Thursday, May 19, 2016

Karena Kakek Saya Masuk Kristen dan Marahlah Lingkungan Itu




Pengantar
Pendeta I Wayan Sunarya lahir di Blimbingsari tahun 1945. Dia terlahir sebagai orang Kristen, mengikuti agama orangtuanya. Ayahnya berasal dari Desa Sading Badung, bersama dengan kakeknya tergabung kelompok perintis berdirinya Desa Blimbingsari  tahun 1939. Saya datang ke rumah beliau dan menginap selama dua malam, untuk bisa mengamati secara langsung kehidupan komunitas Kristen Protestan di Desa Blimbing Sari, tata cara mereka bersembahyang di gereja. Gereja berada persis di depan rumah Pendeta Sunarya. Berikut ini adalah cerita Pak Pendeta Sunarya. Di sela-sela itu, saya sempat berbincang-bincang dengan Pendeta I Wayan Sunarya sebagai berikut:

Bagaimana asal-usul keluarga Pak Pendeta Sunarya?

Kami adalah mempunyai kakek tiga orang dan yang menerima kekristenan itu hanya tiga orang. Kakek saya sendiri namanya Wayan Rike, satu lagi pekak Sukir atau sering dipanggil pekak Giri. Semua saudara kakek saya ini adalah laki-laki dan hanya tiga orang yang masuk Kristen.
Tentang keluarga saya, sewaktu kakek saya masih kuat, ia agak kurang memperhatikan persawahan, tetapi dia itu memang termasuk kuat didalam mengambil kebiasaan kesenangannya itu, seperti menyabung ayam, mekelesan (judi yang menggunakan uang kepeng sebagai media), dan ini bukan saja di Denpasar saja, tetapi juga di Soka juga dan malahan orang disana itu meminta kakek saya itu menjadi anak angkatnya, karena begitu pintarnya dia di dalam mengkoordinasi orang main (makelesan). 

Monday, May 9, 2016

Dari Sinilah Berkembangnya Agama Kristen Itu Melalui Saudara



 Nama Informan: Made Paul Sujana
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara : Desa Buduk, Minggu 22-Juli-2001
Transkriptor : Putu Yuliani, Staf TSP
Korektor : Nyoman Wijaya

File ini berbicara tentang identitas Pan Loting, seorang tokoh yang mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Kristen di tahun 1930-an di Bali Selatan. Supaya jalan cerita file ini bisa dimengerti, silakan baca juga “Karena Saya Sama Sekali Tidak Pernah Melihat Tuhan Secara Nyata,” “Setelah Menjelang Meninggal Dia KembaliMasuk Kristen,” “Tidak, yang Ada DariHindu Masuk Ke Kristen,” “Setelah Masuk Kristen Dia Kan Lantas DapatSumbangan,” “Setelah Mau Meninggal Dia Kembali Beragama Kristen,” “Biarkan AkuSaja Yang Masuk Kristen, Kamu Jangan Ikut.


 


Apakah bapak bisa ceritakan siapakah generasi yang pertama, yang saya tahu dan baca di sini bapak lahir 1932 dari generasi ketiga, siapakah generasi pertama?
Generasi pertama adalah Pan Loting yang nama sesungguhnya I Made Gepek, dia adalah asli Buduk.

Berapakah saudara dari Pan Loting?
Yang saya ingat kakek saya yang paling tua yang namanya I Ketut Legi dan yang kedua, cerita ini diceritakan oleh I Bukit adik bapak saya terkecil. I Ketut Legi mempunyai 7 orang anak yaitu (1) Ni Luh Bungkalan, (2) I Made Rimbagan, (3) Nyoman Clebing, (4) Ketut Tumbah, (5) Made Sampik yaitu bapak saya sendiri (6) Luh Bukit, (7) Nyoman Lalis.

Thursday, May 5, 2016

Biarkan Aku Saja Yang Masuk Kristen, Kamu Jangan Ikut

Nama Informan : I Made Gubeg, alias Pan Made Suarda (3)
Tempat Wawancara : Banjar Balangan, Dewa Kuwum, Badung
Tanggal: 5 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP



Berarti disamping dia itu jahil, Pan Loting juga ada baiknya?
Ya.

Berarti kalau saudara-saudaranya itu semuanya dikasi bekal (jimat) kan gitu jadinya?
Ya. Jika memang orang yang jahat maka yang jahat juga akan digunakan untuk memusuhi dan jika yang baik, maka tidak akan ada yang berani menjahili. jadi mana ada yang mau berbuat jahat sama orang yang baik, jadi orang yang jahat itu kan yang dilawan itu kan juga orang yang jahat.  Jadi kalau leak itu kan tentu saja yang dilawan itu adalah leak juga, siapa yang ingin metantang baya  (bahaya) dan ingin mengadu kesaktian maka itu juga yang akan dilawan. Kalau kita bagaimana caranya melawan orng kita itu tidak bisa main silat atau yang lainnya dan kita juga tidak membawa apa-apa, jad kan percuma dia melawan orang yang bodoh. Makanya orang yang bodoh yang paling menang.

Berarti yang mengalahkan Kakek  Loting  itu kan sakti sekali jadinya?
Ya dan di sana di kuburan Penarunga,  katanya dia dilawan. Itu yang mengalahkan katanya orang yang dari Penebel yang dari Tuak Ilang.

Apa itu masih sekarang hidup?
Kalau itu saya kurang tahu, karena itu kan setelah saat tahun 1968 saat itu bulan enam. Lalu saya dikasi tahu sama ayah saya yang , kalau kakek Loting Loting itu sudah kalah bertanding dan dia sudah meninggal.

Kalau Kakeknya yang disini itu ikut dia ke rumah sakit menengok itu?
Tidak. Kakeknya yang di sini (Banjar Balangan) saya tunggui.

Saat itu Kakek loting tidak dapat minta obat?
Tidak, hanya bilang kalau dia itu kalah saja.

Kalau Kakek Loting itu mengobati bagaimana caranya dia? Pakai mantra, minyak atau air?
Kalau dia mengobati saya, dia hanya pakai air ludah saja. Kalau saya misalnya gatal, maka hanya air ludahnya saja yang dipakai mengobati, maka sembuh gatal-gatalnya saya itu.

Monday, May 2, 2016

Setelah Mau Meninggal Dia Kembali Beragama Kristen




 Nama Informan : I Made Gubeg, alias Pan Made Suarda  
Tempat Wawancara : Banjar Balangan, Dewa Kuwum, Badung
Tanggal: 5 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Kalau kakeknya yang di sini apa pernah diajak ikut masuk Kristen?
Ya pernah.

Nah bagiamana ceritanya, kalau cerita yang didengar langsung sudah selesai dan sekarang cerita yang pernah didengar dari orang lain. Bagaimana Kakek Loting-nya memanggil yang kakeknya yang di sini?
Made. Kakeknya yang di sini kan tidak mau karena dia tidak cocok, artinya kan tidak cocok beragama Kristen, karena diajak tidak mau itu yang menyebabkan kakeknya dimusuhi.

Friday, April 29, 2016

Setelah Masuk Kristen Dia Kan Lantas Dapat Sumbangan



Nama Informan : I Made Gubeg, alias Pan Made Suarda (1)
Tempat Wawancara : Banjar Balangan, Dewa Kuwum, Badung
Tanggal: 5 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP



Pengantar:
Saya sedang mencari informasi yang lebih jelas mengenai Pan Loting dari sudut pandang keluarganya yang masih beragama Hindu. I Made Gubeg adalah salah satu dari darinya, selain Ketut Rada, Made Darma, dan Nyoman Bukel yang sudah diwawancarai pada kesempatan lain. I made Gubeg adalah seorang cucu dari Pan Loting yang merupakan anak dari keponakannya bernama Made Jerug. I Made Gubeg adalah kakak dari Nyoman Bukel. Wawancara kali ini akan banyak sekali bercerita mengenai leluhur Pan Loting yang disebut Pasek Badak. Pasek Badak diyakini oleh para keturunannya sebagai orang yang mampu mengalahkan Raja Mengwi. Karena ada Pasek Badak, hanya Desa Buduk yang belum bisa dikalahkan oleh Raja Mengwi, dalam upayanya menyatukan dan desa-desa yang ada dalam wilayah kekuasaannya, menjadi kerajaan besar. Namun karena kesetiannya terhadap raja, maka dalam suatu perang tanding dengan raja, Pasek Badak bersedia mengalah dengan cara membuka rahasia kesaktiannya, berupa cane  (sirih yang biasa dipakai dalam suatu rapat. Untuk jelasnya lihat file “Katanya, Karena Saya Sama Sekali Tidak Pernah Melihat Tuhan Secara Nyata”; “Setelah Menjelang Meninggal Dia Kembali Masuk Kristen”; dan “Tidak, yang Ada Dari Hindu Masuk Ke Kristen.”

Tahun berapa Kekek Loting meninggal?
Sekitar 1968 bulan 6.

Oh jadi tahun 1968 hilang (meninggal) begitu?
Ya. Habis bertarung (adu kesaktian ilmu leak) dia di Penarungan. Di Penarungan dia kalah, dia kan jadi bukur (menara usungan [sekah, perwujudan orang yang meninggal dibuat dari kayu cendana dan lain-lain dalam upacaya pitra yadnya {upacara yang terkait dengan siklus kehidupan manusia} ] yang bertingkat menjulang tinggi dengan hiasan berwarna serba putih dan kuning) dan dikalahkan sama Garuda.

Bukur itu apa?
Ya yang berupa kesaktian pengleakan.

Bagaimana rupa bukur itu?
Saya kan tidak tahu.

Kalahnya melawan Garuda gitu?
Ya.

Orang dari mana yang mengalahkan dia?
Dari Tuak Ilang, Penebel.

Berarti kan lebih sakti jadinya dia?
Ya lebih sakti. Kakek Loting itu sudah seratus kali mengalahkan lawan, tapi dia itu malah kalah dengan lawannya yang ini. Dia itu kan sakti. Dia itu sering istilahnya metangtang (saling menantang) di kuburan Penarungan.

Nah saat dia kalah itu siapa yang bilang seperti itu, aapak Pekak Loting-nya?
Pekaknya dia kan bilang begini, “jani bapa suba kalah, baang bapa ngidih yeh.” (sekarang Bapak sudah kalak, ijinkan Bapak minta air). Hanya air saja sedikit saat menjelang ajalnya karena sudah kalah saat dia jadi Bukur dan dikalahkan oleh Garuda, saat bertarung di Kuburan Penarungan. (Maksudnya begini: dengan menggunakan ilmunya, Pan Loting berubah wujud menjadi sebuah bukur, sedangkan lawannya berubah menjadi seekor burung garuda)

Lalu siapa yang dimintai air?
Ya keponakannya dan keluarganya di rumah.

Thursday, April 28, 2016

Tidak, yang Ada Dari Hindu Masuk Ke Kristen


 Nama Informan                      : Ketut Rada (50 tahun)  (3)
Pewawancara                         : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara               : Banjar Pasekan, Buduk, Badung
Tanggal                                   : 6 Januari 2002
Transkriptor                            : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin Tsp
Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Saya masih sedang berusaha mencari bukti-bukti bahwa Pan Loting mendua, bimbang setelah dia memeluk agama Kristen. Sulit sekali mencari bukti-buktinya, sehingga saya harus berputar-putar untuk mendapatkan jawaban, karena sekalipun para informan punya hubungan keluarga dengan Pan Loting, namun selisih umur mereka terlalu jauh menyulitkan hal itu. Kisah wawancaranya sebagai berikut:


Nah sekarang kalau cucunya Kakek Loting, yang ayahnya kena G30S/PKI itu sekarang dimana?
Di rumahnya ada dua, di Kwanji satu, di Malang satu, di Sulawesi satu.

Itu anaknya Pak Bacol itu ya?
Ya.

Berarti kan Kristen semuanya?
Ya Kristen.

Nah sekarang ada tidak konflik karena tanah warisan itu, di antara keluarga Kristen?
Tidak. Sedangkan paibon yang ada di karang (pekarangan rumah)-nya dia, sekarang itu secara suka rela diberikan sama dia, untuk dijadikan jaba (halaman paling luar dalam suatu pura)  kalau dulu jaba-nya kan menghadap keselatan ya dan bercampur dengan karang (halaman rumah)-nya dia dan sekarang itu semuanya sudah terpisah. Dan itu diberikan secara sukarela.

Wednesday, April 27, 2016

Setelah Menjelang Meninggal Dia Kembali Masuk Kristen



Nama Informan                      : Ketut Rada (50 tahun)  (2)
Pewawancara                         : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara               : Banjar Pasekan, Buduk, Badung
Tanggal                                   : 6 Januari 2002
Transkriptor                            : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin Tsp
Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Setelah wawancara, saya diajak oleh Ketut Rada melihat-melihat pura keluarga Pan Loting sebagai berikut:

Kalau yang disebelah selatan pura-nya itu?
Ya itu pura Kakek Loting.

Kalau yang disebelah utara Pura?
Kalau yang disebelah utara pura-nya saya. Karena puranya tidak dikasi agak keselatan, maka terpaksa di ke utarakan lagi sedikit.

Monday, April 25, 2016

Katanya, Karena Saya Sama Sekali Tidak Pernah Melihat Tuhan Secara Nyata

Nama Informan                      : Ketut Rada (50 tahun)  (1)
Pewawancara                         : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat Wawancara               : Banjar Pasekan, Buduk, Badung
Tanggal                                   : 6 Januari 2002
Transkriptor                            : Dewa Ayu Satriawati, Staf Admin Tsp
Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Pengantar
Saya diantarkan ke rumah Ketut Rada oleh Nyoman Bukel, asal Banjar Balangan, Desa Sembung, Mengwi yang masih merupakan salah satu cucu Pan Loting, anak dari seorang keponakannya (Made Jerug). Dia sering ikut memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan kepada Ketut Rada. Sama dengan Nyoman Bukel, Ketut Rada masih satu paibon (tempat pemujaan leluhur dari keluarga yang masih jelas pertalian kekerabatannya dengan Pan Loting. Pan Loting  (nama aslinya Made Gepek) adalah  seorang dukun sakti  masuk ke agama Kristen karena ingin melihat Tuhan secara kasat mata. Dan disebut-sebut pernah dikalahkan oleh Tsang To Hang (zending) yang penyebarkan agama Kristen di Bali tahun 1930-an. Supaya lebih jelas, silakan file “Kesabaran Orang-Orang Kristen Itu Membuat Saya Tertarik” dan “Meskipun Secara Kristen Saya Ucapkan tetapi dalam Hati Saya Lain.
            Dalam perjalanan menuju ke rumah Ketut Rada, saya sempat bercakap-cakap dengan Nyoman Bukel sebagai berikut:

Dapat surat edaran saja untuk menonoton, perang api  mebarungan di kuburan Penarungan. Dapat surat edaran gitu?
Ya edaran langsung.

Satu Keluarga, yang Wanita Kristen dan yang Lakinya Hindu




Nama Informan                      : Gusti Bagus Budiantara (2)
Tempat wawancara                : Desa Gitgit, Dusun Sukasada, Buleleng
Tanggal                                   : 18 Maret 2002
Pewawancara                         : Arya Suharja, tim peneliti TSP 
Transkriptor                            : Dewa Ayu Raka Satriawati, tim admin TSP Korektor                                  : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Berapa KK jemaat yang di Gitgit ini?
Kalau di sini itu cuma, lima setengah. Jadi kenapa saya itu katakan lima setengah, satu keluarga, yang wanita Kristen dan yang lakinya Hindu. Tapi diluar jemaat ini, seperti di Denpasar dia itu bisa pindah secara formal, belum dia pindah.

Kalau stambuk yang ada di Gereja Gitgit, sampai sekarang itu ada berapa pak?
Sebenarnya stambuknya itu memang rapi sekali, dan itu dari jaman-jaman lama itu memang sudah ada, hanya sayangnya stambuk itu dipinjam oleh pak Wayan Sugiri Usada dan dia adalah mantan bendahara GKPB.

Belum dikembalikan?
Belum, itu kan teman saya yang menyerahkan.

Sunday, April 24, 2016

Cara Menyebarkan Firman Itu Sangat Sederhana Sekali




Nama Informan                     : Gusti Bagus Budiantara (1)
Tempat wawancara               : Desa Gitgit, Dusun Sukasada, Buleleng
Tanggal                                   : 18 Maret 2002
Pewawancara                        : Arya Suharja, tim peneliti TSP 
Transkriptor                           : Dewa Ayu Raka Satriawati, tim admin TSP
Korektor                                 : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Hari ini tanggal 18 Maret 2002, saya Arya Suharja dari TSP sedang berada di Gitgit, Desa Gitgit, Dusun Sukasada, sedang behadapan dengan Bapak I Gusti Bagus Budiantara, beliau ini lahir tanggal 24 Mei 1947.

Pak Gusti bisa ceritakan sedikit tentang latar belakang keluarganya Pak Gusti?
Terima kasih atas kesempatan yang sangat bagus ini, nah sesuai apa yang pak minta saya akan terangkan sedikit mengenai latar belakang atau keadaan keluarga saya. Saya adalah putra dari Gusti Bagus Diksa namanya, yang dulu juga pendeta di Gereja Bali jamannya Pak Ketut Suweca itu. nah kalau sekarang beliau itu sudah almarhum. Beliau itu meninggal dua tahun yang lalu. Beliau kan sempat pulang dan dua bulan di sini dan kemudian dia itu meninggal di Sulawesi. 

Saturday, April 23, 2016

Sudah Pindah Agama Juga Tidak Sembuh




Nama Informan         :  Pendeta I Gusti Putu Puger (4) 
Pewawancara            : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Tempat                       : Bongan, Munduk, Tabanan, 6 September 2001
Transkriptor               : Dewa Ayu Satriawati, staf admin TSP
Korektor                     : Nyoman Wijaya, Ketua TSP



Sekarang saya sedang berhadapan dengan istri dari pendeta I Gusti Putu Puger.

Katanya ibu asalnya dari Plambingan?
Ya, saat saya masih kecil.

Berarti sudah Kristen dari kecil ya?
Ya, tapi ibu saya tidak mau.

Plambingan itu dimana?
Di sebelah barat Banjar Anyar.

Thursday, April 21, 2016

Allahku Adalah Tabib Yang Sejati, Allahku Gembala yang Baik


Allahku Adalah Tabib Yang Sejati, Allahku Gembala yang Baik

Nama Informan         :  Pendeta I Gusti Putu Puger (3)
Pewawancara            : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat                        : Bongan, Munduk, Tabanan, 6 September 2001
Transkriptor               : Dewa Ayu Satriawati, staf admin TSP
Korektor                     : Nyoman Wijaya, Ketua TSP



Tadi itu kan ceritanya tentang saudara-saudara yang baru akan mulai masuk atau pindah agama, kan jadinya Desak Mundri yang sudah dapat ke Blimbing Sari, dia juga kan sudah menyebarkan agama Kristen di sana, tetangganya yang lain apakah juga ada?
Ya.

Apakah juga tidak dapat mengobati orang di sana?
Tidak ada lagi cuma itu saja. Desak Ketut sekeluarga saja. Cekeg itu kan balian dan merupakan orang yang di segani di sana, bahkan hampir di pakai pedanda (pendeta) di sana.

Sekarang apakah beliau sudah meninggal?
Ya, dia sudah meninggal.

Wednesday, April 20, 2016

Lalu Saya Bilang Padanya Asalkan Kamu Percaya Pada Kristus


Lalu Saya Bilang Padanya Asalkan Kamu Percaya Pada Kristus

Nama Informan         :  Pendeta I Gusti Putu Puger (2)
Pewawancara            : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Tempat                        : Bongan, Munduk, Tabanan, 6 September 2001 
Transkriptor               : Dewa Ayu Satriawati, staf admin TSP 
Korektor                     : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Pengantar
Selama wawancara berlangsung pada tanggal 6 September 2001, Pendeta I Gusti Putu Puger didampingi oleh istrinya. Pada akhirnya istrinya terlibat dalam wawancara sebagai berikut:  

Jadinya kan Pak Pendeta nyambil (sambil mengerjakan sesuatu) sekolah di sana?
“ Ya, nyambilang, saat itu kan saya sedang hamil tua dan saya ditinggal masuk saat saya sedang hamil, saya tinggal bersama anak saya satu dan saya juga hamil tua, dan saya juga tetap sabar di rumah sendiri. Sesudah pulangnya tidak ada selama dua bulan di rumah, lalu anak saya lahir dan sekarang anak saya itu tinggal di Jakarta, dan juga sudah menjadi Pendeta di Jakarta,” kata istri Pendeta I Gusti Putu Puger).

Tuesday, April 19, 2016

Paling Penting Mendapat Sorga dan tidak Perlu Ngaben.



Nama Informan         : Pendeta I Gusti Putu Puger (1)
Pewawancara            : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Tempat                        : Bongan, Munduk, Tabanan, 6 September 2000
Transkriptor               : Dewa Ayu Satriawati, staf admin TSP
Korektor                     : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Pengantar
Hari ini tanggal 6 September 2000, saya Nyoman Wijaya dari TSP, sedang berada di banjar Bongan, Munduk, lingkungan Bongan Pala, Tabanan di hadapakan bapak Pendeta I Gusti Putu Puger, dari Jero Kaler.

Selamat pagi Bapak Pendeta saya ingin bertanya sedikit, tadi dikatakan tamat sekolah kelas tiga tahun 1930, di mana sekolahnya dulu?
Di Beda.

Berapa jaraknya dari sini?
5 kilo.

Pada waktu itu kan berarti bapak pendeta belum berganti agama, dan masih beragama Hindu?
Ya, belum.

Monday, April 18, 2016

Jangan Dikira Baru Kristen Dia Suci

Nama Informan : Ketut Rending
Tempat , Banjar Padangtawang, Canggu, Kuta,  8 Juni 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya,  Ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Kalau Natal apakah Kristen Katolik dan Protestan saling mengunjungi ?
Sama.

Kalau jaman dulu Bapak ke Gereja memakai celana panjang atau ?
Memakai kain. Laki dan perempuan memakai kain.

Kalau jaman dulu perempuan ke Pura memakai baju ?
Ya. Memakai anteng, yang laki memakai kancut.

Kalau hari-hari apa saja memakai udeng ?
Natalan.

Kalau Kamu Mau Percaya dengan Yesus, Berdoa Sembuh




 Nama Informan : Timotius
Tempat wawancara : Banjar Untal-Untal, Desa Dalung, Badung  4 April 2002.
Pewancara : Putu Ayu Rastiti dan Rilla Nugrahen, tim peneliti TSP
Transkriptor     : Dewa Ayu Satriawati, staf admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Pengantar



Sunday, April 17, 2016

Kita Berdoa Bersama Kamu Pasti Sembuh, Saya Yakin




Nama Informan : Timotius
Tempat Wawancara, Banjar Untal-Untal, Dalung, Badung 20 Juli 2001
Pewancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Putu Yuliani, peneliti TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Bapak lahir tahun berapa?
Saya lahir tanggal 28 Nopember 1931. Kakek saya adalah cikal bakal orang Kristen di Bali. Beliau bernama I Wayan Gerut, dan istrinya bernama Ni Wayan Munung. Kakek saya bersaudara tiga orang (I wayan Gerut, Kt Gereda, dan wanita satu orang bernama Nyoman Marak)

Friday, April 15, 2016

Meskipun Secara Kristen Saya Ucapkan tetapi dalam Hati Saya Lain


Nama Informan  : Pendeta Ketut Daniel (2)
Tempat Wawancara: Banjar Untal-Untal, Dalung, Badung 8 Februari 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Wahyuni, tim peneliti TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Terus bagaimana perubahan Bapak setelah percaya Yesus? khan banyak sekali perbedaannya seperti karma phala? Bagaimana cara Bapak melupakan ajaran karma phala, apa Bapak masih terbawa-bawa ?
Waktu saya masuk ke agama Kristen sebab ajarannya itu begini, percaya kepada Tuhan Yesus dosa hilang, seperti tadi itu, “percaya ja.....percaya ja.....tuah ja (memang benar) percaya”. Nyanyian-nyanyian itu diberikan waktu itu, bagus sekali, gampang keselamatan kita, cukup percaya, tidak perlu bikin caru, Tsang To Hang mengajarkan itu tidak perlu potong kambing, potong ayam, karena caru yang suci itu adalah Isa Almasih caru, percaya saja. Nah nyanyiannya itu, “percaya ja......percaya......tuah percaya ja...”. Itu diajarkan begitu dulu secara berulang-ulang sampai mendarah daging. Itu orang-orang Kristen itu begitu gembira-gembira, pada waktu mereka sudah nyanyiannya apa : ”Ngutang iris Tuhan Yesus, ninting kencang ...” Nah itu diajarkan Tsang To Hang. Jadi cara pengajaran Tsang To Hang saya nilai adalah dia mengajarkan sesuatu berlagu, menyanyi, jadi dengan begitu gampang diingat. Sama dengan di Bali khan begitu juga, dengan makekawin, itu yang diikuti Tsang To Hang cara-caranya. Yang dia katakan dengan caru itu, di Bali khan ada caru, dia pakai itu Isa korban caru yang suci. Itu yang dipakai, itu yang mengetuk hati orang-orang.

Thursday, April 14, 2016

Kesabaran Orang-Orang Kristen Itu Membuat Saya Tertarik



 Nama Informan  : Pendeta Ketut Daniel (1)
Tempat Wawancara: Banjar Untal-Untal, Dalung, Badung  8 Februari 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Wahyuni, tim peneliti TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

  
Bapak lahir tahun 1920, berarti sudah dewasa pada zaman Jepang dan bahkan zaman Belanda ?
Zaman Belanda sudah dewasa, dan sudah sekolah di Makasar.

SR,  Volkschool dimana ?
Di sini, di Sempidi, yang di tikungan itu.

Yang dekat pasar itu, khan berdiri tahun 1918 ya ?
Ya.

Bapak angkatan pertama ?
Tidak. Ada yang duluan.

Wednesday, April 13, 2016

Kalau Dia ke Sana Pasti akan Jadi Kristen, Kalau Bisa ya Jangan Semuanya Jadi Kristen.

 Nama Informan : Wayan Jagra (Pan Sadi Adnyana)

Tempat : Di Desa Sudimara, 13 September 2001
Pewancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Wahyuni, tim peneliti TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Pengantar
Hari ini tanggal 13 September 2001, saya Nyoman Wijaya dari TSP sedang berada dalam perjalanan menuju Sudimara Tabanan. Kita sedang berada dalam perbatasan desa Dalung dan Abian Base, di desa perbatasan ini ada sebuah kuburan. Sebelum sampai di tempat tujuan, saya sempat mewancarai Pendeta Wayan Sunarya, merupakan pendamping kami dalam melakukan penelitian sejarah konversi agama di Bali, sebagai berikut:

Hanya Berdoa Minta Tolong Kepada Ida Sang Hyang Yesus

Nama Informan : Ni Ketut Renih (2)
Tempat wawancara : Jalan Raya Seminyak, tanggal 16-11- 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Putu Yuliani, staf admim TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Saat ini mertua ibu kan sudah meninggal , apakah dikubur secara Kristen , ditanam?
Sudah dikubur. Kuburannya berjejer, di sebelah urata gereja.

Apakah tidak sulit mencari tanah ?
Tidak, karena diberikan oleh pemerintah. Bapak dan ibu saya sudah dikubur di tanah yang lain lalu diusir dan akhirnya diberikan tanah oleh pemerintah.

Pemerintah Jepang?
Pemerintah Belanda. Diberikan tanah kuburan di sebelah timur Gereja di Legian. Mayatnya diangkat kesana, dipindah agar menjadi satu. Bapak , ibu dan ipar saya di jejer kuburannya.

Kalau Mau Ngiring Sang Hyang Widhi, akan Diajak Berobat ke Malang dan Tidak Bayar

Nama Informan : Ni Ketut Renih (1) 
Tempat wawancara : Jalan Raya Seminyak, tanggal 16-11- 2001
Pewawancara : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Putu Yuliani, staf admin TSP
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Anak ibu yang paling tua sudah berumur 58 tahun, siapa namanya?
Ya, namanya Wayan Kayun.

Adiknya berapa umurnya ?
57.

Berapa punya anak, 15?
Anaknya 14, masih 13.  Tetapi yang paling tua sudah meninggal.



Pak kayun sudah meninggal?

Adiknya.



Sewaktu anak yang paling tua lahir, apakah sudah masuk agama kristen?

Sebelumnya kami beragama Hindu, kemudian saudara-saudara di Untal-untal datang membawa injil.



Siapa namanya yang di Untal-Untal yang membawa injil?

Pasek Ledeg.



Masih hidup?

Entahlah, karena sudah lama. Dia yang membawa injil kesini.  

Tuesday, April 12, 2016

Karena Kalau di Kristen Ada yang Namanya Penebusan Dosa


Nama Informan :  Ibu Nyoman Lanis
Tempat wawancara : Banjar Legian Kelod, Tanggal 16-11-2001
Pewawancara : Wahyuni, staf peneliti TSP
Transkriptor : idem
Korektor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP

Hari ni tanggal 16-11-2001, saya Wahyuni sedang berada di rumah Ibu Nyoman Lanis, ibu ini sudah berumur 85 tahun. Namanya ibu itu Nyoman Lanis dan kemudian katanya ibu menikah dengan pak Wayan Enteg?
Ya. (Ibu)

Bagaimana ceritanya saat terjadi pernikahan itu?
Saat itu saya baru menikah dan saat itu saya belum beragama Kristen saat itu. (ibu)

Belum. Kalau dulunya beragama Hindu?
Ya. Lalu kan datang pemimpin-pemimpin Untal-Untal dan datang juga tukang kabar (pengabar Injil), tapi namanya saya sudah lupa dan yang masih saya ingat hanya pak Kirig. (ibu)

Monday, April 11, 2016

Alasan Anak Agung Panji Tisna Pindah ke Agama Kristen



Nama Informan : Jro Mekele Sroja (2)
Tempat wawancara : Puri Liligundi, Singaraja, tanggal 4 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, ketua TSP
Tramskriptor : Dewa Ayu Satriawati, admin TSP


Sekarang lanjutkan sedikit, tentang Anak Agung Panji, apa yang menyebabkan beliau itu pindah agama?
Itu kan karena Jepangnya.

Jepangnya yang menangkap?
Itu kan karena saya juga yang salah, karena menjemur bendera Belandanya, saat itu kan saya cuci, maunya saya pakai serbet, karena sudah robek sekali. Setelah itu saya kan menjemurnya di pagar, saat itu kan ada pagar. 

Jro Mekele Seroja, Istri Kedua Anak Agung Panji Tisna: Sang Primadona Stambul


Nama Informan : Jro Mekele Sroja (1)
Tempat wawancara : Puri Liligundi, Singaraja, tanggal 4 Januari 2002
Pewawancara : Nyoman Wijaya, ketua TSP
Transkriptor : Dewa Ayu Satriawati, admin TSP

Pengantar

Hari ini, Kamis tanggal 4 januari 2002, saya Nyoman Wijaya dari TSP, sedang berada di hadapan Jro Mekele Seroja, istri kedua dari Anak Agung Panji Tisna. Saya sedang berada di Puri Liligundi.  Ibu, sebelumnya, saya mohon maaf, karena saya ini tidak bisa bicara pakai bahasa Halus.

Islam, Hindu, Dan Kristen Dalam Keluarga Anak Agung Panji Tisna, Raja Buleleng



Nama Informan : A.A. Agetis Panji Tisna

Tempat :  Lovina, Singaraja, tanggal 4 – 10 –2001
Pewawancara :  Putu Ayu Rastiti, team peneliti TSP
Transkriptor : Ida Ayu Ratih, staf admin TSP
Korektor: Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Ibu Putrinya Bapak Panji?
Saya putrinya Bapak Panji Tisna yang nomor delapan, dari 13 bersaudara.

PALING BAGUS BAGI KITA MENURUT KEHENDAK TUHAN

Nama Informan : Made Wija [2]
Tempat :  Banjar Gede, Desa Abianbase,
Badung, 20 September 2001
Pewawancara: Nyoman Wijaya, Ketua TSP


WIDHI DATANG KE DUNIA DALAM YESUS KRISTUS

Nama Informan : Made Wija [1]
Tempat :  Banjar Gede, Desa Abianbase,
Badung, 20 September 2001
Pewawancara: Nyoman Wijaya, Ketua TSP


Saturday, April 9, 2016

Pindah ke Agama Kristen untuk Memperkecil Pekerjaan



Nama Informan: I Made Gedab   [2]
Pewawancara :  Putu Ayu Rastiti, team peneliti TSP
Tempat : Banjar  Semate - Abianbase, Badung, 20 September 2001
Transkriptor : Putu Ayu Rastiti, team peneliti TSP
Editor : Nyoman Wijaya, Ketua TSP
Transkriptor : Wahyuni, team peneliti TSP


Sambungan wawancara dengan I Made Gedab

Lagu apa yang diajarkan oleh Tuan Tsang ?
Lagu waktu itu, begini masih saja saya ingat.....
Coba nyanyikan pak ?
Lagu itu begini pada waktu itu : Bucica Sanghyang