Berapa KK yang sudah ada ?
80 KK.

Berapa yang masih beragama Hindu ?
Habis. Setengahnya sudah Katolik. Satu banjar, satu kelian.

Keliannya di mana ? Kemudian apa guna banjar karena kita sudah berlainan agama ?
Suka duka, kalau ada orang meninggal.

Kalau ada orang Protestan yang meninggal, apakah orang Katolik mau ikut ?
Mau. Upacaranya secara Protestan.

Apa yang di buat?  Apakah sama dengan orang Bali ?
Sama membuat peti.

Pura banjarnya sekarang dimana ? apakah yang sudah di hacurkan itu ?
Masih disana.

Siapa yang memelihara ?
Banjar, yang suka membersihkan.

Masih ada orang maturan (memberikan persembahan)?
Tidak ada.

Menghancurkan juga tidak berani takut ada yang ribut?
Purinya masih.

Apakah Bapak pernah mendengar siapa yang terlebih dahulu beragama Kristen di Padang Tawang, temennya Pan Loting ?
Pan Loting dari Buduk.

 

Pan Loting yang suka main kemari ?

Bukannya dia yang suka main kemari, di Buduk saja.

 

Dia memeluk dua agama?

Tidak.  Selain beragama dia juga nopeng (menarikan topeng).

Pan Loting juga seorang dukun ?

Yang saya dengar justru Gusti Sanur.

 

Anak Bapak pintar-pintar, ada yang menjadi pendeta. Selain itu jadi apalagi pak?

Yang di Denpasar menjadi perawat. Sebelumnya adik ipar saya yang menjadi perawat. Saya melihat banyak yang berobat, itu sebabnya saya tertarik agar salah satu anak saya menjadi perawat. Akhirnya menjadi kenyataan. Akhirnya saya sekolahkan dia di luar Bandung karena kebetulan ada saudara sepupu saya yang di sana, sampai akhirnya dapat pekerjaan. Saya berkeinginan juga kedua anak saya yang lain menjadi dokter. Saya sudah mempunyai pemikiran demikian walaupun saya tidak pernah kemana-mana. Ke Denpasar pun saya jarang.

Dimana Pak mencari uang pada waktu itu ?
Ngutang di bank.  Kira-kira 5 tahunan saya menjadi bank.

Berapa dia membawa uang pada waktu itu?
Satu setengah juta. Setiap bulan mengirim seratus ribu.

Tahun berapa pada waktu itu ?
Pada waktu itu dia berumur 18 tahun. Sekitar tahun 1970-an. Karena saya sudah terlanjur janji kalau dia mau melanjutkan saya akan berikan. Uang yang satu setengah juta tersebut dia pergunakan untuk membeli keperluan disana seperti sepeda.

Ada Anak Agung  (golongan ksatria) dan Ida Bagus (golongan brahmana) yang masuk Kristen ?

Tidak.  Jaba (orang bisa) saja.

Kalau yang di Buduk banyak Ida Bagus yang masuk Kristen ?
Saya kurang tahu.

Sewaktu Pendeta Priyana mulai sekolah Bapak masih kaya ?
Saya masih bisa mengejarnya. Bank saya  masih jalan.

Apakah dia mendapat uang yang sama dengan kakaknya ?
Rencana saya terhadap anak saya tersebut adalah kalau dia mau memenuhi keinginan saya untuk menjadi dokter barulah saya berikan uang yang satu setengah juta tersebut. Saya tanya kenapa dia mencari sekolah itu kemudian dia jawab “Itulah dokter.” Kemudian saya tanya kembali, “Dokter apa?” dia jawab “Dokter jiwa.” Saya sampai tidak bisa ngomong apa-apa. Kemudian anak saya yang paling kecil (perempuan), saya minta dia untuk melanjutkan ke sekolah dokter dan dia menyanggupinya, tetapi karena bujukan kakaknya akhirnya dia juga masuk sekolah pendeta.

Sekarang Bapak sudah lega karena anak Bapak sudah ada yang menjadi pendeta ?
Tidak juga, terserah dia. Tetapi banyak orang yang bilang dia pintar. Umat yang bilang kalau dia pintar bicara (memberi kotbah).

Pernah mendengar anak Bapak memberi kotbah ?
Ya.

Kalau ke Gereja memakai celana ?
Kain.

Pakai udeng (destar)?
Tidak.

Teman sebaya Bapak berapa orang yang masih hidup ?
Tidak ada, hanya saya saja.

Apa yang menyebabkan Bapak bisa sehat sampai sekarang ? Mungkin karena jujur ?
Yang terpenting antara pikiran dan keinginan tersebut hanya ada dalam diri kita. Kalau kita hanya mejalankan keinginan saja tidak akan baik jadinya. Yang terpenting adalah pineh (pikiran),  keneh (keinginan), dan rasa.

Itu yang selalu pak laksanakan? Di dalam kotbah juga ada yang demikian ?
Hanya ada tidak boleh membicarakan orang.

Kalau Bapak sendiri lebih senang mendengarkan kotbah dari pendeta siapa ?
Pak Timonoli, dia sangat pintar dalam memberikan kotbah.

Bapak banyak mendapat pelajaran dari sana ?
Sejalan dengan pemikiran saya.

Pelajaran apa yang telah Bapak dapatkan dari pendeta tersebut yang masih Bapak ingat sampai sekarang ?
Tingkahnya.

Sewaktu kecil katanya anak Bapak diajak oleh neneknya ?
Ya. Dia diambil oleh mertua saya. Karena disana tidak ada anak kecil. Dia cukup lama disana sampai SMP.

Jaman dulu masih memakai tembok popolan (bata yang belum matang)?
Paras (batu padas)

Di daerah asal mertua Bapak juga sudah tidak ada yang masih hidup?
Tidak. Sudah meninggal semua. Saya jarang melihat orang yang sebaya saya masih hidup.

Teman-teman Bapak sesama pemuda pada jaman revolusi yng masih hidup sampai sekarang siapa saja? Yang pernah membongkar sanggahnya masih hidup?
Sudah tidak ada.

Mana lebih tua, Bapak atau dia ?
Sebaya. Saya disayang oleh dia, dia pernah saya ajak main pencak (silat)

Dimana Bapak belajar pencak ?
Di Padang Tawang. Gurunya dari Tegal Jaya.

Kira-kira umur berapa ?
17 tahun.

Pada jaman revolusi, apakah saudara-saudara Kristen juga ikut menyingkir?
Banyak. Bahkan Bapak Suweca yang dari  Untal-Untal menjadi ketua dan mempunyai anak buah sekitar 40 orang.

Gereja itu tanah milik siapa ?
Tanahnya Kantun dari Palasari. Di tukar dengan tanah sawah milik gereja.

Sebelum disini letak gerejanya dimana ?
Disebelah barat balai banjar.

Tanah milik siapa?
Nang  (ayah dari) Simpang.

Sewaktu gereja di tanahnya Pan Simpang, Bapak masih ingat ?
Agak ingat.

Pada waktu itu Bapak sudah ingin masuk gereja ?
Belum mengerti apa-apa.

Bagaimana ceritanya kenapa gereja bisa memiliki tanah?
Beli.

Siapa yang memberikan uang ?
Kita ngaturan (memberikan persembahab). Saya cukup lama ikut disana.

Bagaimana ceritanya Bapak bisa terpilih menjadi bendahara? Siapa yang memilih ?
Pesamuan (perkumpulannya-nya.

Bagimana pesamuan itu ?
Terdiri dari beberapa KK. Pada waktu itu ada 27 KK. Dipilih dengan memakai lidi. Yang mendapatkan lidi dia yang dipilih.

Ada berapa  waktu itu ?
Lima.

Siapa saja calon yang bisa Bapak kalahkan ?
Luwih, Cara, Rujuk, keempat saya, kelima Ketib. Saya yang mendapat suara terbanyak di tugaskan memegang uang.

Berapa gerejanya memiliki uang pada waktu itu ?
150 ribu.

Bisa untuk membeli sawah pada waktu itu ?
Kalau banyak uang yang lebih di Padang Tawang akan diberikan tambahan. Akhirnya ditambahkan sampai bisa untuk membeli tanah.

Berapa are?
3 are.

Uang 200 mendapatkan berapa ?
Sampai mendapat sawah sebanyak 20 are. Selama itu hanya dapat beli sawah hanya 3.
Berapa rupiah orang harus membayar setiap bulannya ?
Tergantung penghasilannya.

Dicatat?
Ya. Kemudian di bacakan.
Karena pada waktu itu Bapak pintar mencari uang, berapa Bapak menyumbang pada waktu itu ?
Tidak ada yang mengalahkan. Kalau orang lain menyumbang 13 ribu, saya 50 ribu. Tetapi tidak rutin.

Kalau dihitung-hitung sampai berapa kali Bapak sudah menyumbang ?
Selain uang juga barang-barang. Seperti padi. Sekitar 11 seet (ikat)

Apakah benar kalau Bapak maturan (memberikan persembahan ) pada akhirnya akan mendapatkan lebih dari itu ?
Ya. Kalau tidak diikuti kita akan merasa berhutang. Apa yang menjadi keinginan akan terkabul.

Sewaktu anaknya Bapak masuk perawat, apakah mesangi (mengucapkan kaul) ke Gereja?
Dalam hati saja.

Sewaktu Bapak menyumbang 50 ribu memang iklas ? 
Ya. []

No comments:

Post a Comment